Kamis, 05 Juli 2012

KISAH CINTA SEORANG ISTRI SOLEHA


Penulis : Muhammad Ridwan

Amanda namanya, dia adalah istri dari seorang ulama kampung yang setiap hari masuk daerah pedalaman untuk berdakwah kepada penduduk disana. Dia masih berumur 14 tahun saat dinikahi oleh ustas Aminuddin yang saat itu berusia 25 tahun, hingga menjelang 30 tahun pernikahannya ia belum juga dikarunia seorang anak laki-laki yang kelak akan melanjutkan perjuangannya dalam berdakwah ke pelosok desa terpencil.

Kehidupan keluarga ini sangat sederhana, terkadang sang istri hanya makan sekali sehari agar suaminya bisa makan setelah pulang ke rumah, sebab Amanda ditinggal berminggu-minggu oleh suaminya untuk berdakwah. Apabila di dapur tidak ada apa-apa untuk dimakan ustas Aminuddin hanya meminum segelas air putih dan sebiji pisang untuk menjanggal perutnya yang kosong, tapi jika ada rezeki lebih berupa bekal makanan dari pemberian warga desa yang ditempati berdakwah ia berikan semuanya kepada istri untuk dimasak. Tapi Amanda dengan tabah menjalani hidup susah bersama suaminya selama 30 tahun tanpa dikarunia seorang putra.

Hingga suatu malam ustas Aminuddin berdoa agar selalu dicukupkan rezeki yang didapatnya dari berdakwah dan selalu menjaga hatinya agar senantiasa selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada keluarganya. Ketika sang ustas tertidur ia bermimpi didatangi seorang laki-laki berjubah putih dan memberi saran agar segera menikah lagi untuk mendapatkan keturunan yang kelak akan melapangkan rezeki bagi keluarganya. Tapi mimpi itu tidak langsung diberitahu kepada istrinya karena takut mennyakiti hati istrinya.

Suatu hari beliau pergi berdakwah ke daerah pedalaman terpencil tanpa akses kendaraan masuk ke wilayah tersebut, ia rela berjalan kaki puluhan kilometer menyusuri jalan setapak demi dakwah dijalan Allah. Sesampai ditempat tujuan beliau memberikan ceramah di surau desa tersebut serta menjumpai seorang santri wanita yang wajahnya mirip seperti yang terlihat dalam mimpinya semalam, hingga ia pun memberanikan diri berkenalan sama sang akhwan.
”Siapa gerangan nama adinda?” tanya pak ustas.
“Nama saya Hamidah pak ustas!” jawabnya.
“Bolehkan aku bertemu kedua orang tuamu wahai adinda!” kata pak Ustas
“Boleh, tapi ada maksud apa Pak Ustas ingin bertemu kedua orang tua saya,” kata hamidah penasaran.
“Saya ingin menyampaikan maksud bahwa saya ingin melamar adinda sebagai istriku, agar kelak bisa memberikan aku keturunan yang sholeh untuk melanjutkan dakwah saya.

Hamidah kaget dan gembira bukan kepalang mendengar pernyataan pak Ustas yang baru dikenalnya, tiba-tiba menyatakan lamarannya.

Setelah sang ustas berbincang-bincang dengan Hamidah di surau, akhirnya ia menemui kedua orang tuanya untuk menyampaikan lamarannya, dengan penjelasan yang baik dan masuk akal orang tua sang gadis pun menerimanya. Tapi terlebih dahulu sang ustas memberitahu mereka bahwa dia punya istri dan harus meminta restu istrinya agar mengizinkan dia menikah lagi untuk memberinya seorang keturunan yang didambakannya selama 30 tahun.

Dalam perjalanan pulang, dalam hati sang ustas merasa ragu untuk menyampaikan maksud hatinya kepada istrinya untuk menikah lagi sedangkan dia sendiri tidak sanggup menafkahi istrinya secara materi, apalagi kalau memiliki istri dua apakah dia sanggup menafkahi dua-duanya. Tapi hal itu tetap ingin ia utarakan pada sang Istri sesampainya dirumah.

Sang ustas pun tiba ke rumah dengan membawa bekal dari kampung Hamidah berupa hasil bumi untuk dibawakan istrinya. Sehari setelah sampai dirumah sang suami memanggil istrinya

“Wahai adindaku tersayang saya ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi aku takut hal ini akan menyakiti hatimu,” kata pak ustas

“Katakanlah wahai kakandaku, aku tidak akan marah jika memang hal itu dijalan kebenaran,” jawab istrinya.

“Beberapa hari yang lalu saya bermimpi bertemu seorang gadis muslimah dan seorang laki-laki berjubah putih menyuruh saya untuk menikahinya agar mendapatkan seorang keturunan yang kelak akan melanjutkan dakwah saya”, kata pak ustas bercerita.

“Apakah kakanda yakin dengan mimpinya semalam bahwa itu sebuah ilham dari Allah SWT ?,” tanya istrinya ragu.
“Ya, aku yakin dengan wanita yang saya lihat mimpinya semalam itu, karena saya sudah bertemu dengannya di surau desa terpencil yang barusan aku kunjungi. Wajah wanita itu persis mirip dengan mimpi saya semalam, jadi sudihkah kiranya saya diizinkan untuk menikah lagi ?,” tanyanya lagi.

“Jika memang kiranya itu untuk kepentingan dakwah di jalan Allah SWT saya bersedia untuk merestui perkawinan kakanda, karena selama 30 tahun kita menikah aku  nggak sanggup memberimu keturunan,” kata istrinya sambil menangis sesengukan.

“Kenapa engkau menangis adinda bukankah kau sudah menyetujui perkawinan ini!” kata pak ustas pada istrinya.

“Aku sedih karena tidak bisa membahagiakan suamiku tercinta dengan memberinya seorang putra, aku juga takut jika kelak kasih sayang kakanda tidak sama lagi seperti dulu hingga kakanda lebih menyayangi istri mudanya,” jawab Amanda.

“Tenangkanlah hatimu wahai adindaku tersayang, aku senantiasa akan tetap berbuat adil untuk membagi cintaku sama adinda” katanya.

Setelah mendapat persetujuan istrinya akhirnya Ustas Aminuddin dan Hamidah gadis desa berumur 20 tahun itu melangsungkan pernikahan dengan meriah yang dihadiri istri tuanya. Singkat cerita tiga bulan setelah menikah akhirnya Hamidah hamil dan alangkah senangnya ustas Aminuddin mengetahui istrinya hamil.

Dan akhirnya Hamidah pun melahirkan anak lelaki lucu dari buah perkawinan keduanya, istri pertamanya juga ikut merawat anak dari Hamidah istri keduanya tanpa ada rasa kecemburuan sedikit pun. Mereka tampaknya akur dan hidup rukun dalam urusan pekerjaan rumah serta bergantian masak di dapur yang membuat pekerjaan rumah tangga cepat selesai.

Setelah anak ini beranjak dewasa rezeki pun mulai berdatangan, tadinya sang ustas yang hanya keluar masuk pedalaman untuk berdakwah dikontrak oleh sebuah perusahaan rekaman lokal untuk membawakan ceramah-ceramah yang direkam dalam bentuk kepingan CD. Sehingga sang ustas lebih dikenal masyarakat dan banyak mendapat panggilan ceramah dari Mesjid ke Mesjid dan CD-nya laku dibeli masyarakat.

Pada saat beredarnya kaset CD ceramahnya dipasaran, sebuah stasiun TV lokal setempat meliriknya dan ustas Aminuddin mendapatkan kontrak dan  tawaran ceramah Subuh setiap hari di TV tersebut sehingga menambah pundi-pundi penghasilan sang ustas yang sebelumnya hidup pas-pasan selama 30 tahun perkawinannya tanpa harus bersusah payah lagi keluar masuk pedalaman memberikan ceramah disaat usianya sudah setengah abad.

Anak dari perkawinan keduanya inilah yang membawa rezeki kepada sang ustas setelah sekian lama hidup susah bersama istri pertamanya dan ketabahan dan untaian kasih sayang istri pertamanya ini yang ingin di madu dengan wanita lain demi kepentingan dakwah sang suami juga ikut menyumbang tambahan rezeki buat keluarganya. Dan sang anak ini kelak akan melanjutkan perjuangan ayahnya untuk tetap memberikan ceramah bagi warga didaerah terpencil yang kekurangan tenaga pengajar dibidang agama.

Tidak ada komentar: