SERI CERITA DONGENG
(EDISI REVISI)
DUA :
KEONG RACUN DAN TOKEK BELANG
Part 2. Shinta Jojo Terbebas dari kutukan
Karya :
La Dawan Piazza
Lima tahun kemudian setelah Shinta Jojo
dikutuk menjadi Keong Racun tampaknya suasana di rumah orang tuanya, sudah
tenang dan suasananya kembali normal seperti semula. Tapi Sartiyem Ibunda
Shinta dan Jojo masih belum melupakan kepergian kedua anak gadisnya yang tidak
diketahui rimbanya.
Tidak jauh dari desa Shinta dan Jojo yang
terletak di lereng dua buah gunung yang mengapit. Di puncak gunung sebelah
kanan dari desa Shinta Jojo terdapat sebuah desa kecil, Tegal Sari nama desa
tersebut dan dihuni 20 KK. Di desa tersebut hidup sebuah keluarga kecil yang
bahagia bernama Tarjo dan Ngatini bersama putranya yang bernama Teguh.
Pekerjaan sehari-hari Teguh adalah pencari Tokek Belang untuk dijual, karena
konon kabarnya tokek jenis ini dapat menyembukan penyakit HIV/AIDS.
Suatu hari si Teguh hendak ke desa Cangkringan
yang berada di kaki bukit untuk mencari tokek. Ia pun mengutarakan niatnya
kepada kedua orang tuanya, Tarjo dan Ngatini.
“Ibu, Teguh besok pagi hendak ke desa
seberang di bawah kaki bukit sana?” tanya Teguh pada ibunya Ngatini.
“Ada maksud apa? Kamu mau ke desa seberang,
Nak!” tanya ibunya.
“Saya hendak mencari tokek, Bu! Karena saya
dengar desas-desus dari orang kampung, kabarnya di sana tokeknya gede-gede.
Mungkin saja harganya mahal jika laku dijual?!” ujar Teguh.
“Boleh saja, tetapi kamu harus minta izin
dulu sama Bapakmu, soalnya perjalanan ke desa sana jauh, Nak! Ibu takut kalau
terjadi apa-apa dengan kamu selama di perjalanan,” kata ibunya.
“Ah, Ibu! Ibu aja lah, yang ngomong sama
Bapak! Soalnya Teguh takut ngomong sendiri sama Bapak, habis Bapak galak, sih?”
kata Teguh merajuk sama ibunya.
“Iya deh, nanti malam Ibu ngomong sama
Bapakmu, kalau Bapak udah pulang dari ladang. Itupun kalau Bapakmu ngijinin
kamu pergi!” seru Ngatini.
“Asyiiik!” ujar Teguh kegirangan.
Pada malam harinya Ngatini hendak
menghampiri Tarjo suaminya yang lagi istirahat di depan TV sambil meminum
secangkir kopi tubruk. Dengan tampang sangar, sesekali ia menyeruput kopi hingga menyentuh kumisnya
yang melintang mirip ikan lele serta menambah kesan sangar di wajahnya. Dan
perlahan-lahan Ngatini mendekat dan duduk di samping suaminya menikmati acara
kesayangannya Ketoprak Humor.
Tarjo pun menoleh ke arah Ngatini seraya
memanggilnya.
“Eh… Ibu, mari sini temanin Bapak nonton,
dong!” sapa Tarjo.
“Iya Pak, tapi sebenarnya ada yang mau ibu
ngomongin sama Bapak,” kata Ngatini.
“Silahkan, Ibu mau ngomong apa sama Bapak!”
“Begini Pak, besok pagi anakmu si Teguh
hendak ke desa Cangkringan? Dia kepengen minta izin sama Bapak.”
“Ada tujuan apa, Anak itu hendak ke sana?”
tanya Tarjo dengan tampang sangar.
“Dia hendak mencari tokek, Pak! Katanya di
sana tokeknya gede.”
“Saya dengar-dengar juga dari warga, bahwa
harga tokek sekarang ini melambung tinggi. Tapi kenapa bukan dia sendiri yang
minta izin sama Bapak.”
“Dia takut Bapak nggak ngijinin, kalau dia
yang ngomongin.”
“Bapak ijinin, kok! Bu, tolong panggilin
Anak itu!”
Maka bangkitlah Ngatini dari tempat
duduknya dan hendak memanggil anaknya Teguh di kamarnya.
TOK … TOK … TOK …! (Bunyi pintu digedor).
“Teguh! ...
Teguh! Buka pintu!” sahut ibunya.
“Bentar, Bu!” jawab Teguh.
(Saat pintu dibuka) “Ada apa, Bu?” tanya
Teguh.
“Tuh…
dipanggil Bapakmu di ruang depan,” kata ibunya.
Teguh lalu melangkahkan kakinya menuju ruang depan hendak bertemu
ayahnya.
“Nak, katanya besok kamu mau
ke desa Cangkringan mencari tokek, ya?” tanya Tarjo pada anaknya.
“Iya, Pak!” jawab Teguh
singkat.
“Saya izinkan kamu pergi
kesana asalkan kamu berhati-hati aja selama perjalanan,” kata bapaknya.
“Iya, Pak! Saya akan selalu
ingat pesan Bapak,” pungkasnya.
Keesokan paginya, Teguh lekas bangun pagi
lalu segera mandi dan berkemas-kemas hendak berangkat ke desa Cangkringan.
Setelah berdandan rapi, ia pamit kepada kedua orang tuanya.
“Pak, saya berangkat dulu, ya!” kata Teguh
pada bapaknya sembari menjabat dan mencium tangan bapaknya.
“Hati-hati saja di jalan ya, Nak!” seru
bapaknya.
“Bu, Teguh pamit dulu ya!” kata Teguh pada
ibunya sambil mencium tangan ibunya.
“Nak! Kamu hati-hati aja di kampung orang,
dan ini ada bekal sudah Ibu siapin,” kata ibunya seraya memberi bekal makanan.
Akhirnya Teguh berangkat ke desa seberang
dengan melewati lereng-lereng bukit terjal dan disekelilingnya terdapat
pohon-pohon besar yang berakar besar. Sungguh indah suasana perjalanan itu karena
melewati hutan rimba yang hawanya masih sejuk.
Selama dua jam perjalanan maka tampaklah
dari kejauhan desa yang hendak dituju serta di kelilingi pemandangan hamparan
sawah sengkedan yang sangat indah. Karena merasa kelelahan, Teguh memutuskan beristirahat di sebuah
gubuk yang berada di pematang sawah.
Teguh lalu mengeluarkan bekal makanan yang
ia bawa selama perjalanan dan saat lagi asyik menyantap makanan. Tiba-tiba,
dari kejauhan sayup-sayup terdengar bunyi tokek dari sebuah pohon beringin. Si
Teguh pun menghentikan sejenak makannya lalu menoleh ke arah sumber suara tadi.
“Kayaknya
di pohon itu ada tokek besar,” gumamnya dalam hati.
Ia segera menghabiskan makanannya dan
menghampiri pohon beringin tersebut. Teguh kaget bukan kepalang, ketika melihat
tokek gede yang seukuran lengan anak umur 12 tahun. Lalu ia segera membuka
tasnya mengambil sarung tangan untuk menangkap tokek itu.
Dia berhasil menangkapnya dengan terlebih
dahulu memanjat pohon besar itu. Dalam hati Teguh merasa senang dengan hasil
tangkapannya, yang beratnya kira-kira 8 ons dan harganya bisa menembus ratusan
juta rupiah.
Di desa Pamarayang ini, Teguh mencari-cari
tokek sejenis di tempat lain selama dua hari dengan harapan bisa menangkap
tokek yang lebih besar lagi. Tapi sayang seribu sayang ia hanya menemukan satu
ekor tokek betina saja yang merupakan jelmaan Jojo.
Rupa-rupanya ia tak menemukan Tokek Udin
yang juga dikutuk bersama Tokek Jojo. Soalnya Tokek Udin ngumpet di ujung dahan
pohon beringin yang sulit dijangkau dan tak mengeluarkan suara sedikit pun
hingga keberadaannya tak terdeteksi oleh Teguh.
Kemudian ia kembali ke kampungnya dengan
membawa tokek itu dengan perasaan riang gembira dan tiba dirumahnya menjelang
sore. Ia disambut hangat oleh orang tuanya.
“Nak, dapat banyak tokeknya?” tanya ibunya.
“Dapat Mak, cuma satu ekor saja yang
ukurannya besar,” jawabnya.
Teguh kemudian masuk ke dalam kamarnya dan
menyimpan tokek itu ke dalam kandang khusus.
“Asyik
ini, kalau tokek ini aku jual pasti aku punya banyak uang,” kata Teguh bicara
sendiri.
Lalu tiba-tiba tampak wajah tokek itu sedih
dan menangis, lalu ia ngomong, “Jangan jual aku Bang, biarlah aku di kandang
ini saja asalkan kamu tidak jual aku!”
Alangkah kagetnya Teguh mendengar tokek itu
bisa bicara pada dirinya layaknya manusia.
“Kamu kok, bisa ngomong ya?!” ujar Teguh.
“Sebenarnya aku ini adalah manusia yang
dikutuk karena telah melanggar sumpah Mbah Marijan,” kata Tokek Jojo.
“Siapakah itu Mbah Marijan?”
“Dia adalah mahluk astral penunggu gua
keramat di dalam hutan sana.”
“Oh... gimana caranya kamu bisa sampai ke
sana?”
“Ceritanya panjang deh,
yang jelas aku dan saudaraku berteduh ke gua tersebut saat lagi di hutan dan
menemukan sosok beliau di dalam gua, dekat sebuah kolam air yang mengeluarkan cahaya
berkilauan,” kata Tokek itu.
“Tapi yang penting
jangan jual aku deh Bang, engkau dapat membebaskan kutukan ini asalkan kau
pelihara aku dan aku bersedia menjadi istrimu jika Anda dapat membantuku
terlepas dari kutukan ini,” lanjutnya.
“Hai, kamu ini seorang
putri ya, siapa nama kamu?” tanya Teguh.
“Namaku Jojo,” jawab Tokek Jojo.
Maka dirawatlah baik-baik tokek itu oleh
Teguh. Ia memberi makan udang kering agar sehat selama seminggu. Teguh pun
termenung sejenak mendengar kata-kata Tokek Jojo yang mengatakan “Aku bersedia menjadi istrimu jika Anda
dapat membantuku terlepas dari kutukan ini”
Suatu hari, Teguh pun bertanya sama tokek
itu lagi “Gimana caranya ya, agar saya dapat membantu kamu lepas dari kutukan
ini?”
“Coba kau kecup keningku,” jawab Tokek
Jojo.
Lalu
Teguh pun mencium kepala tokek itu tepat dikening, dan ajaibnya tiba-tiba tokek
itu berubah menjadi seorang gadis yang suaangat cantik.
“Alamaaak cantik amat!” kata Teguh kagum.
“Terima kasih, telah membantuku membebaskan
kutukan ini! Sesuai janjiku kamu boleh mempersunting aku!” kata Jojo.
Dan singkat cerita mereka berdua melangsungkan pernikahan
yang cukup meriah dengan terlebih dahulu mendapat restu dari kedua orang tua
Teguh. Jojo dan Teguh pun hidup bahagia serta dikarunia seorang anak laki-laki
sakti yang diberi nama Sandy.
***********
Di tempat
lain, tepatnya di desa Harendong yang terletak di puncak gunung sebelah
kiri dari desa Cangkringan asal Shinta
Jojo. Hiduplah sepasang suami istri yang sudah tua dan memiliki seorang cucu
yang ditinggal mati orang tuanya. Suami istri itu bernama Kakek Danu dan
istrinya Mpok Atiek beserta cucunya bernama Okky.
Kakek Danu sehari-harinya bekerja sebagai
peternak bebek yang memiliki ribuan ekor bebek. Ia dibantu cucunya mencari
pakan bebek, berupa dedak yang di campur dengan Keong Racun yang dicincang.
