Misteri Beringin Tua Bikin
Kemaluanku Membusuk
Oleh : Jemy Haryanto
Kisah
menyeramkan ini dituturkan langsung oleh korban. Dimana dirinya tak henti
mendapat teror seorang nenek misterius penunggu pohon tua yang dikencinginya.
Tak hanya itu kemaluannya pun membengkak dan membusuk. Berikut adalah kisah
selengkapnya
*****
Sebut
saja namaku Iwan. Umurku 32 tahun sekarang. Aku adalah seorang PNS di salah
satu kantor pemerintah di Pontianak. Pengalaman sarat mistis yang pernah aku
alami berawal ketika aku dan teman-teman kampus berekreasi ke sebuah pantai di
luar kota, untuk mengisi liburan akhir semester saat kuliah dulu.
Sengaja
kisah ini kututurkan, agar para pembaca dapat mengambil hikmah. Ya, setidaknya
dapat berhati-hati dalam melakukan setiap aktifitas karena di dunia ini tanpa
kita sadari terdapat dimensi kehidupan lain, yang di dalamnya hidup
mahluk-mahluk yang tak bias dilihat dengan mata telanjang.
Suatu
pagi, beberapa tahun silam, aku terbangun setelah mendengar suara rombongan
sepeda motor meraung-raung di halaman depan rumahku. Lalu kulirik jam pada
dinding kamar. Sudah waktunya berangkat. Memang, untuk mengisi liburan panjang,
hari itu aku bersama teman-teman kampus akan berekreasi ke pantai Pasir
Panjang, kota Singkawang. Saat hendak beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba
daun pintu terbuka lebar dan beberapa orang masuk menyerbuku. Mereka tak lain
adalah teman-teman kampusku.
“Jangan
lama Wan! Kasihan teman-teman sudah menunggu di depan,” ujar Maman. Dengan
langkah yang gontai dan mata masih setengah terpejam, aku pun berjalan menuju
kamar mandi.
Kira-kira
pukul setengah sepuluh pagi aku dan rombongan pun berangkat menuju pantai. Kami
memilih sepeda motor sebagai kendaraan. Selain lebih praktis, dengan bersepeda
motor sensasi petualangan akan lebih terasa serta bisa memicu adrenalin.
Dengan
berkonvoi secara tertib, kami menelusuri jalanan yang berkelak-kelok, mendaki
dan menurun. Melewati barisan pohon-pohon yang rindang dan bukit yang
menjulang. Bila rasa lelah dan dahaga mendera, kami pun beristirahat di
pepohonan yang rindang. Sambil melepas lelah kami pun bercanda ria. Setelah
merasa cukup beristirahat kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
Sekitar
sore atau selama empat jam lebih perjalanan, akhirnya kami pun tiba di pantai.
Suara deburan ombak dan pasir putih seakan menyambut kedatangan kami.
Sorak-sorai pun terdengar riuh menyatu dengan ombak saat teman-temanku
menceburkan diri ke laut. Jiwa terasa damai saat aku berdiri di tepi pantai dan
menatap air yang biru dan luas. Kuhirup angin segar yang datang menerpa wajah
dan rambutku.
Singkat
cerita, kami menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, bercanda ria sambil
menghangatkan diri di api unggun dan tidur ditenda yang menghadap ke pantai
itu, akhirnya kami menyudahi liburan mengasyikkan itu. Rasanya ingin
berlama-lama berada di sana tapi tidak mungkin, besok kami harus bersiap-siap
untuk mengikuti mata kuliah perbaikan.
Karena
rasa lelah dan letih ditambah rasa kantuk yang terus mendera akibat bergadang,
dalam perjalanan kami banyak habiskan waktu beristirahat. Sampai pada akhirnya
kami berhenti dan beristirahat di sebuah gubuk tua yang berada di pinggir
jalan.
TUBUH MENDADAK DINGIN
Di
tempat itual awal dari malapetaka yang menimpa diriku. Saat itu aku dan
beberapa orang temanku ingin buang air kecil. Tepat di belakang gubuk ada
sebuah pohon yang sangat besar, berdaun lebat dan memiliki akar yang kokoh.
Pohon beringin tepatnya. Melihat ada tempat yang cocok untuk membuang air
kecil, aku pun menuju pohon itu dan mengajak temanku. Namun temanku menolak,
mereka lebih memilih semak belukar yang tidak jauh dari pohon itu.
“Kalau
bisa jangan kencing di situ Wan, sepertinya angker,” ujar Maman memperingatkan.
“Ya
betul, pohonnya saja terlihat seram dan angker, cari tempat yang aman saja”
temanku yang lain menambahkan.
Mendengar
ucapan kedua temanku itu aku malah tertawa geli. Konyol sekali kalau mereka
masih percaya dengan tahayul, pikirku. Memang, tak ada hal-hal aneh yang
kualami pada saat itu. Semuanya masih berjalan normal.
Setelah
beristirahat selama 30 menit lebih di gubuk tak berpenghuni itu, kami pun
kembali melanjutkan perjalanan. Namun, saat rombongan hendak melanjutkan
perjalanan, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menjalar di tubuhku.
Ya,
aku merasakan suhu tubuhku berubah dingin, kemudian mataku seperti
berkunang-kunang, dan kepala terasa sangat pusing. Tapi kejadian ini, hanya
berlangsung sebentar, sebab semuanya kembali normal. Karena itulah aku
menganggapnya hanay sebagai efek dari rasa letih yang mendera tubuhku.
Sekitar
pukul 10 malam, kami semua tiba di Pontianak dalam kedaan selamat. Sementara
itu, sesampainya di rumah aku langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur,
dan dalam hitungan detik saja aku pun tertidur pulas.
Namun,
dalam tidur aku bermimpi didatangi oleh seorang nenek dengan wajah menyeramkan.
Dalam mimpiku itu si nenek terus melototiku dengan mengacungkan tangannya,
sepertinya dia sedang marah. Dari mulutnya keluar kata-kata yang sangat
panjang, tapi aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Pada
keesokan harinya, aku menjalankan aktifitas seperti biasa. Namun ada yang
sering menggangguku saat beraktivitas yaitu rasa gatal di kemaluanku. Awalnya,
aku menganggap hal itu dikarenakan aku terkena penyakit kulit biasa akibat
memakai handuk secara bergantian dengan teman-temanku saat berada di pantai
itu, atau mungkin juga rasa gatal itu akibat air yang kurang steril saat mandi
di kamar mandi umum. Yang paling mungkin, adalah karena aku telat mengganti
celana dalam.
Namun
yang aneh, dalam kurung waktu sepekan rasa gatal itu juga hilang, malah semakin
menjadi-jadi. Padahal aku telah memberinya bedak, bahkan aku juga mandi dengan
sabun antiseptik.
Karena
tidak tahan dengan rasa gatal itu, aku pun mencoba melihat apa yang terjadi
pada kemaluanku. Bukan main kagetnya aku saat melihat kondisi burungku tak
seperti biasanya. Di sekitar daerah kemaluanku dipenuhi dengan bintik-bintik
kecil. Aku sama sekali tidak menyadari apa yang telah terjadi. Beberapa waktu
lalu saat aku hendak buang air kecil aku tidak melihat bintik-bintik tersebut.
Pada
saat itu aku segera ke dokter kelamin untuk memeriksa penyakitku. Setelah
diperiksa dokter mengatakan aku terkena penyakit kotor, yaitu syphilis. Tentu
saja aku kaget dan tidak setuju dengan apa yang dikatakan dokter, karena aku
sama sekali tidak pernah berhubungan intim dengan wanita, apalagi pelacur. Di
umurku yang telah mencapai kepala dua waktu itu, aku tidak pernah berhubungan
badan baik dengan pelacur atau pun dengan pacarku. Selama menjalin hubungan
khusus dengan wanita, aku hanya mencium bibir saja.
Walau
pun tidak terima dengan kesimpulan dokter aku tetap mengikuti saran-sarannya,
sebab berharap bisa sembuh dari penyakit yang kuidap. Resep obat yang diberikan
pun aku tebus dengan uang yang tidak sedikit.
Tapi
setelah mengikuti saran dokter dan meminum obat yang diberikannya, penyakit
pada kelaminku tak kunjung sembuh, malah semakin parah. Bintik-bintik kecil
telah berubah menjadi benjolan-benjolan yang semakin membesar dan disertai
dengan rasa gatal yang luar biasa. Celakanya lagi, saat aku hendak buang air
kecil terasa perih juga hingga sukar untuk mengeluarkan air seniku. Tentu saja
hal ini membuatku semakin khawatir terhadap penyakit aneh tersebut. Karena
lambat laun kemaluanku membusuk.
Semenjak
menderita penyakit aneh tersebut, aku tidak mau memberitahukan kepada siapa
pun, baik keluarga maupun teman-temanku. Aku malu untuk menceritakannya dan
merasa takut kalau dituduh telah berbuat macam-macam. Aku lebih banyak
mengurung diri dalam kamarku.
Malangnya
lagi, penyakit aneh menyiksaku. Karena tidak kuat menanggung beban sendiri dan
butuh saran dari pihak keluarga, aku pun menceritakan yang menimpa diriku
kepada ayah. Seperti dugaanku, ayah pun menuduhku telah melakukan hal-hal yang
negatif. Kemudian ayah membawaku ke dokter spesialis kelamin. Dokter yang
memeriksaku mengatakan bahwa ciri-ciri penyakit yang kuderita aku terkena
syphilis. Namun ketika darahku diperiksa dilaboratorium, ternyata negative. Aku
tidak terkena penyakit kelamin jenis apa pun. Tentu saja hasil diagnosa
tersebut membuat dokter bingung apalagi aku dan ayah.
Setelah
mendapat perawatan intensif dari dokter, kondisiku sama sekali tidak mengalami
perubahan. Sakit yang kuderita semakin bertambah parah. Kemaluanku tampak
membengkak, karena benjolan di sekitar kelaminku semakin membesar dan disertai
nanah. Benjolan-benjolan itu pun menjalar sampai ke pantat hingga ke perut.
Rasa gatal di kelamin berubah menjadi rasa perih sehingga membuatku tidak mampu
untuk berjalan. Akibatnya kesehatanku pun semakin memburuk. Suhu tubuh tinggi,
disertai dingin yang menggigil. Anehnya, seiring membesarnya benjolan di
kelaminku, kondisi tubuhku pun semakin kurus.
NENEK TUA ITU MATANYA MELOTOT
Yang
membingungkan, selama menderita sakit aneh tersebut, aku juga sering bermimpi
buruk. Dalam mimpi itu lagi-lagi aku melihat nenek berwajah seram itu datang
dan tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaanku. Dia sepertinya senang melihat
aku menderita.
Bahkan
yang terjadi kemudian, aku tidak saja melihat nenek misterius itu dalam mimpi,
tapi juga dalam keadaan sadar. Aku kerap kali melihat sosok itu berdiri di
depan pintu kamar dengan mata melotot seolah-olah hendak memakan kelaminku.
Melihat sosok yang menyeramkan itu tentu saja aku menjerit ketakutan.
Aku
coba menceritakan keanehan ini kepada ayah dan ibuku. Namun mereka menganggap
hal itu adalah halusinasi semata karena pengaruh panas tinggi suhu badan.
Sementara
itu, kian hari keadaanku kian parah. Bersamaan dengan itu juga keanehan itu
semakin sering menderaku. Pernah suatu malam ketika tidur, aku dikejutkan
dengan suara tawa yang terbahak-bahak. Saat aku membuka mata, aku melihat nenek
itu tengah berdiri di atas tubuhku, sedang menginjak-injak kemaluanku. Melihat
hal itu tentu saja aku menjerit-jerit ketakutan, hingga membangunkan seisi
rumahku.
Melihat
kondisiku yang semakin memprihatinkan, membuat orang tuaku bersedih. Begitu
pula dengan sahabat dan teman-temanku. Segala upaya telah mereka lakukan untuk
menyembuhkanku, namun hasilnya sia-sia. Tapi untung saja akhirnya aku dipertemukan
dengan seorang berhati mulia dan berilmu tinggi. Dia adalah pak Norman, sebut
saja demikian. Pertemuanku dengan pak Norman tanpa diduga sebelumnya. Ayah
temanku yang ada di kabupaten lain kebetulan berada di Pontianak, karena ada
suatu urusan. Mendengar aku sakit parah dia segera menjengukku yang saat itu
secara kebetulan dia bersama pak Norman, salah satu teman kantornya.
Saat
pertama kali melihat kondisiku yang tidak berdaya, pak Norman sangat terkejut.
Berkali-kali dia mengucapkan Istigfar. Dia memberitahukan kepadaku, juga
keluargaku, apa yang sebenarnya telah terjadi menimpa diriku. Dia mengatakan
bahwa aku bukan mengidap penyakit medis, tapi mengidap penyakit akibat gangguan
jin. Dari hasil deteksi dan terawangnya, aku telah membuat mahluk jin itu marah
karena telah mengotori rumahnya, yang tak lain adalah pohon yang aku kencingi
saat berada dalam perjalanan pulang dari pantai.
Mendengar
penuturan pak Norman seketika aku menjadi ingat dan mengakui kalau pernah
membuang air kecil sembarangan. Persisnya di sebuah pokok beringin tua.
Mendengar pengakuanku, kemudian lelaki setengah baya itu meminta ijin dan doa
restu kepada orang tuaku untuk mencoba menyembuhkanku.
Lalu
dia meminta segelas air putih, kemudian duduk bersila dan membacakan doa-doa di
air tersebut. Saat dia hendak meminumkan air itu kepadaku, tiba-tiba entah
datang dari mana ada sesuatu kekuatan yang menghantam gelas itu dan gelas itu
pecah di tangan pak Norman. Untung saja wajahku dan wajah pak Norman tidak
terkena pecahan beling.
Melihat
kejadian ini, semua yang ada di kamarku tersentak kaget. Suasana semakin tegang
dan mencekam saat jendela kamar bergerak kuat dihempas angin yang tiba-tiba
saja datang, padahal malam itu tidak ada tanda-tanda hujan akan turun.
Melihat
gelagat aneh itu pak Norman lalu memasang kuda-kuda. Aneh sekali, tepat di
depannya aku melihat nenek yang kerap hadir mendatangiku dalam mimpi maupun
nyata. Ternyata nenek itu marah pada pak Norman berusaha untuk menyembuhkanku.
Ketika
melihat nenek itu berusaha menyerang pak Norman, aku menjerit ketakutan dan
menunjuk-nunjuk ke arah si nenek yang berdiri tegak di dekat jendela. Tapi
aneh, ayah, ibu, paman dan sanak keluarga yang berada di kamarku tidak melihat
apapun. Hanya aku dan pak Norman yang melihat sosok menyeramkan itu.
Dengan
gerakan-gerakan silat, pak Norman akhirnya berhasil mengalahkan nenek itu.
Karena terdesak, sosok nenek itu merasuk ke dalam tubuh ibuku. Seketika ibu
kalap, sebab kerasukan. Kami semua menjadi panik. Ibu menyerang siapa saja yang
dekat dengannya. Untung saja pak Norman tetap tenang, dengan gerakan cepat dan
satu kali hentakan saja sosok gaib itu berhasil dikeluarkan dan dikembalikan ke
asalnya.
Setelah
semua tenang dan terkendali, pak Norman kembali member aku air yang terlebih dahulu
diberinya doa-doa. Setelah meminum air itu aku merasakan lebih baik dan tenang.
Pak Norman lalu mengarahkan tangannya ke kemaluanku. Gerakan tangannya seperti
membuang sesuatu dari kemaluanku. Pak Norman mengatakan kalau pengobatan yang
dilakukannya tidak bias dilakukan sekali, tapi harus rutin sampai aku sembuh
total, karena ada energy negative yang terlalu lama berada bersemayam di dalam
tubuhku.
Aku
bersyukur, setelh menjalani terapi air putih yang telah diberi doa ole pak
Norman, tidak sampai satu bulan aku telah sembuh. Benjolan-benjolan kecil di
kelaminku pun telah tidak ada lagi dan kesehatanku pun pulih kembali. Aku
sangat bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan kesembuhan kepadaku.
Inilah
kisahku yang mungkin bisa menjadi pelajaran. Dan setelah kejadian itu, aku
sangat berhati-hati ketika buang air kecil. Tidak lagi sembarang tempat. Dan
tidak pula lupa berdoa.
2 komentar:
Maka.a low mau buang air kecil liat lait tempat dong
Terlalu ngeyel juga sih keliatannya. Udah salah, dikasih tau tapi sok paling bener. Ya begitu... Untung sembuh
Posting Komentar