Minggu, 09 Desember 2012

KUCING GARONG


KETIKA BAYI KUCING GARONG
KEHILANGAN INDUKNYA

Penulis : La Dawan Piazza

Malam minggu 10 November 2012 aku terganggu dengan suara tangis anak kucing yang sejak tadi maghrib menjelang jam 10 malam tak berhenti-henti mengeluarkan suara berisik yang menganggu tidurku. Akhirnya aku terbangun dan mencari tahu dimana arah sumber suara kucing itu. Kubuka pelan-pelan pintu rumah dan menuju jalan, ternyata seekor anak kucing jantan bercorak hitam putih yang masih bayi dengan jalan tertatih-tatih berusaha mengendus induknya yang kabur dengan pejantan lainnya.

Anak kucing itu belum dapat melihat dan sepertinya baru-baru saja dia dilahirkan dan ditinggalkan begitu saja, mirip dengan ibu-ibu muda yang rela membuang bayinya ke tong sampah karena hamil duluan. Kucing jantan siapakah yang bertanggungjawab menghamili ibu kucing ini sehingga induknya malu dan rela meninggalkan anaknya yang masih merah di pinggir jalan. Atau jangan-jangan kucing bercorak hitam putih yang sering masuk ke rumah mencuri ikan yang jadi bapaknya. Dasar Kucing Garong tak bertanggung jawab tega-teganya membuang anak sendiri di jalanan seorang diri. Hehehehehe……..

Kuambil anak kucing itu yang tali pusarnya belum lepas, kemudian  kubawa masuk ke pekarangan rumah dan menaruh dia dekat pot bunga. Tapi aku justru khawatir kalau anak kucing ini mati kedinginan di malam hari, terus aku bawa ke kios agar bisa merawatnya sampai ia bisa melihat dan mencari makan sendiri. Kusimpan anak kucing itu di kardus lalu kubuatkan susu Dancow bubuk yang ada di kios. Anak kucing itu kuberi minuman susu dengan cara membuat dot kucing buatan sendiri yang terbuat dari botol bekas air mineral lalu kuberi sedotan kecil yang diplester biar susunya tidak tumpah kemana-mana.




  Dia lagi tidur



Saat kucingnya sudah mati karena tidak mendapat asup ASIK (Air Susu Induk Kucing)





Kucing itu pun dengan lahap meminum susu instan yang kuberikan, dengan harapan mampu membuat kucing ini bertahan hidup hingga bisa matanya dapat melihat dan mencari makanan sendiri. Sepertinya diriku menjadi Pahlawan bagi anak kucing ini tepat pada Hari Pahlawan saat pertama kali kutemukan, semoga kucing ini dapat tetap bertahan hidup hingga dewasa dengan susu instan yang kuberikan.

Keesokan harinya jam 4 sore sampai menjelang maghrib saya berkeliling Kota Kupang mencari makanan kucing berupa susu kucing. Di mulai dari Mall Flobamora hingga ke mini market-market semuanya, pencarian susu buat bayi kucing garong nihil. Malahan para SPG penjaga toko malah cekikikan nertawain gue, nyari-nyari susu kucing segala. “Cukuplah elu mempermalukan gue cing….(Maksudnya kucing)” ujarku dalam hati.

Untung aja gue tidak nanyain Susu Cap Nona SPG, so pasti gue bakal kena tabok dari mbak-mbak SPG yang cantik-cantik dan body-bodynya naudzubillah sangatlah menggoda iman.

Dan Innalillahi Wainnalahi Rajiun. Tepat pukul 23.17 WITA pada tanggal 14 November 2012 telah berpulang ke Rahmatullah bayi kucing tersebut setelah saya minumkan susu kedelai dan klorofil. Tubuh kucing yang dari kemarin sudah lemas karena tidak mendapat asupan ASIK (Air Susu Induk Kucing) bertambah lemas dan tak bisa mengeong dan aktif bergerak seperti 3 hari lalu.

Hanya ini kemampuan saya cing sebagai manusia untuk membantu kamu bertahan hidup tapi apa daya induk kamu telah meninggalkanmu dan telah pergi selingkuh dengan kucing pejantan lainnya

Sebenarnya saya pernah memiliki kucing bercorak hitam putih waktu masih berada di kampung. Kucing saya ini pintar dan kuberi nama Micky, karena bisa bermain komputer sendiri serta facebookan dan twitteran dengan sesama kucing garong lainnya, mungkin karena sejak kecil rajin diberi susu sapi merek Dancow.

Banyak yang mengatakan saya mengada-ada lihat nih foto kucingku yang bisa main komputer. Hahahaha

 Kucingku Bisa Mengaji


Bisa main komputer

NB = Tulisan ini mau dibilang cerpen terserah, mau dibilang diary juga nggak apa-apa, soalnya notes ini merupakan tulisan yang nggak penting-penting amat tapi dapat mengajarkan kita untuk tetap mencintai binatang ciptaan Allah SWT. Karena kucing ini juga perlu untuk melanjutkan hidupnya, maka merasa berdosalah saya jika membiarkan bayi kucing ini mati ditengah jalan tanpa makan atau diganggu anjing tetangga.

Cerita Rakyat NTT (LEGO-LEGO PUTRI LIMAU)


LEGO-LEGO PUTRI LIMAU

Di Tulis Ulang : La Dawan Piazza


Dahulu kala di kampung Ukaladur hiduplah seorang anak bernama Bayom, yang berarti Putra dari hutan. Ia tinggal bersama pamannya, penghuni rumah yang lain telah musnah dibinasakan oleh amukan Dewa Perang Oebufu. Suasana kampung itu sunyi senyap dan menyeramkan karena disana-sini dapat dijumpai tulang belulang manusia berserakan diantara reruntuhan bangunan. Bayom begitu akrab dengan lingkungan sekitarnya. Kampung Ukaladur terkening hening dan damai dan letaknya cukup jauh dari pasar, hal itu sangat menyulitkan dia jika ingin membeli kebutuhan hidup. Terutama untuk membeli pakaian dan jarum tangan untuk menjahit. Kesulitan seperti ini membuat pakaian mereka dibiarkan sobek-sobek.

Sebelum Ukaladur mengalami murka Dewa Perang Oebufu, ibu Bayom pernah meminjam sebatang jarum dari istri pamannya. Setiap hari pamannya selalu menanyakan jarum yang dipinjamkan oleh istrinya itu. Lama-kelamaan Bayom merasa tidak aman karena selalu didesak.

Suatu hari timbul keinginan Bayom untuk mengasingkan diri ke hutan sekaligus bertapa. Dalam pertapaan itu, ia memohon petunjuk dari Dewa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ia juga menyatakan kerinduan untuk bertemu dengan orang tuanya. Kerinduan terkabul saat menjalani semedi. Keteika sedang bersemedi, dalam mimpi itu Bayom bertemu dengan semua anggota keluarganya, termasuk ibu kandungnya. Mereka sangat prihatin terhadap nasib Bayom. Dalam mimpi itu, ia diberikan sebatang jarum tangan dan seekor kucing wasiat, dengan pesan :

“Hentikan pertapaanmu dan kembalilah ke rumahmu. Berikan makanan seadanya kepada kucing ini dan ikatlah kakinya di dalam rumah sampai pagi. Dan keesokan harinya engkau akan melihat sesuatu yang menekjubkan.”

Ibunya juga berpesan bahwa sebelum menggunakan jarum dan kucing harus dibuat syukuran, karena hal itu akan menjadi tanda permulaan hidup baru.

Pertemua itu sangat menyenangkan sehungga Bayom bangun kesiangan. Matahari sudah tinggi kira-kira setinggi pohon pisang. Ketika terbangun, ia melihat ada perubahan yang mendadak. Ia sungguh heran dan berkata, “Wah…wah…Bukan main..Bukan Main..,” kata-kata itu terucap tanpa sadar.

Pada saat itu juga rumahnya penuh dengan makanan seperti padi, jagung, kacang-kacangan dan tak ada lagi tempat kosong untuk menyimpannya, kecuali di tempat tidurnya. Berkat wasiat itu Bayom yang kurus kerempeng berubah menjadi seorang yang sehat dan gemuk serta sangat ceria.

Rupanya semua keajaiban yang terjadi di rumah Bayom diketahui oleh pamannya, sehingga datanglah sang paman ke rumah Bayom. Sang paman bermaksud untuk meminjam kucing wasiat itu. Karena Bayom berhati baik dan berbudi luhur ia melupakan penderitaan akibat ulah pamannya dan dengan senang hati Bayom meminjamkan kucing wasiat itu kepada pamannya. Petunjuk tentang kucing wasiat disampaikan Bayom kepada pamannya. Pamannya sangat gembira, apa yang telah disampaikan Bayom dilaksanakan dengan baik, dengan harapan agar kucing wasiat itu memberi mujizat di dalam rumahnya. Akan tetapi harapan pamannya sia-sia belaka. Semua barang dan perabotan milik pamannya seketika berubah menjadi kotoran kucing yang berserakan dalam rumah. Diambilnya parang dan kucing wasiat itu dibunuh lalau bangkainya dibuang ke dalam rumpun pisang.

Waktu terus bergulir, makanan di rumah Bayom mulai berkurang sedangkan kucing wasiat belum jga dikembalikan oleh pamannya. Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil kucing wasiatnya. Sebelum Bayom memasuki halaman rumah, ia diusir oleh pamannya dengan kata-kata yang menyakitkan. Bayom menjadi sangat sedih ketika mengetahui kucing wasiat telah mati dibunuh pamannya. Dalam pencarian bangkai kucing, ia hanya menemukan paha kucing yang sudah membusuk karena kucing itu sudah mati seminggu yang lalu. Sebagai penghibur hatinya, tulang paha kucing pun dibawa pulang ke rumahnya.

Suatu malam, Bayom meruncing tulang paha kucing tersebut menjadi mata panah yang dipasang pada bulu. Pada pagi harinya, Bayom pergi menyusuri pantai untuk mencari dan menangkap ikan dengan cara memanah. Rupanya tulang kucing wasiat juga berkhasiat, dimana sekali memanah ke laut anak panah kembali ke darat dengan membawa tidak kurang dari sepuluh ekor ikan besar. Hanya beberapa kali ia memanah, begitu banyak ikan yang diperoleh. Bayom kembali ke rumah dengan kelelahan karena terlalu banyak ikan yang dipikulnya.

Akhirnya pekerjaan menangkap ikan ditekuni Bayom sebagai mata pencaharian tetap, tidak heran jika rumanya penuh dengan ikan yang telah dikeringkan dan dapat ditukar dengan makanan atau dibagikan kepada orang lain.

Lama kelamaan kabar itu tersiar sampai ke telinga pamannya tentang keajaiban anak panah Bayom, maka terdorong pula hatinya untuk meminjam anak panah itu. Dengan senang hati Bayom meminjamkan kepada pamannya.

Pagi harinya pamannya pergi ke pantai untuk memanah ikan. Namun yang terjadi adalah setiap kali ia melepaskan panahke laut, anak panah kembali kosong dan menancap di tubuh pamannya. Hal itu terjadi berulang-ulang, sehingga hampir seluruh bagian tubuhnya berlumuran darah akibat ditusuk panah wasiat. Pamannya sangat marah dan melemparkan panah wasiat ke padang ilalang lalu kembali ke rumah dengan luka parah.

Setelah beberapa lama kemudia, persediaan ikan di rumah Bayom pun telah berkurang sehingga Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil panah wasiatnya. Seperti sebelumnya, kedatangan Bayom disambut dengan makian yang menyakitkan hati. Akan tetapi Bayom tetap tabah dan pikirannya hanya tertuju pada anak panah wasiat yang telah hilang, setelah mengetahui arah jatuhnya anak panah. Bayom kembali ke rumah mempersiapkan bekal untuk mencari anak panah tersebut. Dengan bersusah payah Bayom mencari anak panah wasiatnya itu, sepanjang hari ia berjalan kesana kemari dan akhirnya ia Bayom menemukan sebuah gubuk kecil di tengah padang yang di huni seorang nenek tua yang bernama Kmehbal yang artinya pengotor. Dengan langkah pasti Bayom menuju gubuk itu, ia sungguh terperanjat kala mendengar sang nenek bertanya,

“Nak, apa maksud kedatanganmu kemari?”
Bayom menceritakan ikhwal peristiwa itu dari awal yang menimpa dirinya. Nenek serius mendengar seraya menganggukan kepalanya. Sang nenek lalu mengatakan bahwa sebulan yang lalu ketika sedang menyapu halaman, melesat sebatang anak panah mengenai ujung kain sarungnya. Namun dari mana datangnya anak panah itu ia sendiri tidak tahu.

Malam pun tiba. Malam itu sangat indah. Langit ditaburi bintang sementara bulan purnama bagaikan menebarkan senyumyang memberikan pengharapan bagi Bayom. Maka dalam keindahan malam yang shadu itu Bayom berangan-angan dalam hatinya, kalau ia pulang tentu ia akan ditahan oleh nenek Kmehbal. Bayom terjaga dari lamunan ketika dipanggil untuk makan. Ia merasa kebingungan karena yang dihidangkan bukan makanan melainkan ingus bercampur ludah yang menjijikkan sehingga membuat Bayom bercakap-cakap dengan nenek Kmehbal sampai ia tertidur, sayup-sayup terdengar nyanyian bunyi nyanyian dari kejauhan.

Bertanyalah Bayom kepada nenek Kmehbal, lalu sang nenek menjelaskan bahwa nyanyia itu adalah Lego-Lego Putri Limau.

“Apakah engkau ingin kesana?” tanya nenek Kmehbal. Lalu ia mengeluarkan pakaian almarhum suaminya untuk dikenakan Bayom kemudian berpesan, “Di sana tidak ada laki-laki, semuanya putri. Putri Limau akan berubah menjadi buah Limau dan bergantung pada tempat masing-masing. Selanjutnya engkau akan berdiri seorang diri di lego-lego itu dan ingat, jangan sekali-kali memetik buah limau yang bergantung rendah. Tetapi panjatlah pohonnya dan petiklah buah Limau yang ada di puncak pohon meskipun pada batangnya terdapat ular, tabuhan, tokek serta binatang lain yang menakutkan.”

Setelah Bayom berada di tempat lego-lego ternyata perkataan nenek menjadi kenyataan, karena begitu banyak putri yang mengelilingi Bayom. Ini merupakan pengalaman Bayom yang pertama dalam hidup, dimana ia bisa bersenda gurau dengan banyak putri.

Purnama sang raja malam bersama laskarnya mulai perlahan menghilang, seolah akan diusir oleh serdadu raja Fajar (Siang) dengan sorak-sorai, gegap gempita. Pohon Limau yang semalam hanya berupa ranting dan batang kosong kini menjadi rimbun dengan buah yang banyak. Bayom begitu terpesona menyaksikan semuanya. Ia mengenang pesan nenek Kmehbal dan beranjak untuk memanjat pohon limau sampai ke puncak dan memetik buah limau sesuai dengan pesan nenek Kmehbal lalu kembali ke rumah.

Bayom kembali ke rumah nenek dengan melintasi sungai, sebelum menyeberang. Bayom mengambil limau dan meletakkan sesuai pesan nenek yaitu satu buah di hulu sungai dan satu buah lagi diletakkan di hilir sambil bernyanyi lagu muda-mudi. Sementara Bayom mandi di sungai buah limau tersebut berubah menjadi dua orang putrid. Bayom dipuja-puji dan mereka berusaha saling memiliki satu sama lain dengan sebutan kakanda dan adinda, lampu yang redup mulai bersinar sebagai tanda kebahagiaan menyongsong hari depan yang penuh ceria.

Mengetahui hal itu, pamannya juga ingin menikmati apa yang dimiliki oleh Bayom maka pergilah ia ke nenek Kmehbal, tetapi hidangan berupa ingus dan ludah tidak dimakan melainkan diberikan kepada anjing maka ia gagal memetik buah limau di puncak pohon karena takut akan tabuhan, ular, tokek dan binatang lain yang menakutkan. Sang paman hanya mengambil buah limau yang jatuh di bawah pohon maka hasil yang diperoleh dua buah limau itu adalah dua orang nenek yang sudah tua.

Atas kejadian di atas paman merasa tidak puas dan timbul niat jahat. Ia berusaha membunuh Bayom tetapi karena kebesaran Maha Dewa. Bayom kembali hidup sedangkan pamannya mati ditikam oleh kedua nenek, istri paman.

Akhirnya kedua nenek, isteri paman Bayom dijadikan penjaga ayam dan pembersih halaman rumah oleh Istri Bayom.

Sumber : Buku Kumpulan Cerita Rakyat NTT


Kamis, 15 November 2012

HAMPIR MENJADI TUMBAL PESUGIHAN PEMILIK PERUSAHAAN


HAMPIR MENJADI TUMBAL
PESUGIHAN PEMILIK PERUSAHAAN
Oleh : Jemy Haryanto

Kisah nyata dan menyeramkan ini dituturkan oleh seseorang yang enggan disebut identitasnya untuk menjaga privasi. Sebagai seorang yang bekerja di sebuah perusahaan perkayuan, dimana dirinya nyaris saja dijadikan tumbal pesugihan pemilik perusahaan. Berikut adalah kisah selengkapnya

******

Setelah sekian lama menganggur tanpa ada penghasilan, akhirnya lelaki ini diterima pada sebuah perusahaan perkayuan di Kalimantan Barat. Meskipun hanya sebagai karyawan harian, namun dirinya begitu senang. Karena dengan demikian lelaki yang sudah lima tahun tak bekerja ini, tak lagi malu di mata orang lain.

Waktu yang ditunggu-tunggu akhir datang juga. Dimana pintu gerbang perusahaan langsung menyambut kedatangannya di hari pertama masuk. Sambil menunggu waktu, dia sempatkan untuk berkeliling area bangunan besar itu, sekalian melihat-lihat suasana gedung, pelataran parkir, gudang serta satu bangunan tua yang menjadi bangunan induk tempat perusahaan besar ini menjalankan aktivitas produksinya.

Bangunan tua yang dirinya maksudkan tadi merupakan satu bangunan bergaya lama yang terletak di daerah kota tua, namun masih memperlihatkan sisi megah yang menyiratkan kejayaan masa lalu pemiliknya.

“Pemilik pasti sangat kaya hingga dapat memiliki gedung besar dan semegah ini. Aku yakin bangunan ini bisa menjadi warisan bersejarah yang telah dipakai secara turun temurun dari pemilik lama perusahaan ini kepada orang yang sekarang mewarisinya,” ucapnya waktu itu.

Menurut informasi, bangunan bergaya klasik itu banyak menyimpan cerita. Bahkan peristiwa atas jatuh bangunnya bisnis keluarga kaya raya tersebut. Dan dalam suasana pagi yang cerah, dirinya sangat menikmati panorama bangunan tua itu. Namun aneh, tiba-tiba sepertinya ada satu kekuatan lain yang menyergapnya. Dia merasakan seperti ada suara angin yang berhembus lembut, seolah-olah meniup daun telinganya. Sayup-sayup terdengar seperti suara desahan binatang buas di kejauhan yang terbawa angin.

“Ada apa sesungguhnya?” batinnya berucap. Kedua matanya, masih terus asik menikmati bangunan tua itu. Sekilas, tampak gedung megah itu kurang terawatt. Jendela besar berkaca buram, kotor, begitu juga dengan koridor panjang yang melingkarinya. Semuanya terkesan kumuh serta sedikit agak angker. Nahkan, tangga ke lantai atas pun hanya disinari sebuah lampu neon yang cahayanya mulai temaram.

Tak sengaja, pandangannya tertuju ada salah satu jendela yang paling kusam di lantai empat. Entah ruangan apa di atas sana. Sepertinya, ruangan itu hanya disinari oleh cahaya reduplampu. Seketika itu juga semua pandangannya sekan diselimuti oleh hal yang berbau mistis, seolah-olah ada sepasang mata yang sedang bergerak mengawasinya dari atas sana.

“Mungkinkah penunggu gedung tua ini sedang mengawasi gerak-gerikku,” bisiknya dalam hati.

Namun dia segera mengabaikan pikiran itu. Rano, sebut saja demikian, benar-benar sudah memantapkan tekadnya bekerja di perusahaan itu, demi uang dan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

“Tunggu sebentar lagi ya, Mas. Bos masih ada urusan. Mohon maaf agak lama menunggu.”
Suara merdu wanita muda mengagetkannya. Rupanya, tidak terasa bahwa Rano sudah satu jam lebih menunggu untuk mendapat giliran masuk wawancara.

Selanjutnya adalah giliran pemuda itu, dan ketika masuk ke ruangan, dia melihat bos besar itu sedang menyantap makan siang dengan sangat rakus. Mulutnya dipenuhi makanan, sementara kedua tangannya sibuk menyendok makanan dan memilah buah-buahan pencuci mulut yang ada di atas meja, seolah tak mempedulikan kehadirannya.

Rano kembali terpana melihat cara orang gemuk itu makan. Hampir menyerupai seekor binatang buas yang baru saja mendapat mangsa. Aneh, bukankah dia seorang bos besar. Meskipun bukan perusahaan nomor satu di provinsi itu, tapi dia adalah seorang bos. Lalu mengapa cara makannya seperti orang kelaparan?

“Ayo, silahkan duduk!” katanya pada Rano. Dengan sungkan, Rano segera duduk di depan meja kerjanya.

Sambil mencuri-curi pandang. Rano mencoba mengamati keadaan ruang kerja sang bos. Sungguh aneh, ruangan besar itu hamper dipenuhi oleh sesajen yang sudah kering. Bahkan, Nampak buah-buahan sesaji yang mulai membusuk hingga airnya menetes mengotori dinding serta karpet lantai. Aneka kue jajanan menjamur diatas meja. Tampak juga beberapa dupa yang masih menyala hingga asapnya memenuhi tiap sudut ruangan. Tak hanya itu, pada dinding serta langit-langit ruangan bergelantungan aneka jimat hingga menambah keunikan ruang kerja ini.

Kembali Rano dibuat semakin takjub, manakala pandangannya mengarah pada sebuah patung besar setinggi hampir 2 meter yang dikelilingi banyak sesaji. Patung ini berdiri tegak disudut ruangan yang agak gelap.

Saat sesi Tanya jawab, ternyata si bos itu memiliki sebentuk wajah yang agak aneh. Matanya sipit karena dia orang cina, namun di balik itu menyerupai mata iblis. Sementara kedua alisnya naik ke atas bak alis para pendekar silat. Saat tersenyum pun dia lebih mirip menyeringai daripada senyuman. Sembari memperlihatkan deretan giginya yang kotor serta tidak terawatt, bahkan masih dipenuhi sisa sisa makanan.

Sekalipun sangat aneh dan menganggu, namun Rano terpaksa harus mengabaikan semua itu. Demi mendapatkan sebuah pekerjaan! Singkat cerita, Rano kemudian diterima bekerja di perusahaan tersebut. Sebagai pekerja harian, lebih tepat lagi cleaning service.

Setelah beberapa lama bekerja, Rano baru menyadari kalau dirinya sebenarnya hanya menjadi umpan kawan-kawan sekantor yang enggan lembur pada setiap Rabu malam atau malam Kamis.

“Hati-hati dengan ada yang ada dilantai empat Ran!” bisik Japar, salah seorang teman sejawat yang baru dikenalnya.

Seluruh Ruangan Kosong
Aneh, peringatan itu bukan hanya datang dari Japar. Bahkan Pak Yopi, seorang satpam di gedung itu juga memperingatkannya agar tidak mencoba-coba naik ke lantai empat sendirian apabila hari telah gelap.

“Saya hanya takut akan terjadi hal buruk pada sampean!” ucap Pak Yopi. Kemudian melanjutkan, “Saya sudah bekerja di sini hampir 13 tahun. Namun sampai sekarang tidak berani naik ke atas.”

Mulanya, Rano tak serius menanggapi cerita-cerita itu. Hingga suatu malam, terjadilah peristiwa itu… Malam itu itu jarum jam telah menunjukkan pukul 20.30. Hampir seluruh ruangan telah kosong. Suasana sepi dan senyap, bahkan kemudian berganti angker. Di luar sana angin berhembus kencang disertai deru hujan.

Rano duduk sendirian sambil terpaku pada dinding. Aneh, tiba-tiba pikirannya melayang ke ruang sepi di lantai empat itu. Kemudian melirik ruang sepi yang bersinar redup itu. Sepertinya, dari arah sana akan memunculkan satu bayangan, bahkan mungkin sesuatu yang mengerikan.

Tak lama, Rano melihat sekelebat bayangan melintas. Rano segera bangkit mengejarnya. Dia mencoba berjalan menuju munculnya bayangna tadi. Tapi, dia tak menemukan siapa-siapa.

Tapi dia yakin telah melihat bayangan. Tapi anehnya, dia menghilang di lorong gelap menuju lantai empat.

Bukannya merasa takut, kejadian itu justru membuatnya semakin penasaran. Kemudian memutuskan untuk menelusuri lorong sepi yang terbentang panjang di depannya itu, sambil berharap bayangan tadi itu muncul lagi. Tak lama Rano menangkap keanehan lagi. Dari ujung koridor gelap itu dia mendengar suara percakapan.

Ketika dirinya dalam kebingungan, jantungnya nyaris copot sebab tiba-tiba ada sebuah tangan menyentuh bahunya. Ketika menoleh, seorang wanita muda telah berdiri di depannya. Dia tersenyum dingin sambil menyodorkan segenggam kertas.

“Mencari siapa bang? Dia bertanya dengan suara datar, disertai raut wajah dingin tanpa ekspresi. Aku diam terpaku. Wanita itu kembali berkata, “Tolong simpan kertas itu di lantai bawah!”

“Bbb..bbaik mbak!” jawab Rano sedikit gemetar. Bulu kuduknya meremang. Dalam hatinya juga bertanya-tanya. “Perempuan ini staff dari bagian apa? Saya belum pernah melihatnya sebelumnya.” Rano bertanya dalam hatinya.

Sambil berusaha menenangkan diri. Rano mencoba bertanya tentang kertas-kertas itu. “Kalau saya boleh tahu, ini kertas apa ya mbak?” Rano bertanya.

“Ini cuma daftar orang yang siap berkorban di sini, sekalipun mereka menolak!” katanya lagi.

“Berkorban? Maksudnya untuk apa?” Rano sedikit kaget sembari terus membolak-balikka dokumen itu.

“Darah mereka!” jawabnya dengan suara agak tertahan.

Kali ini Rano kaget bukan main. Seketika pandangannya berubah gelap. Dan, ketika terang kembali, dia melihat wanita itu sudah tidak ada lagi dihadapannya. Lalu, samar-samar terdengar suara alunan pendek perempuan menyanyi dari arah lorong sepi ini.

Tanpa menunggu lama, Rano kemudian bergegas meninggalkan tempat itu, setelah lebih dulu melemparkan kertas yang disebut dokumen tadi. Pintu pun dibantingnya dengan kencang. Ia bersandar di dalam sebuah ruangan sambil mengatur nafas yang tersengal-sengal.

Satu Persatu Meninggal Dunia
Akibat peristiwa ganjil itu, rasa penasarannya semakin bertambah. Apalagi, pagi setelah malamnya Rano bertemu dengan sosok perempuan misterius itu ternyata ada karyawan yang meninggal. Dia pun semakin ingin tahu.

Belakangan, Rano mulai melihat ada beberapa kejanggalan. Bila dihitung, hamper setiap minggu, satu persatu rekan kerja atau sanak saudara mereka ada saja yang meninggal. Menurut beberapa pegawai senior, setiap yang meninggal raut wajah mereka menyiratkan ada satu hal yang tidak wajar. Kabarnya, wajah jenazah tampak menghitam, punggung, tangan serta kakinya terdapat memar kebiruan, dan mata mereka terbuka, dengan rona wajah mereka seolah habis melihat sesuatu yang amat menakutkan.

Pernah juga terjadi sebuah peristiwa lucu namun menyeramkan. Suatu hari, ada salah seorang manajer di kantor ini yang kerasukan roh seorang perempuan. Sang roh bernama Wulan. Dia telah mati karena bunuh diri 100 tahun silam.

Lucunya, sang manajer yang bertubuh tambun dan galak itu, tiba-tiba dapat berjalan sangat gemulai laksana perempuan. Tak hanya itu, suaranya juga berubah lembut khas wanita muda. Nah dari celoteh Wulan-lah cerita yang sebenarnya bergulir. Termasuk tentang para korban mahluk di lantai empat.

Wulan yang meminjam mulut Pak Wardoyo, sang manajer itu, bercerita bahwa bos besar mereka itu telah meminjam arwahnya sebagai budak suruhan untuk mendapatkan harta. Bahkan, untuk mengikat jiwa seseorang yang dia kehendaki untuk ditaklukkan.

Arwah Wulan juga mengaku bahwa pada hari-hari tertentu dia akan diberi “suguhan khusus” oleh majikannya. Syaratnya, bos mereka itu harus memakan tiga jenis makan kesukaan Wulan dalam jumlah yang amat banyak. Mungkin inilah yang menyebabkan kenapa bos mereka makan dalam jumlah banyak dan nampak rakus.

Rano juga pernah melihat dukun kepercayaan bosnya dating ke lantai empat untuk mengadakan ritual semalam suntuk. Setelah itu, beredarlah cerita dari mulut ke mulut orang dekatnya, bahwa bosnya akan segera memecat beberapa orang karyawan, sebab menurut sang dukun mereka tidak cocok dan harus dikeluarkan.

Yang terjadi selanjutnya, setelah kedatangan dukun itu, suasana di dalam kantor makin kacau. Seringkali terjadi keributan di antara staff dan karyawan. Sejumlah peristiwa aneh juga terjadi. Mulai staff kerasukan, mengalami kecelakaan fatal hingga cacat, bahkan yang meninggal pun ada.

Selain itu, bisnis di perusahaan yang bergerak dalam industry perkayuan itu menjadi tersendat-sendat. Banyak hasil produksi yang tidak laku dijual bahkan dikembalikan karena rusak. Padahal, semua barang produksi yang dikirim dalam keadaan baik tanpa cacat.

Kondisi semacam ini membuat pikiran Rano menjadi tidak karuan. Hingga, pada suatu malam, ketika semua staff dan karyawan telah meninggalkan ruang kerjanya masing-masing, tinggallah Rano sendiri bekerja. Ketika dirinya sedang membereskan dan membersihkan ruangan kerja para staff, tiba-tiba saja ada angin dingin menyapu pundaknya.

Tidak berapa lama, samar-samar Rano mendengar suara perempuan yang seolah sedang merapal mantera. Seketika itu rasa takut di dalam hatinya muncul. Terlebih lagi, lama kelamaan suara itu semakin keras terdengar, meski tidak jelas mantra yang sedang dilantunkannya. Walau begitu, Rano coba memberanikan diri bangkit lalu berjalan ke arah datangnya suara itu.

Dia kemudian membuka pintu koridor ke lantai tiga, yang di duga suara itu bersumber dari sana. Seketika tercium semerbak wangi bunga melati, serta aroma kemenyan. Rano menghentikan langkah untuk sekedar megatur nafas, sambil menenangkan hatinya yang mulai dihantui rasa takut. Hatinya pun kecut bukan main ketika sadar bahwa langkah itu telah sampai di trap tangga terakhir dari sekian anak tangga menuju ruangan di lantai empat.

Sementara itu, suara semakin keras terdengar, diselilingi oleh aroma semerbak bunga dan kemenyan serta anyir darah yang semakin menyengat hidungnya. Sejenak, Rano berdiri terpaku di depan pintu kaca kusam yang membatasi pandangannya ke ruangan bagian dalam. Tangannya bergetar tak sabar ingin membuka pintunya.

Didorongnya pintu itu perlahan. Saat dirinya melangkah tertatih di dalam sauasan temaram, Rano mengenali gerak-gerik sesosok mahluk besar lampu itu. Kakinya pun terasa lemas! Sungguh, dia benar-benar melihat bagaimana makhluk itu sambil menggeram terus menggerogoti mangsanya denga rakus.

Dalam keadaan sangat takut, dia mengenal kalau ternyata mahluk itu wujudnya siluman. Dia sedang mengoyak-oyak sepotong daging merah dengan kuku hitam tajamnya. Setidaknya itulah pandangan gaib yang dia lihat, yang tentu saja tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun Rano dapat melihatnya dengan jelas, karena dirinya juga memiliki ilmu supranatural.

Aneh, tiba-tiba lampu di dalam ruangan itu padam. Rano terkejut dan hampir tidak menguasai diri lagi. Bau anyir darah busuk itu sangat menyesakkan dada, hingga kepalanya pusing. Suara dengusan laksana harimau besar itu menghentak jantungnya!

Dalam ruangan gelap itu Rano tidak dapat berbuat apa-apa, selain membalikkan badan menghambur keluar ruangan. Tapi siluman itu tidak tinggal diam. Dia berusaha menangkapnya. Rano kemudian terdorong keluar dari ruangan. Tapi siluman itu tidak tinggal diam. Dia berusaha menangkapnya. Rano kemudian terdorong keluar dari ruangan itu. Di ruangan yang lebar terang itu, Rano cukup jelas melihat wajah mahluk aneh itu, dengan seringai gigi tajamnya yang berlumuran darah.

Rano pun berteriak sekuat tenaga. Tidak sadar, kakinya terpeleset. Tubuhnya terpelanting jatuh berguling-guling menuruni anak tangga sampai ke lantai. Tak khayal lagi seluruh sendi di badannya terasa remuk redam. Kepalnya pusing berat. Bersamaan dengan itu, di telinganya kembali terngiang suara perempuan pembaca mantera tadi. Sambil menahan sakit, Rano segera berlari meninggalkan ruangan….

Seminggu setelah kejadian itu, suatu siang Rano sedang merapikan beberapa barang yang tertumpuk di koridor gelap depan ruangan. Bosnya muncul dengan tiba-tiba. Dia berjalan ke arahnya dengan rona wajah yang tidak bersahabat. Rano segera bangkit untuk member salam. Tidak diduga dia malah mengancam dengan kata-kata yang tidak mengenakan hati.

“Hei…,” sembari jarinya menunjuk ke arah Rano.

“Kamu tahu kalau saya ini orang kaya raya, gua ada uang banyak, ribuan setan, arwah leluhur bahkan jin manapun sudah gua panggil dan gua tundukkan, apalagi  cuma kamu!” cecarnya dengan nada sinis.

“Saya peringatkan! Mahluk besar di lantai empat adalah pelindung saya, seluruh harta saya dia yang jaga, dia amat kuat luar biasa, tidak aka nada yang bias kalahkan dia  punya kekuatan! Dan saya tidak bias mati!” bentaknya lagi.

“Jadi kamu jangan coba-coba ganggu dia punya tempat, apalagi kamu mau jadi pahlawan. Karena bukan di sini tempatnya! Kalau kamu masih butuh makan, kamu kerja baik-baik seperti s bego lainnya atau kamu akan saya keluarkan dari sini!” kejarnya lagi sambil telunjuknya mendorong kening Rano keras-keras.

Setelah itu dia pergi sambil masih terus mengumpat dengan kata-kata yang sangat keras.

Penghinaan bosnya itu memang sungguh menyakiti perasaannya. Harga dirinya telah diinjak-injak oleh bos gendut itu. Namun, bukan ini alasan utamanya untuk berhenti bekerja. Demi Tuhan, sejak peristiwa malam itu, bayangan menyeramkan mahluk itu selalu menghantui nya. Bahkan, dengus nafasnya yang berbau busuk itu serasa begitu dekat dengan hidung dan telinganya.

Walau Rano sangat membutuhkan pekerjaan, namun dia memutuskan untuk segera resign dari perusahaan itu. Dan hari itu, dia kembali duduk di sofa depan ruangan bosnya, menunggu giliran masuk seperti waktu itu. Tapi kali itu bukan untuk mengemis minta pekerjaan, namun dia akan mengundurkan diri.

Tak lama kemudian Rano masuk. Ketika berhadapan dengan bosnya, sedikit pun dia tidak mau melihat wajahnya. Sembari menjawab pertanyaannya, dalam hati Rano terus berdoa dan berdzikir seperti yang pernah diajarkan oleh guru supranaturalnya dulu, serta berusaha tetap menjaga kesadaran pikiran, agar tidak terpengaruh jampi-jampi lewat tatapan matanya yang tajam itu.

Sambil disertai sumpah serapah dari mulut bosnya itu, Rano segera keluar meninggalkan ruangannya. Dengan nama Tuhan, Rano segera tinggalkan kerajaan setan itu untuk kembali kehidupannya yang normal.

Demikianlah sepenggal kisah yang pernah Rano alami. Sekedar informasi bahwa perusahaan itu sekarang sudah tidak ada lagi, alias dirobohkan, bahkan sekarang tinggal lahan kosong tanpa bangunan. Perusahaan itu mengalami kebangkrutan.

Sabtu, 03 November 2012

Lirik Lagu Adik Menangis 1 Malam


Satu satu satu dua dua dua dua tiga… tiga
Adik menangis 1 malam
Teringat akan perpisahan yg sedih ini
Kalau boleh kakak jangan tinggalkan kami lagi hoooee
Tiga…

Adik menangis 1 malam
Teringat akan perpisahan yg sedih ini
Kalau boleh kakak jangan tinggalkan kami lagi hoooee

Hoe..hoe..hoe..hoe kakak… kakak
saya sangat sedih, Ditinggalkan oleh kakak
Hei... hei... hei... puccuk... puccuk puccuk di pucuk pohon lontar
Siapa namanyu permai
Awan biru menggantung di sana
Melambangkan cintaku kepadamu kakak
Sayang…. rindu pada kakak
Talla tiana balbau foreeveer
Foreeveer and eeeveer
Tiga.. tiga dua satu tigaaa

Adik menangis 1 malam
Teringat akan perpisahan yg sedih ini
Kalau boleh kakak jangan tinggalkan kami lagi hoooee

Cinta dan kakak
Aku cinta kakak
Seperti beningnya sungai Noel Mina Noel Benain
Yang bermuara di laut timor
Laut selataaaaan….

Tinggi cintaku setinggi Gunung Mutis
Juga lakaan gunung-gunung kita
Hey.. Kan kupatrikan namamu
Di dinding.. dinding di kali tenes
Hey..hey..hey cintakuuu
Murni.. semurni heeeyy
Murni.. semurni heeeyy

Sumber mata air… Sumber mata air
Di Noel Mina jugaa di Noel Benain
Kakak jangan kau cemburu
Kalau kau tidak percaya
Ambil paraaang
Belaah saya pung dada ini
Belah sa pung daaada
Hey kakak… kakak… kakak

Adik menangis 1 malam
Teringat akan perpisahan yg sedih ini
Kalau boleh kakak jangan tinggalkan kami lagi hoooee

Woee kakak.. kakak…
Aku katakan kepadamu
I Love You Ammannekan
Ammannekan ko I Love You

Hey..hey kakak
Jangan kau begitu
Jangan kau begitu
Hey.. hey walaupun
Makan peng maksud saya
Tetap setia sampingmuuu

Woi kakak kakak
Lais malina talnoelbe
Amannekan ko kakak
Talla nial na balbau
Forever and ever
Forever and ever

Adik menangis 1 malam
Teringat akan perpisahan yg sedih ini
Kalau boleh kakak jangan tinggalkan kami lagi hoooee
Lagi hoe… Lagi hoe… hey..hey hey hey hey hey
hey..hey hey hey heeeeeeeey
hey hey..hey hey hey hey hey
hoe hoe hoe hoe hoe hey hey hey

Lirik ini di tulis ulang oleh La Dawan Piazza
MY NAME IS DAWAN

Selasa, 30 Oktober 2012

Undangan Berpartisipasi Dalam Ubud Writers & Readers Festival ( UWRF) 2013


Undangan Berpartisipasi Dalam Ubud Writers & Readers Festival ( UWRF) 2013

Pecinta sastra Indonesia,

Ubud Writers & Readers Festival kembali membuka seleksi karya untuk festival 2-6 Oktober  2013.

UWRF akan memilih 15 penulis emerging Indonesia yang kehadiran serta partisipasinya di festival akan didanai oleh UWRF dan lembaga funding mitra Hivos.

Pemilihan akan didasari pada sejumlah kriteria, termasuk kualitas karya, prestasi dan konsistensi dalam berkarya, serta dedikasi pada pengembangan kesusastraan Indonesia.
Seleksi dilakukan oleh Dewan Kurator yang beranggotakan penulis-penulis senior Indonesia.

Kegiatan festival meliputi: Panel Diskusi, pembacaan karya, lokakarya, peluncuran buku, pementasan seni, serta beberapa acara satellite yang diadakan di beberapa kota di Indonesia.

Bila Anda adalah penulis Indonesia, atau mengenal penulis yang Anda anggap layak, layangkan pendaftaran sesuai syarat dan ketentuan di bawah ini:
  • Penulis adalah warga negara Indonesia ( menyertakan fotokopi KTP)
  • Menulis karya sastra, baik berupa puisi, prosa ( cerpen, novel atau novelet), naskah drama maupun karya non- fiksi.
  • Karya dapat berupa buku, kumpulan naskah yang belum ataupun sudah pernah diterbitkan di media massa.
  • Penulis yang sudah menerbitkan buku silahkan mengirimkan beberapa buku karyanya.
  • Bagi penulis yang belum menerbitkan buku dipersilahkan mengirimkan 30 karya puisi terbaik atau 8 karya cerpen terbaik, atau 5 karya essai, atau 3 naskah drama dengan dijilid.
  • Karya dapat juga dikirimkan melalui email dan panitia akan meminta hardcopy jika diperlukan.
  • Sertakan biodata diri, nomor kontak / HP dan alamat email dengan jelas. Silahkan melampirkan tentang aktivitas sastra dan keterlibatan dalam komunitas yang diikuti. Apabila anda menggunakan nama pena, mohon sertakan juga nama lengkap yang asli.
  • Koresponden dan pengumuman seleski akan dilakukan melalui Email.

Kirim ke sekretariat panitia UWRF paling lambat tanggal 30 Januari 2013  (cap pos). Pengumuman 15 penulis yang terpilih akan di umumkan pada akhir Mei 2013.

Pengiriman Aplikasi ditujukan kepada :

Kadek Purnami- Ubud Writers & Readers Festival
Jl. Raya Sanggingan Ubud - Indus Restaurant. PO Box 181, Ubud Bali 80571. Telp : 0361-7808932
Email : kadek.purnami@ubudwritersfestival.com           www.ubudwritersfestival.com