Genre novel ini romance
untuk target 18 tahun ke atas
Inilah yang pernah saya
bilang tempo hari ada seorang teman yang di tolak cintanya hanya karena lelaki
itu bukan keturunan bangsawan yang bergelar ANDI. Woww… saya dari lelaki rakyat
jelata, darah saya seperti mendidih padahal ini bukan masalah saya. Tapi
sepertinya mereka memandang rendah seseorang gara-gara status sosial yang
disandangnya, bukan bangsawan, orang miskin, pengangguran dll.
Tapi saat pertemuan teman
lelaki ini di Pangkep tahun 2010 lalu, saya pernah datang ke rumah lamanya di
desa. Rumahnya orang tuanya hanya rumah panggung reot yang kayu-kayunya sudah
lapuk di makan usia. Profesi orang tuanya hanyalah petani dan berkebun jagung
di dekat Pabrik Semen Tonasa. Tapi teman saya ini pekerjaannya sudah lumayan
sebagai tehnisi listrik di PT. Semen Tonasa Pangkep dengan gaji lebih dari 1
juta yang sudah cukup untuk biaya hidup di Sulsel.
Teman ini yang berinisial
“A” sangat mencintai pacarnya saat itu dan hendak melamarnya tapi orang tua si
gadis menolak dengan mentah-mentah hanya gara-gara lelaki ini tidak memilik
gelar “ANDI” di depan namanya. Dia sempat frustasi berat saat itu dan hanya
selang beberapa bulan setelah putus. Wanita ini (mantan pacar si A) pacaran
lagi dengan seseorang berinisial “T” dan kedua-dua pacarnya saya kenal, tapi
saya lebih akrab dengan pacarnya yang pertama walaupun hanya kenal sesaat.
Kebetulan wanita ini
adalah teman kuliah mantan pacar saya si Anti di Universitas Pancasakti. Anti
ini adalah mantan pacar saya alias cinta pertama saya saat masih duduk di
bangku kelas 1 SMP dan ketemu untuk kedua kalinya saat kuliah. Saya ketemu dia
juga tidak sengaja, dia melihat saya saat jadi tukang ojek di lampu merah Jl.
Pajjaiyyang Daya Makassar dengan helm merah nomor 425 merek DMB pada bulan
September tahun 2003.
Saat pertemuan dengan
teman lelaki ini, saya ketemu dan melihat istrinya lebih cantik dari mantan
pacarnya dulu yang bangsawan itu. Mereka sudah memiliki sebuah rumah mewah
menurut saya. Karena sudah terbuat dari bangunan permanen (batu bata) dengan
luas 20 X 15 meter dengan ornament yang sudah mewah dibanding rumah orang
tuanya dulu. Kebetulan saya datang pas ada acara syukuran rumah barunya dan
saya diundang ke pangkep pada tahun 2010 lalu. Disitulah saya sempat curhat
untuk minta izin menulis kisahnya, karena dia mengetahui saya berminat jadi
seorang penulis. Kisah ini saya gabung dengan kisah hidup saya dalam NOVEL TRUE
STORY yang belum saya kasih judul. Jadi kisah hidup saya hanya 70%, terus 30%
cerita fiksi tapi nyata (maksudnya kisah hidup teman-teman saya, akan
kumasukkan dalam kisah hidup tokoh/karakter utama dalam cerita novel ini).
Semua orang yang ada
dalam foto ini tidak berjodoh.
Oebufu, Kupang. 31
Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar