Minggu, 31 Oktober 2010

ASAL MULA POHON CENDANA


Dongeng 



ASAL MULA POHON CENDANA

Di ceritakan kembali oleh : La Dawan Piazza dari tulisan Edu Lakulo

           Alkisah dipulau Timor paling timor, ada sebuah kerajaan besar. Samoro Oan, nama kerajaan itu. Diperintah oleh raja Manek Bot, seorang raja yang arif dan bijaksana. Dikala itu ia sudah menikah, dianugerahi dua orang anak. Pertama seorang putra diberi nama sesuai dengan nama neneknya yang telah lama berpulang, Bria Bot. Sedang sulung, seorang putri. Cendana namanya.
           Kelahiran putri Cendana melalui perjuangan panjang. Setelah bertahun-tahun raja dan permaisuri memohon kepada Sang pencipta. Akhirnya terkabul. Lengkaplah sudah apa yang diinginkan.
Semula kerajaan Samoro Oan memang cukup makmur. Tetapi dengan adanya putri Cendana, seluruh wilayah kerajaan bertambah makmur. Ia juga dapat mengobati orang, sehingga masyarakat menganggapnya, Dewi pemberkah, Dewi penolong.
Rakyat sangat setia terhadap raja. Hal ini tercermin, setiap tahun mereka datang dari berbagai penjuru, mengantarkan upeti. Selain itu mereka juga mengikuti upacara syukur. Pertanda terima kasih kepada Tuhan. Putri Cendana yang cantik nan perkasa diberi mandat penuh pemangkuh-pemangkuh adat memimpin jalannya upacara tersebut. Ia selalu dibantu Klara, seorang pembantu kepercayaan. Wajahnya mirip putri Cendana. Upacara ini rutin dilaksanakan disebuah bukit yang sakral, menurut kepercayaan warga setempat.
Berek Maun, putra raja Kerajaan Kaejilu. Ia selalu mewakili yang mulia, ayahnya kalau beliau berhalangan menghadiri hari-hari bersejarah di kerajaan. Jatuh cinta pada putri Cendana. Ia menyampaikan hasratnya untuk mempersunting putri Cendana kepada ayah, ibunya. Raja dan permaisuri memanggil para tua-tua adat kerajaan “Karena putra saya ingin mempersunting putri Cendana, putri raja Samoro Oan. Jadi kamu saya utus untuk memberitahukan ini kepada yang mulia dan permaisuri. Sampaikan salamku buat keluarga.” pesan raja Kaejilu.
Hari masih pagi. Bunga-bunga seakan-akan bangun dari tidurnya yang panjang. Para utusan meninggalkan kerajaan. Menjelang mentari jauh ditelan kegelapan, tiba di kerajaan. Mereka disuguhi sirih dan pinang,lambang persahabatan. “Angin apa yang membawa para kisanak bertandan kenegeri kami? “ tanya sang raja. “Begini yang mulia. Kami diutus kemari untuk menyampaikan berita bahwa putra raja kami ingin mempersunting putri raja Samoro Oan yang cantik dan perkasa jika yang mulia dan permaisuri merestui”, jawab Nahak pemimpin rombongan tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka. “Baik, tetapi berhubung putri kami tidak berada disini, kami belum bisa memberikan jawaban pasti. Kami akan memberitahukan hal ini padanya baru bisa memberikan jawaban pasti melalui utusan khusus. Beritakan ini dan sampaikan salam buat yang mulia permaisuri dan seluruh kerajaan,”pinta balik raja Samoro Oan.
Maksud dari pada putra raja disampaikan. Putri Cendana menerima. Ia tersipu malu. Hal ini diketahui Klara. Ia ingin menggagalkan hubungan mereka yang baru. Sambil mengamati keadaan. Klara menyusun siasat.
Pihak kerajaan pun sudah mendapat berita. Alangkah gembiranya putra raja. Hatinya pun berbunga-bunga. Sedang Klara tenang-tenang saja. Ia bagaikan singa berbulu domba.
Disuatu pagi yang cerah. Putri Cendana mengunjungi kekasih pujaan. Ia didampingi Klara. Klara menggunakan kesempatan emas itu untuk mencelakakannya. Ketika sudah jauh dari kerajaan. Perjalanan, melewati lereng-lereng gunung-gunung yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Tiba-tiba Klara menolak putri Cendana dari kuda. Ia jatuh terlempar sampai kesungai. Kudanya dibunuh. Disangka putri Cendana telah menemui ajal. Klara pergi menemui Berek Maun. Berek Maun memperkenalkannya, dan ia  mengaku sebagai putri Cendana. Ia disanjung dan dipuja-puja.
Putri Cendana tidak seperti yang diduga Klara. Ia terbawa air, terpaut pada akar pohon. Seran, seorang petani yang pada waktu itu sedang mengail ikan, yang menolongnya. Dengan menggunakan obat tradisional, istri Seran mengobati putri Cendana hingga sembuh. Namun mereka pun tak tahu bahwa putri yang ditolong itu adalah putri dari raja mereka. Sebaliknya putri Cendana merasa enggan memberitahu siapa dia sebenarnya. Sebagai tanda terima kasih putri Cendana menyerahkan beberapa keeping perak. Kembalilah ia seorang seorang ke kerajaan dengan menunggan seekor kuda yang dibelinya dari Seran.
Kisah pahit yang dilakukan Klara diceritakan. Sedih, haru bercampur marah melihat wajah ayah, ibu, kakak yang barusan menikah. Hari itu juga raja, permaisuri, putri Cendana ditambah bala tentara kerajaan pergi menghadap Klara. Klara tersentak ketika melihat mereka dan sejumlah besar laskar kerajaan yang dipimpin langsung pangeran Bria Bot.
“Klara, rupanya kau berhati busuk. Ternyata selama ini kau menyimpan benih dendam terhadapku, padahal aku belum pernah menyakitimu. Kau mencelakakanku agar kau disebut putri raja. “Bohong !,” jawab Klara. Aku adalah putri raja,” kata putri Cendana bernada emosi. Akan kutunjukkan kesaktianku. Klara hanya menunduk malu dibelenggu rasa ketakutan.
Putri Cendana mundur beberapa langkah. Berlutut mengarahkan kedua tangannya ke langit. Hujan pun turun dengan deras, diiringi bunyi halilintar, menyambar hilang Klara entah kemana. Sedang putri Cendana menjelma menjadi sebatang pohon yang rimbun. Pohon penjelmaan itu, baunya wangi semerbak. Diabadikan menjadi nama pohon Cendana. Oleh karena itu, pulau Timor disebut juga Pulau Nusa Cendana.

Sumber Cerita :
Cerita Dongeng ini adalah hasil kiriman Edu Lakulo yang beralamat di Jl. Kayu Putih Kampung baru No.18 RT 02/ RW 01 Kab, TTUProv. NTT 85611 ke redaksi Majalah Sahabat Pena, milik PT. Pos Indonesia dan cerita ini pernah diterbitkan Majalah Sahabat Pena No. 295 – Mei Tahun 1996 dengan judul “ASAL MULA POHON CENDANA”
Cerita ini hanya sebagai pendukung dalam cerita saya “ASAL MULA DANAU TEMPE DAN DANAU SIDENRENG”, dimana tokoh La Walanae mempunya sebuah pikulan tempe yang terbuat dari Aju Cenrana atau Kayu Cendana yang kelak menjadi nama sungai Cenranae di Kabupaten Wajo.

Tidak ada komentar: