Selasa, 12 Oktober 2010

CERITA KONYOL DARI JAKARTA 3

Pada kesookan harinya aku datang ke Warteg lagi memesan Nasi campur ikan bawal yang diasini!
“!Dahar Teh !!..Dahar..Teh !! (Makan Teh !! Makan Teh!!”, pesanku
“Eh, udah bisa ngomong sunda atuih Wan!”, canda si Teteh
“Nggak, cuma belajar sama teman?”, jawabku
“Pesan apa wan?”,
“Ini apa?” sambil menunjuk potongan daging yg berbentuk kubus kenyal-kenyal
“Itu namanya kikil, Wan?”
“Lalu ikang keringna satu ya, Teh?”, kataku okkots
“Apa, Wan ikang kering yang mana”, sambar suami Teteh sambil ngikutin logatku
“Ikan asin kali namanya?”, lanjut suami Teteh
“Iya terserah deh”,
Tapi yang membuat heran kok orang-orang pada pandangin aku makan yah, ternyata dia ngeliatinaku makan asin habis sama tulang-tulangnya dan kaget dengan kebiasaanku minta lima butir cabe rawit yg dicampur langsung di makanan saya karena menurut kebiasaan orang Bugis dan Makassar kalau makan Ikan Kering (Ikan Asin) yang digoreng pasti akan dilahap habis sampai tulang-tulang kepalanya karena rasanya Gurih dan Renyah kayak makan kerupuk, dan aku juga baru tahu bahwa kikil yg aku makan tadi ternyata terbuat dari kulit sapi yg dipotong model dadu, beda dengan kikil di Makassar yg terbuat dari lemak/daging di tulang kaki sapid an aku hamper saja muntah gara-gara makan kulit sapi karena nggak terbiasa
Karena makanan favorit orang Bugis-Makassar adalah Ikan Asin, Ikan Teri (Bece-Bece), Alame (Udang/Ebi kecil yg dikeringkan), Ronto’ (Udang basah dari danau, tanpa dimasak cukup dicuci dengan air lalu dicampur dengan cabe dan garam lalu ditiriskan jeruk purut kemudian ditutupi daun jarak pagar agar tidak basi),
Tradisi orang Bugis Makassar apapun makanannya kayaknya seperti tidak ada rasanya kalau tidak ada cabe dan garam yg ditumbuk halus, yg kebiasaan membuat orang Sunda ngeri melihatnya. Karena memang orang Jawa dan Sunda tidak suka makanan yang pedas-pedas karena kalau mereka buat sambal pasti dicampur dengan gula pasir sedangkan orang Sulawesi “Gula dalam Sambal “No Way”

Tidak ada komentar: