Senin, 22 November 2010

Keong Racun dan Tokek Belang Part 2


SERI CERITA DONGENG
(EDISI REVISI)

DUA :
KEONG RACUN DAN TOKEK BELANG
Part 2. Shinta Jojo Terbebas dari kutukan
Karya : La Dawan Piazza

     Lima tahun kemudian setelah Shinta Jojo dikutuk menjadi Keong Racun tampaknya suasana di rumah orang tuanya, sudah tenang dan suasananya kembali normal seperti semula. Tapi Sartiyem Ibunda Shinta dan Jojo masih belum melupakan kepergian kedua anak gadisnya yang tidak diketahui rimbanya.
     Tidak jauh dari desa Shinta dan Jojo yang terletak di lereng dua buah gunung yang mengapit. Di puncak gunung sebelah kanan dari desa Shinta Jojo terdapat sebuah desa kecil, Tegal Sari nama desa tersebut dan dihuni 20 KK. Di desa tersebut hidup sebuah keluarga kecil yang bahagia bernama Tarjo dan Ngatini bersama putranya yang bernama Teguh. Pekerjaan sehari-hari Teguh adalah pencari Tokek Belang untuk dijual, karena konon kabarnya tokek jenis ini dapat menyembukan penyakit HIV/AIDS.
     Suatu hari si Teguh hendak ke desa Cangkringan yang berada di kaki bukit untuk mencari tokek. Ia pun mengutarakan niatnya kepada kedua orang tuanya, Tarjo dan Ngatini.
     “Ibu, Teguh besok pagi hendak ke desa seberang di bawah kaki bukit sana?” tanya Teguh pada ibunya Ngatini.
     “Ada maksud apa? Kamu mau ke desa seberang, Nak!” tanya ibunya.
     “Saya hendak mencari tokek, Bu! Karena saya dengar desas-desus dari orang kampung, kabarnya di sana tokeknya gede-gede. Mungkin saja harganya mahal jika laku dijual?!” ujar Teguh.
     “Boleh saja, tetapi kamu harus minta izin dulu sama Bapakmu, soalnya perjalanan ke desa sana jauh, Nak! Ibu takut kalau terjadi apa-apa dengan kamu selama di perjalanan,” kata ibunya.
     “Ah, Ibu! Ibu aja lah, yang ngomong sama Bapak! Soalnya Teguh takut ngomong sendiri sama Bapak, habis Bapak galak, sih?” kata Teguh merajuk sama ibunya.
     “Iya deh, nanti malam Ibu ngomong sama Bapakmu, kalau Bapak udah pulang dari ladang. Itupun kalau Bapakmu ngijinin kamu pergi!” seru Ngatini.
     “Asyiiik!” ujar Teguh kegirangan.
     Pada malam harinya Ngatini hendak menghampiri Tarjo suaminya yang lagi istirahat di depan TV sambil meminum secangkir kopi tubruk. Dengan tampang sangar, sesekali  ia menyeruput kopi hingga menyentuh kumisnya yang melintang mirip ikan lele serta menambah kesan sangar di wajahnya. Dan perlahan-lahan Ngatini mendekat dan duduk di samping suaminya menikmati acara kesayangannya Ketoprak Humor.
     Tarjo pun menoleh ke arah Ngatini seraya memanggilnya.
     “Eh… Ibu, mari sini temanin Bapak nonton, dong!” sapa Tarjo.
     “Iya Pak, tapi sebenarnya ada yang mau ibu ngomongin sama Bapak,” kata Ngatini.
     “Silahkan, Ibu mau ngomong apa sama Bapak!”
     “Begini Pak, besok pagi anakmu si Teguh hendak ke desa Cangkringan? Dia kepengen minta izin sama Bapak.”
     “Ada tujuan apa, Anak itu hendak ke sana?” tanya Tarjo dengan tampang sangar.
     “Dia hendak mencari tokek, Pak! Katanya di sana tokeknya gede.”
     “Saya dengar-dengar juga dari warga, bahwa harga tokek sekarang ini melambung tinggi. Tapi kenapa bukan dia sendiri yang minta izin sama Bapak.”
     “Dia takut Bapak nggak ngijinin, kalau dia yang ngomongin.”
     “Bapak ijinin, kok! Bu, tolong panggilin Anak itu!”
     Maka bangkitlah Ngatini dari tempat duduknya dan hendak memanggil anaknya Teguh di kamarnya.
     TOK … TOK … TOK …! (Bunyi pintu digedor).
     “Teguh! ... Teguh! Buka pintu!” sahut ibunya.
 “Bentar, Bu!” jawab Teguh.
(Saat pintu dibuka) “Ada apa, Bu?” tanya Teguh.
“Tuh… dipanggil Bapakmu di ruang depan,” kata ibunya.
Teguh lalu melangkahkan kakinya menuju ruang depan hendak bertemu ayahnya.
     “Nak, katanya besok kamu mau ke desa Cangkringan mencari tokek, ya?” tanya Tarjo pada anaknya.
     “Iya, Pak!” jawab Teguh singkat.
“Saya izinkan kamu pergi kesana asalkan kamu berhati-hati aja selama perjalanan,” kata bapaknya.
“Iya, Pak! Saya akan selalu ingat pesan Bapak,” pungkasnya.
     Keesokan paginya, Teguh lekas bangun pagi lalu segera mandi dan berkemas-kemas hendak berangkat ke desa Cangkringan. Setelah berdandan rapi, ia pamit kepada kedua orang tuanya.
     “Pak, saya berangkat dulu, ya!” kata Teguh pada bapaknya sembari menjabat dan mencium tangan bapaknya.
     “Hati-hati saja di jalan ya, Nak!” seru bapaknya.
     “Bu, Teguh pamit dulu ya!” kata Teguh pada ibunya sambil mencium tangan ibunya.
     “Nak! Kamu hati-hati aja di kampung orang, dan ini ada bekal sudah Ibu siapin,” kata ibunya seraya memberi bekal makanan.
     Akhirnya Teguh berangkat ke desa seberang dengan melewati lereng-lereng bukit terjal dan disekelilingnya terdapat pohon-pohon besar yang berakar besar. Sungguh indah suasana perjalanan itu karena melewati hutan rimba yang hawanya masih sejuk.
     Selama dua jam perjalanan maka tampaklah dari kejauhan desa yang hendak dituju serta di kelilingi pemandangan hamparan sawah sengkedan yang sangat indah. Karena merasa kelelahan,  Teguh memutuskan beristirahat di sebuah gubuk  yang berada di pematang sawah.
     Teguh lalu mengeluarkan bekal makanan yang ia bawa selama perjalanan dan saat lagi asyik menyantap makanan. Tiba-tiba, dari kejauhan sayup-sayup terdengar bunyi tokek dari sebuah pohon beringin. Si Teguh pun menghentikan sejenak makannya lalu menoleh ke arah sumber suara tadi.
     “Kayaknya di pohon itu ada tokek besar,” gumamnya dalam hati.
     Ia segera menghabiskan makanannya dan menghampiri pohon beringin tersebut. Teguh kaget bukan kepalang, ketika melihat tokek gede yang seukuran lengan anak umur 12 tahun. Lalu ia segera membuka tasnya mengambil sarung tangan untuk menangkap tokek itu.
     Dia berhasil menangkapnya dengan terlebih dahulu memanjat pohon besar itu. Dalam hati Teguh merasa senang dengan hasil tangkapannya, yang beratnya kira-kira 8 ons dan harganya bisa menembus ratusan juta rupiah.
     Di desa Pamarayang ini, Teguh mencari-cari tokek sejenis di tempat lain selama dua hari dengan harapan bisa menangkap tokek yang lebih besar lagi. Tapi sayang seribu sayang ia hanya menemukan satu ekor tokek betina saja yang merupakan jelmaan Jojo.
     Rupa-rupanya ia tak menemukan Tokek Udin yang juga dikutuk bersama Tokek Jojo. Soalnya Tokek Udin ngumpet di ujung dahan pohon beringin yang sulit dijangkau dan tak mengeluarkan suara sedikit pun hingga keberadaannya tak terdeteksi oleh Teguh.
     Kemudian ia kembali ke kampungnya dengan membawa tokek itu dengan perasaan riang gembira dan tiba dirumahnya menjelang sore. Ia disambut hangat oleh orang tuanya.
     “Nak, dapat banyak tokeknya?” tanya ibunya.
     “Dapat Mak, cuma satu ekor saja yang ukurannya besar,” jawabnya.
     Teguh kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menyimpan tokek itu ke dalam kandang khusus.
     “Asyik ini, kalau tokek ini aku jual pasti aku punya banyak uang,” kata Teguh bicara sendiri.
     Lalu tiba-tiba tampak wajah tokek itu sedih dan menangis, lalu ia ngomong, “Jangan jual aku Bang, biarlah aku di kandang ini saja asalkan kamu tidak jual aku!”
     Alangkah kagetnya Teguh mendengar tokek itu bisa bicara pada dirinya layaknya manusia.
     “Kamu kok, bisa ngomong ya?!” ujar Teguh.
     “Sebenarnya aku ini adalah manusia yang dikutuk karena telah melanggar sumpah Mbah Marijan,” kata Tokek Jojo.
     “Siapakah itu Mbah Marijan?”
     “Dia adalah mahluk astral penunggu gua keramat di dalam hutan sana.”
     “Oh... gimana caranya kamu bisa sampai ke sana?”
“Ceritanya panjang deh, yang jelas aku dan saudaraku berteduh ke gua tersebut saat lagi di hutan dan menemukan sosok beliau di dalam gua, dekat sebuah kolam air yang mengeluarkan cahaya berkilauan,” kata Tokek itu.
“Tapi yang penting jangan jual aku deh Bang, engkau dapat membebaskan kutukan ini asalkan kau pelihara aku dan aku bersedia menjadi istrimu jika Anda dapat membantuku terlepas dari kutukan ini,” lanjutnya.
“Hai, kamu ini seorang putri ya, siapa nama kamu?” tanya Teguh.
     “Namaku Jojo,” jawab Tokek Jojo.
     Maka dirawatlah baik-baik tokek itu oleh Teguh. Ia memberi makan udang kering agar sehat selama seminggu. Teguh pun termenung sejenak mendengar kata-kata Tokek Jojo yang mengatakan “Aku bersedia menjadi istrimu jika Anda dapat membantuku terlepas dari kutukan ini”
     Suatu hari, Teguh pun bertanya sama tokek itu lagi “Gimana caranya ya, agar saya dapat membantu kamu lepas dari kutukan ini?”
     “Coba kau kecup keningku,” jawab Tokek Jojo.
Lalu Teguh pun mencium kepala tokek itu tepat dikening, dan ajaibnya tiba-tiba tokek itu berubah menjadi seorang gadis yang suaangat cantik.
     “Alamaaak cantik amat!” kata Teguh kagum.
     “Terima kasih, telah membantuku membebaskan kutukan ini! Sesuai janjiku kamu boleh mempersunting aku!” kata Jojo.
Dan singkat cerita mereka berdua melangsungkan pernikahan yang cukup meriah dengan terlebih dahulu mendapat restu dari kedua orang tua Teguh. Jojo dan Teguh pun hidup bahagia serta dikarunia seorang anak laki-laki sakti yang diberi nama Sandy.

***********
     Di tempat  lain, tepatnya di desa Harendong yang terletak di puncak gunung sebelah kiri  dari desa Cangkringan asal Shinta Jojo. Hiduplah sepasang suami istri yang sudah tua dan memiliki seorang cucu yang ditinggal mati orang tuanya. Suami istri itu bernama Kakek Danu dan istrinya Mpok Atiek beserta cucunya bernama Okky.
     Kakek Danu sehari-harinya bekerja sebagai peternak bebek yang memiliki ribuan ekor bebek. Ia dibantu cucunya mencari pakan bebek, berupa dedak yang di campur dengan Keong Racun yang dicincang.
     Suatu hari ia disuruh kakeknya mencari Keong Racun di desa Cangkringan yang berada di kaki bukit dan banyak terdapat Keong Racun di sana. Karena desa Cangkringan masih memiliki hamparan sawah yang sangat luas sedangkan kampung Okky yang terletak di puncak gunung tidak ada sawah.
     Okky lalu berangkat menuju ke desa Cangkringan, asal Shinta dan Jojo. Ia menuruni perbukitan yang terjal. Sesampai di sana ia beristirahat di pematang sawah, tempat Teguh istirahat saat sedang mencari Tokek kemarin.
     Di tengah jalan Okky berpapasan dengan Teguh, mereka berdua hanya menunduk dan tersenyum seraya bertanya.
     “Numpang tanya, Bang?” tanya Okky pada Teguh.
     “Boleh,” ujar Teguh singkat.
     “Di desa ini, tempat mana yang banyak Keong Racunnya, Bang?” lanjut Okky bertanya.
     “Aku nggak tahu, soalnya aku juga orang baru di sini. Tapi mungkin di dekat pematang sawah sana banyak Keong Racunnya,” kata Teguh menunjuk ke arah tempat duduknya tadi. “Cari keong buat apa ya, Bang?” Teguh balik bertanya.
     “Ini Bang, buat pakan ternak bebek kakekku,” jawab Okky.
     “Ooooh….!”
     “Eh..ngomong-ngomong abang lagi bawa apaan, tuh?”
     “Ini Bang, barusan tadi aku menangkap tokek gede. Kalau barang ini dijual harganya pasti mahal banget, nih!” jawab Teguh sambil memperlihatkan hasil tangkapannya pada Okky.
     “Woow gede amat ya! Tapi makasih udah bantuin!” seru Okky.
     “Sama-sama!” balasnya.
     Mereka berdua kemudian berpisah. Teguh kembali ke kampungnya sedangkan si Okky baru tiba di desa Pamarayang. Okky lalu menuju dekat pematang sawah mencari-cari Keong Racun di antara semak belukar dan batang padi.
     Ternyata ia menemukan banyak keong di sana. Okky lalu mengeluarkan keranjang yang ia bawa dari tadi. Ia memungut keong itu satu persatu dan memasukkan ke dalam keranjangnya hingga penuh.
     Tanpa sadar ia menemukan keong yang ukurannya agak besar dan mengeluarkan warna berkilauan dicangkangnya, yang dia masukkan dalam keranjang. Ia tidak menyangka bahwa keong yang agak besar itu adalah jelmaan Shinta.
     Hari itu Okky merasa puas dengan hasil tangkapannya dan menjelang sore ia pun kembali ke kampungnya di atas bukit.
     Keesokan paginya Okky bermaksud memberi pakan bebeknya dengan mencincang satu persatu keong itu dari cangkangnya. Saat tiba giliran keong yang besar mau dicincang dan dalam keadaan golok sedang diayunkan hendak menebas keong itu.
     Tiba-tiba, keong itu menangis dan meminta belas kasihan “Toloong… Toloong… Toloong… jangan cincang aku, ampuni aku Bang,” kata Keong Racun.
     Okky kaget bukan kepalang mendengar keong itu bisa ngomong. Ia pun merasa iba lalu meletakkan goloknya.
     “Kok, kamu bisa ngomong, ya?” tanya Okky.
     “Aku ini sebenarnya seorang putri yang dikutuk jadi Keong Racun. Jadi jangan bunuh aku lah, Bang!” jawab keong Shinta.
     “Kenapa kamu bisa dikutuk?”
     “Aku ini melanggar sumpah Mbah Marijan, penunggu gua keramat bersama saudara kembar saya, Jojo!”
     “Apaaa!! Jangan-jangan, keong-keong yang sudah aku cincang ini diantaranya ada saudara kamu,” sesal Okky.
     “Tidak! Kamu tidak membunuh saudaraku, karena keong-keong itu cuma keong biasa sedangkan Jojo saudaraku itu dikutuk jadi seekor Tokek Belang ditempat kau temukan aku,” kata keong Shinta.
     “Tapi kalau boleh tahu siapakah nama kamu?” tanya Okky.
     “Nama saya Shinta, Bang!” jawabnya. “Kalau nama Abang?” lanjutnya.
     “Panggil saja aku, Okky!” seru Okky.
     Dalam benak Okky terlintas dalam pikirannya dengan seorang pemuda yang ia temui di jalan 5 tahun lalu dan membawa seekor tokek besar saat baru sampai di desa Cangkringan. Tetapi lamunannya tiba-tiba buyar saat keong itu bertanya sambil menangis :
     “Kenapa kamu diam saja, Bang! Apakah kau menemukan saudaraku? Huuu… Huuu…  Huuu…!!!”
     “Ah, tidak ada apa-apa, kok! Aku tak ketemu saudaramu itu,” kata Okky merahasiakan karena ia belum yakin bahwa Tokek yang ditangkap pemuda tersebut adalah saudara Keong Racun.
     Okky kemudian memelihara keong itu dengan telaten. Hari demi hari ia beri makan dan keong itu dia simpan di rawa-rawa di belakang rumahnya.
     “Kamu tinggal di sini aja, ya! Kalau kamu butuh makan, nanti saya beri sisa makanan keluargaku,” kata Okky.
     “Iya, Bang! Makasih telah memerhatikan aku,” ujar keong itu.
     Suatu hari ia kembali menengok keongnya dan Okky pun menemukan keongnya sedang bersedih dengan mengeluarkan lendir yang sangat banyak pertanda dia sedang menangis.
     “Kenapa kamu menangis, Shinta?” tanya Okky.
     “Aku bersedih karena sudah 5 tahun aku tidak bertemu dengan kedua orang tuaku,” jawab Keong itu.
     “Memangnya orang tuamu tinggal di mana?”
     “Di desa Pamarayang tempat kamu temukan aku.”
     “Apakah saya bisa membantu kamu kembali kepada orang tuamu?” tanya Okky menawarkan bantuan.
     “Mana mungkinlah, Bang Okky! Ia pasti tidak mengenali diriku lagi. Karena aku masih berwujud seekor Keong Racun. Apalagi mereka tidak mampu mendengarkan suaraku, hanya kamulah satu-satunya orang yang bisa mendengar suaraku.”
     “Gimana caranya agar saya bisa bantu kamu membebaskan kutukan ini?”     
     “Kamu harus mengecup keningku baru kutukan ini bisa terlepas. Itupun baru berhasil jika kamu memang manusia pilihan yang bisa membebaskan kutukanku. Karena tidak sembarang manusia yang bisa melepas kutukan Mbah Marijan!” seru si Keong.
     Lalu Okky mencium kepala Keong Racun itu dan menyentuh kedua antenanya. Dan tiba-tiba keajaiban terjadi kemudian…
     ”BUZZZZH!!” 
     Dalam sekejap keong itu berubah wujud menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Shinta akhirnya terbebas dari kutukannya selama lima tahun.
     “Terima Kasih, Bang Okky! Telah menolong aku menjadi manusia kembali seutuhnya,” ujar Shinta. ”Dan karena kamu telah menolong aku kamu berhak untuk menjadikan aku sebagai istrimu!” lanjutnya.
     Okky kemudian menyampaikan niatnya kepada kedua kakek neneknya untuk mempersunting Shinta yang telah menjadi manusia menjadi istrinya. Mendengar niat cucunya, Kakek  Danu dan Nenek Mpok Atiek sempat kaget, kenapa tiba-tiba ada seorang gadis cantik berada di rumahnya. Setelah Okky menjelaskan bahwa gadis tersebut adalah Keong Racun yang telah berubah menjadi manusia. Baru kemudian ia merestui hubungan cucunya dengan Shinta.
     Setelah mendapat restu, kemudian Shinta dan Okky bersama kedua kakek neneknya berangkat ke desa Shinta untuk mempertemukan orang tua Shinta Paijo dan Sartiyem yang selama lima tahun tidak ketemu sekaligus ingin melamar Shinta.
     Saat tiba di kampungnya, Shinta segera ke rumahnya untuk bertemu orang tuanya. Kondisi rumahnya dalam keadaan sunyi, setelah ia bertanya kepada tetangganya ke mana kedua orang tuanya pergi. Tetangga itu mengatakan Bapak Ibunya sedang berada ke sawah menggarap sawah tetangga.
     Desas-desus tentang kemunculan kembali Shinta setelah 5 tahun menghilang menyebar ke penjuru desa. Seorang warga lalu memanggil kedua orang tua Shinta ke sawah dan dengan tergopoh-gopoh ia berteriak.
     “Paijo… Paijo… anakmu Shinta sudah kembali!!” teriak warga itu.
     “Apa! Anakku Shinta sudah kembali, sekarang ada di mana mereka,” teriak ibunya histeris lalu berlari menghampiri orang tersebut.
     “Benar, nih! Anakku Shinta sudah kembali ke desa ini,” kata Paijo ragu.
     “Benar, nih Paijo! Anakmu Shinta sekarang ada di rumah bersama 3 orang,” ujar orang tadi.
     Dengan bergegas mereka menghentikan aktivitasnya menggarap sawah lalu dengan berlari-lari kecil Paijo, Sartiyem dan orang tadi menuju rumah Paijo hendak ketemu Shinta. Sesampainya di rumah serentak sartiyem teriak, “Shintaaa… ! Kamu sudah kembali, Nak! Jojo mana, nih!” kata ibunya setelah mengetahui Jojo tidak bersama Shinta.
     “Ibuuu…. ! Aku tak bersama Jojo, aku tak tahu dia berada di mana setelah aku berpisah,” ujar Shinta sambil memeluk ibunya.
     “Kamu bersama dengan siapa?” tanya bapaknya.
     “Ini Pak, namanya Okky yang telah menyelamatkanku saat aku dikutuk bersama Jojo,” pungkas Shinta.
     “Dikutuk? Emang siapa yang kutuk kamu, Nak!” kata Bapaknya.
     “Mbah Marijan, penunggu gua keramat yang ada di hutan sana, Pak! Shinta dikutuk jadi Keong Racun sedangkan Jojo dikutuk jadi Tokek Belang”
     “Memangnya kamu telah berbuat apa, Nak!” kata ibunya memotong pembicaraan.
     “Ceritanya panjang, Mak! Nanti Shinta ceritakan di dalam rumah saja,” ujar Shinta. “Kalau dua orang ini, kakek neneknya si Okky, Mak! Namanya Kakek Danu dan Mpok Atiek,” lanjutnya.
     Orang tua Shinta kemudian mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah. Shinta pun menceritakan kejadiannya selama 5 tahun menghilang kepada kedua orang tuanya, hingga ia ditemukan oleh Okky sang pencari Keong Racun.
     Paijo dan Sartiyem sangat sedih mendengar cerita anaknya secara panjang lebar dan sangat menyesali perbuatan tidak terpuji yang telah dilakukan oleh kedua anak kembarnya hingga mendapat kutukan.
     Tapi orang tuanya masih tetap bahagia karena masih diberi kesempatan bertemu kembali dengan Shinta anaknya yang hilang selama lima tahun. Kembalinya si anak hilang membuat keluarga Paijo bahagia, tetapi kebahagiaannya belum sempurna selama anaknya Jojo belum juga kembali ke rumah.
     Tak lupa juga Okky dan keluarganya mengutarakan niatnya untuk melamar Shinta menjadi istrinya. Setelah lamarannya diterima orang tua Shinta. Okky dan Shinta akhirnya menikah dengan pesta yang sangat meriah. Mereka berdua kemudian tinggal dan memulai hidup baru yang bahagia di rumah orang tua Shinta di Desa Cangkringan.
*********
     Bagaimanakah nasib Jojo apakah ia masih sempat bertemu kedua orang tuanya dan bagaimana nasib Nazar dan Udin yang masih menjadi Keong Racun dan Tokek Belang, silahkan ikuti kelanjutan kisahnya.

Cerita ini selesai ditulis di Kota Pinrang, Sulsel tanggal 19 November 2010

Baca kisah  sekengkapnya di sini KEONG RACUN DAN TOKEK BELANG 3

Tidak ada komentar: