Jumat, 13 November 2009

Okkots adalah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Belum Di Sempurnakan



Sepatah kata dari Citizen

Reporter Panyingkul

Citizen reporter di website panyingkul.com Tusiana Noor Alfisyahr pendatang yang tinggal di Makassar sejak 7 tahun lalu, mengaku sering mengalami miskomunikasi alias salah sambung bila bercakap-cakap dengan warga Makassar. Ia menulis uneg-uneg khusus mengenai fenomena bahasa di Makassar, yang tak jarang membuatnya terperangah.
”Di kantor saya dulu, seorang teman menuliskan ‘Jl. Urif Sumoharjo’ yang maksudnya adalah ‘Jl. Urip Sumoharjo’. Pernah dalam suatu kesempatan atasan saya menggunakan kata ‘mengantisifasi’, bukan ‘mengantisipasi’. Dan di sebuah buku semacam biografi seorang pejabat tinggi di Sulsel (terbitan lokal) terdapat kata ‘etafe’, yang ternyata maksudnya adalah ‘etape’ Mungkin maksud beliau-beliau ini, kalau huruf ‘p’-nya diganti huruf ‘f’ , maka itulah yang benar dan akan terlihat keren. Sering pula terdengar di telinga saya kata-kata : ‘e-fi-fi’ (maksudnya ‘e-pi-vi’ atau ‘APV’), ‘tofik’ (maksudnya ‘topik’), ‘stef by stef’ (maksudnya ‘step by step’), ‘fassword’ (maksudnya ‘password’).”
Lain padang lain belalang, lain kampung lain juga logika bahasanya. Tampaknya inilah sikap arif yang sebaiknya ditunjukkan kaum pendatang, bila mencermati pengguna bahasa di Makassar. Tusiana memberikan contoh miskomunikasi yang dialaminya dengan kata “simpan” berikut ini:
“Tolong simpan bukunya di atas meja”
“Awas hati-hati, Nak, simpan dulu gelasnya, jangan dipegang-pegang, nanti pecah”
“Eh, eh, eh, jangan pegang-pegang kayu itu. Kotor. Simpan nak, ayo simpan”
“Motornya disimpan saja di depan pagar”
Selama ini, bagi Tusiana, makna kata ‘simpan’ adalah menaruh sesuatu di tempat yang tersembunyi. Tapi di Makassar, kata‘simpan’ berarti ‘taruh’ atau ‘letakkan’. Sehingga bila ada seorang ibu menyuruh anaknya untuk menyimpan kayu kotor yang dipegang, bukan berarti si anak harus menyimpan kayu itu di lemari, atau di bawah kasur misalnya. Tetapi cukup lepaskan saja kayu itu.
“Butuh waktu untuk memahami apa maksud lawan bicara saya, saat menggunakan kata simpan dalam kalimatnya” tutur Tusiana.
Keheranannya pun berlaku pada kata “tanya” yang sering dijumpainya. Berikut ini contohnya:
“Tolong Tanya ke bos, saya tidak masuk (kantor) hari ini”
“Sombong sekali si Ani ya, lewat begitu saja di depan kita, tidak mau tanya-tanya”
“Apa kamu sudah tanya mamamu, tadi ada telepon dari nenek?”
Kata ‘tanya’ pada ketiga kalimat di atas sangat aneh di tengah kaum pendatang seperti Tusiana. Maksudnya bukan untuk menanyakan sesuatu, tapi menyampaikan sesuatu. Kata ‘tanya’ tersebut tepat diganti dengan ‘lapor’ (pada kalimat pertama), ‘menyapa-nyapa’ (pada kalimat kedua), dan ‘lapor’/’memberitahu’ (pada kalimat ketiga).
Dalam akhir pemaparannya, Tusiana menyampaikan pemintaan maaf bila keluhannya tentang kesulitan berkomunikasi ala Makassar ini mendapat tanggapan negatif. “Saya hanya mewakili pandangan kaum pendatang yang berjuang keras memahami bahasa di Makassar.” Nah, bagi pendatang seperti Tusiana, kami sarankan untuk tidak kaget bila mendengar warga di Makassar gemar menggunakan kata "bunuh". "Bunuh lampu!", "Bunuh televisi", "Bunuh kompornya!". Maksudnya adalah "memadamkan", bukan perintah untuk melakukan pembunuhan...(p!)




Ini ada lagu dari Band Indie Makassar Art2Tonic yang berjudul MAKASSAR BISA TONJI yang artinya Makassar Bisa Juga. Lagu ini berisi sindiran buat Anak Muda Makassar yang sok berlagak orang Jakarta dengan memakai logat Jakarta Loe, Loe, Gue. Gue. End tapi terkadang dia okkots atau salah ucap seperti Loe, Gue, EnG . Lebih-lebih jika orang Makassar pergi merantau ke Jakarta dan pas dia pulang kampung seolah-olah dia lupa Bahasa Daerahnya, so pasti sampai kampung dia ngelogat pakai bahasa Jakarta yang mirip anak-anak Alay jaman sekarang.

Istilah anak Makassar jika anda yang okkots biasanya langsung di ledekin bahwa dia itu kekurangan Vitamin G atau Kelebihan Vitamin G. Okkots itu bukan saja terjadi terhadap orang Makassar tetapi ada beberapa teman gue dari Maluku, Papua, Timor Leste, NTT dan NTB kalau mereka ngomong juga terkadang okkots tetapi yang paling banyak okkots itu ya dari Sulawesi Selatan dan sekitarnya termasuk saya sendiri. Ha….ha…..ha….ha….!!!

Jadi intinya mayoritas orang Makassar atau mungkin seluruh kawasan Indonesia Timur itu bukan saja okkots di saat dia ngomong tapi okkots juga di tulisan, lihat saja foto-foto dibawah ini yang berhasil gue ambil di seputar Kota Makassar.












































































Agar anda mengerti gimana sih itu okkots lihat video ceramah agama ini, di jamin anda ngakak karena banyak okkotsnya dari ceramah Pak Ustas Amry. Hang Pong ke Hang Pong maksudnya Hand hone ke Hand Phone wakakakak





Sebagai Bonus dari koleksi foto ini saya tambahkan okkots bagi orang Sunda dan ternyata orang Sunda nggak bisa ngucapin huruf F dan V karena terpengaruh dengan bahasa daerah tapi yang paling banyak okkotsnya itu berasal dari Makassar dan seluruh kawasan Indonesia Timur, seperti contoh suami Krisdayanti Raul Lemos yang tidak bisa menyebut nama mantan suami KD dengan sebutan Anang tapi dia cuma bisa bilang Anan ==== G nya mana ? Langsung aja orang Makassar bilang tidak pakai G SetaaaanG…….wakakakakak !!

Coba dengerin kalimat okkots dari ceramah Ustad Das’ad yang memakai 
bahasa Indonesia logat Bugis Makassar sundul linknya di sini : 


http://www.4shared.com/audio/tKsJxVyX/Ceramah_Agama_Bugis__ANDAR_BUG.htm