Selasa, 01 Januari 2013

KEMALUAN HILANG DISANTET ISTRI SUKU DAYAK

KEMALUAN HILANG DISANTET ISTRI SUKU DAYAK
Oleh : Jemy Haryanto

Kisah aneh dan menyeramkan ini dituturkan oleh beberapa sumber yang tal mau di sebut namanya ketika penulis berkunjung ke suatu daerah di Kalimantan Barat. Kejadian ini menimpa seorang lelaki dimana alat vitalnya disantet karena mengecewakan seorang wanita desa.

****

Sebut saja namanya Budi, seorang pekerja lepas di sebuah pabrik dengan penghasilan pas-pasan. Meskipun masih bujangan, kebutuhan hidup yang dia perlukan cukup besar. Mengingat dirinya mempunyai tanggung jawab terhadap empat orang adiknya yang masih sekolah.

Ayahnya telah meninggal dunia, sedangkan ibunya menjadi buruh cuci. Maka ketika ada tawaran bekerja di daerah dengan gaji yang lumayan tinggi, dirinya tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Empat tahun dia bekerja di sebuah desa kecil, di pedalaman. Rumah yang tergadai sewaktu ayahnya sakit dapat mereka tebus. Budi merasa betah bekerja sebagai kenek logging truk yaitu truk pengangkut batangan kayu log dari dalam hutan. Hasilnya lumayan, jauh berbeda bila dibandingkan ketika bekerja sebagai buruh pabrik.

Ketika perusahaan membuka areal baru di pedalaman, dia termasuk salah satu karyawan yang dengan sukarela pindah ke sana. Menurut perhitungannya, areal baru penebangan tentu kayunya masih cukup banyak sehingga hasil diperoleh pasti juga cukup besar.

Selain itu jarak antara tempat penebangan dengan tempat penampungan kayu masih sangat dekat. Minimal dua belas rit sehari bias dia angkut bersama supir, dengan demikian penghasilan akan berlipat ganda.

Budi termasuk anak muda yang pandai bergaul. Buktinya, tidak lama tinggal di camp baru, ia telah banyak kenal sesama anak muda penduduk setempat. Salah satunya adalah Dayu, seorang gadis Dayak setempat yang sangat canti, dengan kulit khas berwarna putih.

Dayu memang begitu menggoda. Karena itu, tidak perlu berlama-lama pacaran, mereka memutuskan untuk segera menikah. Lamaran dilakukan oleh manager camp, yang mewakili keluarganya yang tidak dapat hadir. Maklumlah, ibunya sudah terlalu tua untuk melakukan perjalanan jarak jauh, sedangkan adik-adiknya semuanya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Seperti kebiasaan adat penduduk setempat pada waktu itu, dia harus menyediakan binatang-binatang ternak, seperti ayam dan babi juga peralatan dapur sebagai mas kawin. Pesta pernikahan cukup meriah walaupun sangat sederhana menurut ukuran penduduk setempat pada umumnya. Budi sangat bahagia dapat menyunting gadis Dayak yang memang sudah menjadi incaran banyak pemuda di kampungnya.

Setelah menikahi Dayu, dia menghabiskan waktu dengan bermesraan. Dari pagi sampai sore dirinya bekerja mengangkut kayu dari hutan ke log-pond (tempat penumpakan kayu). Dan malam harinya dia habiskan waktu bersamaan Dayu.

Sebagai lelaki muda, dia banyak berpengalaman dengan gadis-gadis. Tapi bila dibandingkan dengan Dayu, dia bukanlah tandingannya. Dayu menyimpan daya seks yang luar biasa.

Kalau saja dia tidak rajin minum air pasak bumi, mungkin Budi sudah terkapar lemas setiap pagi. Bayangkan, hamoir setiap malam mereka selalu bercinta dan bercinta. Nyaris sepanjang malam.

Sebuah Surat
Waktu berputar begitu cepat. Tidak terasa sudah lima tahun dia menikah dengan Dayu. Tetapi sampai saat itu mereka belum dikarunia momongan. Namun mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Mereka menikmati saja hari-hari yang ada. Sampai akhirnya dating malapetaka itu. Pada suatu hari dating sepucuk surat dari tempat asalnya. Persis dari ibunya. Tentu saja yang menulis bukan ibunya, tetapi salah satu adiknya yang masih tinggal bersamanya, sebab adiknya yang lain sudah berkeluarga dan tinggal di kabupaten lain.

Surat itu isinya meminta agar Budi segera pulang. Dia akan dinikahkan dengan gadis pilihan ibunya dengan maksud agar dapat mempunyai keturunan.

“Sudah hampir enam tahun kau menikah dengan gadis Dayak itu, tapi sampai sekarang dia belum memberimu keturunan. Sedangkan ibu sangat ingin untuk menimang cucu darimu,” sebut surat itu.

Terang Budi bingung setelah membaca surat itu. Ada perang batin yang begitu dahsyat berkecamuk dalam dadanya. Di satu sisi dia sangat mencintai Dayu, dan di sisi lain dia juga sangat saying serta hormat kepada ibunya. Dia tidak mampu memilih. Itulah sebabnya dia meminta pendapat Manager Camp.

“Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengambil keputusan dalam kasusmu ini. Yang saya herankan, mengapa ibumu begitu mudah membuat keputusan untuk mengawinkan kamu dengan gadis pilihannya. Bagaimana seandainya hal seperti itu menimpa dia pada waktu mudanya,” kata Pak Anwar.

“Tapi saya sangat mencintai ibu saya, Pak. Tetapi saya juga mencintai Dayu. Ibu sangat dekat dengan saya. Walau anaknya banyak tetapi saya yang menjadi anak kebanggaannya. Tetapi seharusnya ibu mengajak saya kompromi dulu dengan sebelum mengambil keputusan,” katanya berbicara sendiri.

“Dayu tahu tentang ini?” tanya Pak Anwar.

“Belum, Pak. Saya tidak mempunyai keberanian untuk berterus terang kepadanya,” jawab Budi.

“Tidak ada perempuan yang mau dimadu. Apalagi dicerai. Sebaliknya Dayu jangan sampai tahu dulu,” pinta Pak Anwar.

“Lalu, apakah saya tidak usah pulang?” tanya Budi.

“Pulanglah. Kau harus menjadi anak yang berbakti. Berilah ibumu pengertian. Yang menentukan kita punya anak atau tidak itu adalah Tuhan. Kapan kita punya anak, rizki kita, bahkan ajal kita. Hanya Tuhan yang berhak menentukan,” Pak Anwar berpikir sejenak.

“Banyak alasan, Bud. Bilang saja ada keluarga yang sakit, meninggal, menikah atau apa saja,” ucap Pak Anwar.

“Kalau dia mau ikut?” tanya Budi lagi.

“Bilang saja kamu tidak punya biaya. Lagipula kamu harus buru-buru sebab cutimu hanya beberapa hari,” ucap Pak Anwar.

“Baiklah, Pak. Saya akan mencobanya!” ucap Budi mantap.

Budi meninggalkan ruangan Pak Anwar dengan masih diliputi berbagai persoalan.

Sore harinya, ketika sampai di kamar, Dayu menangkap kemurungan wajahnya. Kegundahannya tidak dapat disembunyikan.

“Sepertinya ada masalah. Ada apa, Bang?” tanya Dayu lembut.

“Aku dapat surat dari ibu!” jawab Budi singkat. Dayu mengernyitkan keningnya.

“Lho, kan cuma surat, kenapa abang bersedih?” tanya Dayu.

“Isinya cuma meminta pulang karena ada yang sakit. Tapi aku tidak punya uang,” ucap Budi yang mulai dengan alasannya.

“Apakah simpanan kita tidak cukup?” tanya Dayu ingin memastikan.

“Cukup kalau hanya untuk aku sendiri,” jawab Budi.

“Kalau begitu, abang pulang sendiri saja,” kata Dayu, yang tentu saja pernyataan itu membuat batinnya lega.

Namun di luar dugaan, ternyata Dayu menaruh curiga dan menangkap sesuatu yang tak beres. Begitu Budi berangkat, Dayu membawa surat itu ke Pak Anwar.

“Pak bisa bantu aku membacakan surat ini? Kira-kira isinya apa, Pak? Tanya Dayu sembari menyodorkan surat itu.

“Baca saja. Kamu kan bisa membaca,” jawab Pak Anwar.

“Saya bisa membacanya, tetapi tidak mengerti maksudnya,” jawab Dayu.

“Mengapa?” tanya Pak Anwar.

 “Tidak tahu bahasanya. Karena menggunakan Bahasa Jawa, ya?” jawab Dayu.

Pak Anwar pura-pura membaca. Kemudian dia mengatakan kepada Dayu bahwa ada keluarga Budi yang sedang sakit. “Suamimu disuruh pulang karena ada yang sakit,” begitu bohong Pak Anwar.

Alat Kelamin Lenyap
Dayu rupanya tidak puas dengan jawaban Pak Anwar. Kemudian dia meminta tolong kepada salah seorang karyawan yang lain, entah siapa sampai sekarang Budi pun tidak tahu. Di situlah Dayu tahu kalau suaminya akan dikawinkan dengan perempuan lain karena Dayu dianggap tidak mampu memberikan keturunan.

Dayu pun tergolong wanita yang pandai bersandiwara. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda cemburu. Keberangkatan Budi diantar dengan senyum manisnya. Perlu juga disampaikan bahwa malam sebelum keberangkatan, mereka bercinta hamper sepanjang malam, dan Dayu menunjukkan gairah yang luar biasa.

Setiba di kota Kabupaten di kawasan itu, Budi kemudian naik bus menuju Pontianak. Di terminal Pontianak itulah dia baru mengetahui kalau alat kelaminnya lenyap. Waktu itu dia berada di kamar kecil dan membuka celananya, dia tidak melihat alat kelaminnya itu. Terang dia sangat panik. Agar cepat sampai, dia memilih menyewa ojek daripada naik bus lagi menuju rumahnya.
Begitu tiba di rumah dia langsung menubruk ibunya sambil meraung menangis di pangkuannya.

“Kamu kenapa nak? Baru dating langsung menangis?” Tanya ibunya sambil mengelus-elus rambut kepalanya.

“Kelamin saya hilang, Bu!” jawab Budi seperti anak kecil. Karena sang ibu tidak percaya, seperti anak kecil Budi segera membuka celananya di depan sang ibu.

Setelah melihat itu sang ibu menjadi seperti orang linglung. Heran bercampur bingung. Dan menyarankan agar Budi segera pergi ke orang pintar. Budi pun menurutinya. Namun, entah sudah berapa orang pintar di daerah itu yang dia datangi tetapi tidak ada satupun yang dapat memberikan solusi yang memuaskan.

Akhirnya dia pergi ke suatu daerah. Persisnya ke rumah mantan Kepala Kantor sebuah perusahaan swasta. Beliau orang Dayak yang sangat berpengaruh dalam hal-hal seperti itu. Setelah berbasa-basi sebentar, Budi yang juga didampingi seorang teman menyampaikan maksud. Dia menceritakan sedikit gambaran mengapa dia pulang. Mendengar ceritanya Pak Stefanus, orang pintar itu tertawa lebar.

“Kamu adalah orang kedua yang datang ke sini. Yang sebelumnya juga sama masalah denganmu. Tapi sudah lama sekali. Saya harap kamu jangan khawatir,” kata Pak Stefanus.

“Jangan khawatir bagaimana, Pak. Ini serius!” sergah Budi menangis seperti anak kecil.

“Begini. Apakah kamu berniat menceraikan Dayu?” tanya Pak Stefanus.

 “Tidak. Saya tidak mungkin menceraikan Dayu, Pak. Saya sangat mencintainya!” jawab Budi tegas.

“Kalau begitu cepetlah kembali ke camp. Kamu akan mendapatkan kembali kelaminmu yang hilang itu!” ucap lelaki bertato itu.

“Apakah betul, Pak!” Budi penasaran.

“Saya jamin seratus persen!” tegas Pak Stefanus.

Tidak ada jalan lain kecuali Budi memang harus segera kembali ke daerah tempat dia bekerja. Menyadari keadaan yang dia alami, sampai dia kembali ke tempat kerja tidak ada pembicaraan mengenai pernikahan yang diinginkan oleh ibunya.

Simgkat cerita, dia telah tiba kembali ke tempat dia bekerja. Sesampai di sana, ternyata isterinya tidak ada di baraknya. Dia pulang ke kampungnya, yang memang tidak begitu jauh dari camp. Dia pun segera menyusulnya ke sama.

Dayu memang pemain watak yang sempurna. Setiba di rumah mertua Budi disambut isterinya dengan hangat. Inilah yang membuatnya tidak bisa melupakannya.

“Bang, ketinggalan sesuatu ya?” tanyanya manja.

“Aku sangat khawatir, Dayu!” jawab Budi sambil memeluknya dengan gemas.

“Tidak usah khawatir. Punya abang tersimpan rapi. Ada di sini!” kata Dayu sambil menunjukkan toples berisi sesuatu itu.

Betapa terkejutnya Budi. Sulit dipercaya. Ternyata isi toples itu adalah alat kelaminnya yang tampak teronggok tak berdaya. Dengan santai Dayu mengambil barang itu lalu menempelkannya di tempatnya, tentunya dengan membaca mantra-mantra.

Ajaib, mengherankan, dan tidak masuk akal. Dan entah kata apa lagi yang dapat Budi ucapkan. Tetapi itulah kenyataannya. Entah ilmu apa yang telah digunakan oleh Dayu untuk melakukan tindakan yang sangat ajaib itu.

Hingga kini Budi tak mengetahuinya. Namun yang pasti, hal seperti itu kerap terjadi dan dilakukan oleh suku Dayak tempat dia bekerja. Akan terasa menyakitkan, bahkan membawa kematian jika seseorang benar-benar meninggalkan wanita yang sudah dikawinnya.

Untunglah Budi sangat mencintai Dayu dan tak berniat meninggalkannya begitu saja. Jika tidak, mungkin dia akan mengalami sakit yang luar biasa dan membusuk, bahkan membawa kematian baginya.


8 komentar:

Ira mengatakan...

Saya sangat membutuhkan pertolongan untuk membalikkan kekasih saya yg meninggalkan saya begitu saja, setelah menghamili saya....hub saya di 081236333336 Ira

Ira mengatakan...

Saya sangat membutuhkan pertolongan untuk membalikkan kekasih saya yg meninggalkan saya begitu saja, setelah menghamili saya....hub saya di 081236333336 Ira

Link 张玲玲 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
yudi prakoso mengatakan...

terus sembunyi di mana itu alat kelaminnya gan....

Anonim mengatakan...

sippp broooo

Helmi85 mengatakan...

Mitos ato fakta nih

ngerigan_accesories mengatakan...

Nambah Ilmu .....

Rian mengatakan...

Cerita seperti ini hoax doang, banyak versi, mulai dari penis hilang dan ada di pintu rumah si cewek, terus katanya ada yang bangun tidur, penis jadi pindah tempat ke muka.

Saya ada teman orang dayak asli, kaga ada tuh fakta real-nya, semua cerita itu dari nenek moyang, biar kita jadi takut melakukan kesalahan. Jaman dulu itu tingkat pendidikan masih rendah, jadi orang tua saat menasihati anaknya, selalu menggunakan ketakutan dan cerita aneh2.

Kalau ada di tahun 2017 kejadian seperti itu, dan saya lihat dengan mata saya sendiri, itu penis lepas bisa terpasang lagi, saya kasih semua uang tabungan saya (total 400jt), untuk orang yang hilang penis itu.