Suatu hari ia disuruh kakeknya mencari
Keong Racun di desa Cangkringan yang berada di kaki bukit dan banyak terdapat
Keong Racun di sana. Karena desa Cangkringan masih memiliki hamparan sawah yang
sangat luas sedangkan kampung Okky yang terletak di puncak gunung tidak ada
sawah.
Okky lalu berangkat menuju ke desa Cangkringan,
asal Shinta dan Jojo. Ia menuruni perbukitan yang terjal. Sesampai di sana ia
beristirahat di pematang sawah, tempat Teguh istirahat saat sedang mencari
Tokek kemarin.
Di tengah jalan Okky berpapasan dengan
Teguh, mereka berdua hanya menunduk dan tersenyum seraya bertanya.
“Numpang tanya, Bang?” tanya Okky pada
Teguh.
“Boleh,” ujar Teguh singkat.
“Di desa ini, tempat mana yang banyak Keong
Racunnya, Bang?” lanjut Okky bertanya.
“Aku nggak tahu, soalnya aku juga orang
baru di sini. Tapi mungkin di dekat pematang sawah sana banyak Keong Racunnya,”
kata Teguh menunjuk ke arah tempat duduknya tadi. “Cari keong buat apa ya,
Bang?” Teguh balik bertanya.
“Ini Bang, buat pakan ternak bebek
kakekku,” jawab Okky.
“Ooooh….!”
“Eh..ngomong-ngomong abang lagi bawa apaan,
tuh?”
“Ini Bang, barusan tadi aku menangkap tokek
gede. Kalau barang ini dijual harganya pasti mahal banget, nih!” jawab Teguh
sambil memperlihatkan hasil tangkapannya pada Okky.
“Woow gede amat ya! Tapi makasih udah
bantuin!” seru Okky.
“Sama-sama!” balasnya.
Mereka berdua kemudian berpisah. Teguh
kembali ke kampungnya sedangkan si Okky baru tiba di desa Pamarayang. Okky lalu
menuju dekat pematang sawah mencari-cari Keong Racun di antara semak belukar
dan batang padi.
Ternyata ia menemukan banyak keong di sana.
Okky lalu mengeluarkan keranjang yang ia bawa dari tadi. Ia memungut keong itu
satu persatu dan memasukkan ke dalam keranjangnya hingga penuh.
Tanpa sadar ia menemukan keong yang
ukurannya agak besar dan mengeluarkan warna berkilauan dicangkangnya, yang dia
masukkan dalam keranjang. Ia tidak menyangka bahwa keong yang agak besar itu
adalah jelmaan Shinta.
Hari itu Okky merasa puas dengan hasil
tangkapannya dan menjelang sore ia pun kembali ke kampungnya di atas bukit.
Keesokan paginya Okky bermaksud memberi
pakan bebeknya dengan mencincang satu persatu keong itu dari cangkangnya. Saat
tiba giliran keong yang besar mau dicincang dan dalam keadaan golok sedang
diayunkan hendak menebas keong itu.
Tiba-tiba, keong itu menangis dan meminta
belas kasihan “Toloong… Toloong… Toloong… jangan cincang aku, ampuni aku Bang,”
kata Keong Racun.
Okky kaget bukan kepalang mendengar keong
itu bisa ngomong. Ia pun merasa iba lalu meletakkan goloknya.
“Kok, kamu bisa ngomong, ya?” tanya Okky.
“Aku ini sebenarnya seorang putri yang
dikutuk jadi Keong Racun. Jadi jangan bunuh aku lah, Bang!” jawab keong Shinta.
“Kenapa kamu bisa dikutuk?”
“Aku ini melanggar sumpah Mbah Marijan,
penunggu gua keramat bersama saudara kembar saya, Jojo!”
“Apaaa!! Jangan-jangan, keong-keong yang
sudah aku cincang ini diantaranya ada saudara kamu,” sesal Okky.
“Tidak! Kamu tidak membunuh saudaraku,
karena keong-keong itu cuma keong biasa sedangkan Jojo saudaraku itu dikutuk
jadi seekor Tokek Belang ditempat kau temukan aku,” kata keong Shinta.
“Tapi kalau boleh tahu siapakah nama kamu?”
tanya Okky.
“Nama saya Shinta, Bang!” jawabnya. “Kalau
nama Abang?” lanjutnya.
“Panggil saja aku, Okky!” seru Okky.
Dalam benak Okky terlintas dalam pikirannya
dengan seorang pemuda yang ia temui di jalan 5 tahun lalu dan membawa seekor
tokek besar saat baru sampai di desa Cangkringan. Tetapi lamunannya tiba-tiba
buyar saat keong itu bertanya sambil menangis :
“Kenapa kamu diam saja, Bang! Apakah kau
menemukan saudaraku? Huuu… Huuu…
Huuu…!!!”
“Ah, tidak ada apa-apa, kok! Aku tak ketemu
saudaramu itu,” kata Okky merahasiakan karena ia belum yakin bahwa Tokek yang
ditangkap pemuda tersebut adalah saudara Keong Racun.
Okky kemudian memelihara keong itu dengan
telaten. Hari demi hari ia beri makan dan keong itu dia simpan di rawa-rawa di
belakang rumahnya.
“Kamu tinggal di sini aja, ya! Kalau kamu
butuh makan, nanti saya beri sisa makanan keluargaku,” kata Okky.
“Iya, Bang! Makasih telah memerhatikan
aku,” ujar keong itu.
Suatu hari ia kembali menengok keongnya dan
Okky pun menemukan keongnya sedang bersedih dengan mengeluarkan lendir yang
sangat banyak pertanda dia sedang menangis.
“Kenapa kamu menangis, Shinta?” tanya Okky.
“Aku bersedih karena sudah 5 tahun aku
tidak bertemu dengan kedua orang tuaku,” jawab Keong itu.
“Memangnya orang tuamu tinggal di mana?”
“Di desa Pamarayang tempat kamu temukan
aku.”
“Apakah saya bisa membantu kamu kembali
kepada orang tuamu?” tanya Okky menawarkan bantuan.
“Mana mungkinlah, Bang Okky! Ia pasti tidak
mengenali diriku lagi. Karena aku masih berwujud seekor Keong Racun. Apalagi
mereka tidak mampu mendengarkan suaraku, hanya kamulah satu-satunya orang yang
bisa mendengar suaraku.”
“Gimana caranya agar saya bisa bantu kamu
membebaskan kutukan ini?”
“Kamu harus mengecup keningku baru kutukan
ini bisa terlepas. Itupun baru berhasil jika kamu memang manusia pilihan yang
bisa membebaskan kutukanku. Karena tidak sembarang manusia yang bisa melepas
kutukan Mbah Marijan!” seru si Keong.
Lalu Okky mencium kepala Keong Racun itu
dan menyentuh kedua antenanya. Dan tiba-tiba keajaiban terjadi kemudian…
”BUZZZZH!!”
Dalam sekejap keong itu berubah wujud
menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Shinta akhirnya terbebas dari
kutukannya selama lima tahun.
“Terima Kasih, Bang Okky! Telah menolong
aku menjadi manusia kembali seutuhnya,” ujar Shinta. ”Dan karena kamu telah
menolong aku kamu berhak untuk menjadikan aku sebagai istrimu!” lanjutnya.
Okky kemudian menyampaikan niatnya kepada
kedua kakek neneknya untuk mempersunting Shinta yang telah menjadi manusia
menjadi istrinya. Mendengar niat cucunya, Kakek
Danu dan Nenek Mpok Atiek sempat kaget, kenapa tiba-tiba ada seorang
gadis cantik berada di rumahnya. Setelah Okky menjelaskan bahwa gadis tersebut
adalah Keong Racun yang telah berubah menjadi manusia. Baru kemudian ia
merestui hubungan cucunya dengan Shinta.
Setelah mendapat restu, kemudian Shinta dan
Okky bersama kedua kakek neneknya berangkat ke desa Shinta untuk mempertemukan
orang tua Shinta Paijo dan Sartiyem yang selama lima tahun tidak ketemu
sekaligus ingin melamar Shinta.
Saat tiba di kampungnya, Shinta segera ke
rumahnya untuk bertemu orang tuanya. Kondisi rumahnya dalam keadaan sunyi,
setelah ia bertanya kepada tetangganya ke mana kedua orang tuanya pergi.
Tetangga itu mengatakan Bapak Ibunya sedang berada ke sawah menggarap sawah
tetangga.
Desas-desus tentang kemunculan kembali
Shinta setelah 5 tahun menghilang menyebar ke penjuru desa. Seorang warga lalu
memanggil kedua orang tua Shinta ke sawah dan dengan tergopoh-gopoh ia
berteriak.
“Paijo… Paijo… anakmu Shinta sudah kembali!!”
teriak warga itu.
“Apa! Anakku Shinta sudah kembali, sekarang
ada di mana mereka,” teriak ibunya histeris lalu berlari menghampiri orang
tersebut.
“Benar, nih! Anakku Shinta sudah kembali ke
desa ini,” kata Paijo ragu.
“Benar, nih Paijo! Anakmu Shinta sekarang
ada di rumah bersama 3 orang,” ujar orang tadi.
Dengan bergegas mereka menghentikan
aktivitasnya menggarap sawah lalu dengan berlari-lari kecil Paijo, Sartiyem dan
orang tadi menuju rumah Paijo hendak ketemu Shinta. Sesampainya di rumah serentak
sartiyem teriak, “Shintaaa… ! Kamu sudah kembali, Nak! Jojo mana, nih!” kata
ibunya setelah mengetahui Jojo tidak bersama Shinta.
“Ibuuu…. ! Aku tak bersama Jojo, aku tak
tahu dia berada di mana setelah aku berpisah,” ujar Shinta sambil memeluk
ibunya.
“Kamu bersama dengan siapa?” tanya
bapaknya.
“Ini Pak, namanya Okky yang telah
menyelamatkanku saat aku dikutuk bersama Jojo,” pungkas Shinta.
“Dikutuk? Emang siapa yang kutuk kamu,
Nak!” kata Bapaknya.
“Mbah Marijan, penunggu gua keramat yang
ada di hutan sana, Pak! Shinta dikutuk jadi Keong Racun sedangkan Jojo dikutuk
jadi Tokek Belang”
“Memangnya kamu telah berbuat apa, Nak!”
kata ibunya memotong pembicaraan.
“Ceritanya panjang, Mak! Nanti Shinta
ceritakan di dalam rumah saja,” ujar Shinta. “Kalau dua orang ini, kakek
neneknya si Okky, Mak! Namanya Kakek Danu dan Mpok Atiek,” lanjutnya.
Orang tua Shinta kemudian mempersilahkan
tamunya masuk ke dalam rumah. Shinta pun menceritakan kejadiannya selama 5
tahun menghilang kepada kedua orang tuanya, hingga ia ditemukan oleh Okky sang
pencari Keong Racun.
Paijo dan Sartiyem sangat sedih mendengar
cerita anaknya secara panjang lebar dan sangat menyesali perbuatan tidak
terpuji yang telah dilakukan oleh kedua anak kembarnya hingga mendapat kutukan.
Tapi orang tuanya masih tetap bahagia
karena masih diberi kesempatan bertemu kembali dengan Shinta anaknya yang
hilang selama lima tahun. Kembalinya si anak hilang membuat keluarga Paijo
bahagia, tetapi kebahagiaannya belum sempurna selama anaknya Jojo belum juga
kembali ke rumah.
Tak lupa juga Okky dan keluarganya
mengutarakan niatnya untuk melamar Shinta menjadi istrinya. Setelah lamarannya
diterima orang tua Shinta. Okky dan Shinta akhirnya menikah dengan pesta yang
sangat meriah. Mereka berdua kemudian tinggal dan memulai hidup baru yang
bahagia di rumah orang tua Shinta di Desa Cangkringan.
*********
Bagaimanakah nasib Jojo apakah ia masih
sempat bertemu kedua orang tuanya dan bagaimana nasib Nazar dan Udin yang masih
menjadi Keong Racun dan Tokek Belang, silahkan ikuti kelanjutan kisahnya.
Cerita
ini selesai ditulis di Kota Pinrang, Sulsel tanggal 19 November 2010
Baca kisah sekengkapnya di sini KEONG RACUN DAN TOKEK BELANG 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar