CERITA DONGENG
(EDISI REVISI)
TIGA :
KEONG RACUN DAN TOKEK BELANG
Part 3. Mak Erot dan Sandy Sang Jagoan Cilik
Karya :
La Dawan Piazza
Lima tahun kemudian sejak kutukan Shinta dan
Jojo terbebas atau sekitar sepuluh tahun setelah Jojo dikutuk menjadi Tokek
Belang oleh penunggu gua keramat, Mbah Marijan.
Suatu hari yang cerah di Desa Tegal Sari.
Jojo tiba-tiba teringat dengan kedua orang tuanya sejak sudah menikah dengan
Teguh. Ia rindu kepengen pulang kampung, saat anaknya Sandy sudah menginjak
umur 5 tahun. Selama lima tahun itu ia tidak pernah pulang ke desanya. Karena
jarak desanya Teguh dengan Desa Cangkringan asal Jojo sangat jauh. Perjalanan
ke sana harus ditempuh dengan jalan kaki selama 2 hari dengan medan yang
terjal.
Anak Jojo ini termasuk anak yang bandel dan
nakal. Sandy suka mencuri cerutu Bapaknya secara sembunyi-sembunyi. Ia juga
suka berkelahi dan mampu mengalahkan anak yang lebih tua dari umurnya berantem,
kalau ada yang ngajakin ribut. Makanya ia dijuluki “Sandy Sang Jagoan Cilik” di
desa Tegal Sari.
Apalagi saat Sandy masih dalam kandungan 5 tahun yang
lalu. Terjadi letusan Gunung Merapi yang berjarak sekitar 200 Km dari kampung
halaman Teguh, Desa Tegal Sari. Hingga mengakibatkan kandungan Jojo saat itu
terguncang dan terkontaminasi udara panas “Wedhus
Gembel” yang sempat menyelimuti desanya selama beberapa hari.
Konon kabarnya Raja Petir Mbah Petruk
inilah yang menyebabkan letusan Gunung Merapi tersebut. Karena saat pertama
kali meletus tampak kilatan petir yang menyambar di puncak gunung Merapi.
Kemudian mengeluarkan asap yang berwujud Mbah Petruk dengan hidung menghadap ke
selatan.
Pengaruh Gunung Merapi inilah yang
mempengaruhi karakter Sandy saat ia dewasa, emosinya selalu panas sepanas awan
panas Merapi, kalau ada orang lain yang mencoba menganggunya.
Suatu hari Jojo mengutarakan niatnya pada
suaminya Teguh, atas keinginannya bertemu kedua orang tuanya.
“Mas, kayaknya kita harus ke desaku?” tanya Jojo.
“Apa maksud Adinda hendak ke sana?” pungkas
Teguh.
“Aku rindu sama Ibu Bapakku, Bang!”
“Katanya kamu dulu tinggal sebatang kara
dan nggak punya siapa-siapa lagi.”
“Maafin aku, Bang! Membohongi kamu waktu
itu karena sebenarnya aku masih punya keluarga di Desa Cangkringan, tempat kau
temukan aku 5 tahun lalu. Tapi aku merahasiakannya karena takut kamu bakal
meninggalkanku.”
“Apa! Kenapa Adinda nggak bilang dari
dulu!”
“Sekali lagi maaf ya, Bang! Karena baru
sekarang saya beritahu tentang latar belakang keluargaku.”
Keesokan harinya, mereka berangkat ke Desa Cangkringan.
Waktu yang ditempuh dua hari berjalan kaki melewati lereng-lereng bukit yang
terjal. Jojo menggendong Sandy di pundaknya dan secara bergantian dengan Teguh
menggendong anaknya Sandy.
Dengan menempuh perjalanan yang cukup melelahkan,
akhirnya Jojo dan Teguh sampai juga di desa Pamarayang, tempat pertama kali
Jojo ditemukan.
“Apakah ini desa Adinda?” tanya suaminya.
“Sepertinya benar, Bang! Kita langsung aja
ya, ke rumah orang tuaku. Siapa tahu mereka masih ada di sana?” kata Jojo.
Sesampainya di rumah orang tuanya, tampak
dari depan keadaan rumah lagi sepi. Jojo pun berteriak-teriak memanggil ibunya.
“Ibu! Ibu! Bukain pintu, Bu? Ini Jojo, Bu!
Sudah kembali ke rumah,” teriaknya.
Tak lama berselang, Shinta yang sedang
memasak di dapur menyambutnya. Alangkah kagetnya Shinta setelah ia melihat Jojo
pulang ke rumah dengan berwujud manusia.
“Jojo, kamu masih hidup atuh, Neng! Siapa
yang ngebebasin kutukan itu?” tanya Shinta sambil berpelukan melepas rindu.
Karena lama tidak berjumpa setelah berpisah sekian tahun, sejak pertemuan
terakhir di pematang sawah.
“Aku baik-baik aja, Shinta! Untung ada
Teguh yang ngebebasin kutukanku,” jawab Jojo.
“Kalau kamu, siapa yang ngebebasin kutukan
ini?” tanya balik Jojo.
“Ada deh, tunggu saya panggilin ya,” kata
Shinta.
“Abang! Abang! Ada yang pengen ketemu,
nih!” panggil Shinta pada suaminya.
(Okky
pun keluar dari kamar) “Ada apa, yank?” sahut Okky.
“Ini perkenalkan Jojo saudara kembarku yang
pernah aku ceritakan dulu,” kata Shinta.
“Apa!!” teriak Okky kaget melihat Jojo
beserta seorang lelaki yang merasa pernah dilihatnya.
“Ada apa, Bang?” tanya Shinta.
“Ah, nggak apa-apa kok,” jawab Okky ngeles.
“Oya, Jo! Ini adalah suamiku yang telah
membebaskan aku dari kutukan tersebut,” ujar Shinta.
“Oooh!! Perkenalkan nama saya, Okky!” sapa
Okky pada Jojo sambil salaman.
“Saya Jojo,” jawab Jojo.
“Kalau nama saya Teguh,” kata Teguh
memperkenalkan diri sama Okky.
“Oya, perasaan kita pernah ketemu? Tapi di
mana ya?” kata Okky penasaran.
“Saya juga merasakan hal yang sama,
kayaknya memang kita pernah bertemu,” ujar Teguh sambil mengingat-ingat.
“Emangnya kalian saling kenal, ya?” tanya
Jojo tiba-tiba.
“Nggak sih, tapi saya rasa pernah ketemu
suamimu,” pungkas Teguh.
“Oya, aku baru ingat? Bukankah kamu si
Pencari Keong Racun itu, yang pernah bertemu denganku lima tahun yang lalu?!”
ingat Teguh tiba-tiba.
“Oya, saya ingat! Kamu kan yang pernah
menangkap tokek gede seukuran lengan anak kecil itu, kan!” ujar Okky.
“Iya, betul sekali!” jawab Teguh.
“Akhirnya kita bertemu lagi,” ujar Okky
sambil memeluk dan memukul-mukul pundak Teguh.
“Ternyata Tokek itu jelmaan Jojo, ya?” kata
Okky.
“Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Teguh
keheranan.
“Karena Shinta pernah cerita sama saya
bahwa dia kehilangan saudara kembar yang dikutuk jadi Tokek Belang,”
jawabnya. “Emangnya Jojo nggak pernah
cerita sama kamu?” lanjut Okky bertanya.
“Nggak pernah, baru kemarin aja dia cerita
sama aku, bahwa dia kehilangan saudara kembar yang dikutuk menjadi Keong Racun
saat melanggar sumpah Mbah Marijan di Gua Keramat,” jawab Teguh.
“Oh… rupanya kalian sudah kaling kenal,
toh!” kata Shinta.
“Emak dan Bapak pada ke mana, ya?” tanya
Jojo sama Shinta.
“Mereka lagi berada di sawah, nanti sore
baru pulang. Tunggu aja dulu!” kata Shinta.
“Oya, ini anak kamu?” tanya Shinta. “Dia
sudah gede ya, pasti dia jagoan nih.”
“Iya, ini anak saya namanya Sandy, anaknya
nakal banget, Shin! Semua anak di dekat rumah sudah dia pukul sampai
nangis-nangis,” jawab Jojo.
“Kalau kamu Shin, sudah punya anak belum?”
tanya Jojo kemudian.
“Kami belum dikarunia anak, Jo!” seru
Shinta.
“Sabar saja, ya! Nanti juga akan diberi
rezeki anak sama Tuhan,” pungkas Jojo.
Setelah lama asyik berbincang-bincang,
kedua orang tua Shinta akhirnya pulang dari bekerja di sawah. Alangkah
senangnya Ayah dan Ibunya, setelah bertemu kembali anaknya Jojo yang pergi
entah kemana.
Mereka telah melepas rindu setelah 10 tahun
nggak pernah bertemu. Kebahagiaan Paijo dan Sartiyem bertambah sejak kepulangan
anaknya Jojo beserta cucunya Sandy yang lucu dan bertubuh gempal dan
menggemaskan.
Setelah menginap beberapa minggu di rumah
orang tuanya, Jojo akhirnya kembali lagi ke desa Tegal Sari kampung halaman
suaminya.
*******
Di lain tempat, di lokasi Shinta dan Jojo
dikutuk bersama Nazar dan Udin. Udin yang masih menjadi tokek merasa bersedih
karena sampai saat ini ia belum juga ada orang yang bisa membebaskan kutukan
ini, sedangkan Shinta dan Jojo sudah terbebas dari kutukannya.
“Kenapa
ya, belum ada orang yang bisa ngebebasin aku dari kutukan ini,” pikir Udin.
“Ya,
Allah semoga saja ada orang yang
menemukanku dan aku akan berbakti kepadanya seumur hidupku!” doa Nazar dalam
hati.
Beberapa saat kemudian, datang seorang nenek tua yang sudah renta
sedang melintas dekat pohon beringin, tempat tinggal Nazar dan Udin terkena
kutukan.
”Tolong aku! Tolong bebaskan aku!”
terdengar sayup-sayup suara minta tolong Nazar dan Udin, saat nenek tua itu
berjalan.
Nenek itu mendengar teriakan mereka.
“Sepertinya ada yang minta tolong tapi di mana ya?” katanya
“Kami di sini Nek, di atas pohon beringin,”
jawab mereka.
“Di atas pohon? Tapi aku
nggak melihat ada orang di atas,” kata nenek itu kaget.
“Kami di sini Nek, kami adalah seekor Tokek
Belang dan Keong Racun,” jawabnya serentak.
Sang nenek pun akhirnya menemukan mereka
dan membawa kedua binatang ini ke gubuk deritanya di tengah hutan belantara.
”Kalian harus ikut aku, saya akan bantu
membebaskan kalian dari kutukan ini,” kata nenek itu.
“Iya Nek, makasih telah membantu kesulitan
kami,” ujar Udin.
********
Ternyata nenek tua itu adalah seorang nenek
sihir jahat yang sedang mencari kesaktian bernama Mak Erot. Ia hanya memanfaatkan
Nazar dan Udin sebagai centengnya untuk memudahkan ambisinya mendapatkan
kesaktian dan kehidupan abadi.
Maka dibawalah Keong Nazar dan Tokek Udin
ke gubuk yang kondisinya sudah rewot dan berantakan di sana-sini, mereka berdua
lalu dibawa ke ruang prakteknya. Mak Erot pun segera mengambil ramuan dari rak
obatnya yang sudah dipenuhi debu. Diambillah sejenis balsem ajaib hasil
racikannya, kemudian meletakkan kedua tubuh Nazar dan Udin ke atas meja yang
sudah lapuk.
Mulut Mak Erot komat-kamit membaca mantra
sambil mengoleskan balsem ajaib tadi dengan mengurut kedua tubuh Nazar dan Udin
naik turun. Selang beberapa menit kemudian maka berubahlah kedua tubuh tersebut
menjadi monster Keong Racun dan Tokek Belang raksasa yang akan dimanfaatkan
untuk menculik anak perawan di desa-desa.
Suatu hari yang cerah, Mak Erot dan kedua
monsternya mendatangi desa tempat tinggal Jojo dan memporak-porandakan desa
Tegal Sari demi mencari anak gadis di desa tersebut untuk dijadikan tumbal buat
kesaktiannya. Monster Tokek Belang mulai beraksi, ia mengeluarkan suara yang
menggelegar memekakkan telinga dan membuat warga yang mendengar suara Tokek
Belang, gendang telinganya jadi pecah dan mengeluarkan darah segar.
Beberapa warga berusaha melawan kedua monster tersebut,
tapi usaha perlawanan mereka kalah. Karena monster Keong Racun mengeluarkan
lendir yang cukup banyak sehingga membuat orang yang berusaha menyerang monster
itu terpeleset dan terjatuh saking licinnya.
Tak lama kemudian muncullah anak Jojo,
Sandy Sang Jagoan Cilik dari desa Tegal Sari berusaha membantu warga desa yang
di serang oleh kedua monster jahat itu.
“Siapakah kalian? Kenapa anda menganggu
ketenangan warga desa kami!” teriak Sandy menantang.
“Hi… hi… hi…!!” (tawa Mak Erot)
“Hei… anak kecil!! Jangan ganggu urusan
kami! Kami mencari anak perawan di desa ini untuk dijadikan tumbal,” kata Mak
Erot dengan suara parau.
“Kami tidak akan memberikan anak gadis di
desa kami! Sebelum Anda menculik gadis di sini, langkahin dulu mayat saya!”
tantang Sandy.
“Kurang ajar, kau belum tahu siapa saya!
Berani-beraninya anak kecil menantangku bertarung! Hayoo… seraaaangg dia!!!”
teriak Mak Erot memerintahkan anak buahnya.
Monster Tokek Belang kemudian maju menyerang Sandy.
Monster itu mengeluarkan bunyi andalannya, “TOKEEEK….. TOKEEEK….. TOKEEEK…..
!!!” dengan suara keras yang menggelegar dan memekakkan telinga. Tapi suara
keras itu berhasil ditahan oleh Sandy dengan kekuatannya, sehingga tidak
membuat pecah gendang telinganya.
Sandy kemudian mengeluarkan sebatang cerutu ajaib yang
pernah dicuri dari Bapaknya dan membakarnya, lalu mengisapnya seraya berteriak
:
“SEMBURAN ASAP BULAAAAT DARI GUNUNG MERAPI….!!!!!”
teriaknya lalu mengambil kuda-kuda membentangkan kedua tangannya ke samping
lalu mendorong keluar asap itu diikuti dengan kedua tangan yang dibentangkan di
depan dada.
Maka menyemburlan asap bulat dari mulut Sandy yang
lama-kelamaan semakin membesar dan menghempaskan tubuh monster Tokek Belang
beberapa meter ke belakang. Monster tersebut terlempar dan mengerang akibat
kepanasan dengan Semburan Asap Bulat Sandy.
“AAAAARGHH….!!” teriak monster Tokek Belang mengerang
kesakitan.
Menyaksikan salah satu anak buahnya berhasil dikalahkan.
Mak Erot memerintahkan monster Keong
Racun menyerang Sandy. Monster itu lalu mengeluarkan jurus lendir beracun yang
sangat banyak dari tubuhnya dan mengenai tubuh Sandy.
Sekujur tubuh Sandy yang terkena lendir beracun lalu
membeku dan membungkus tubuhnya
menyerupai seekor kepompong, sehingga sangat sulit bernapas dan melepaskan
diri. Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri dari lendir tersebut
dengan berontak dalam kepompong itu. Sandy mengoyang-goyangkan tubuhnya agar
kepompong itu retak dan pecah namun tetap tak bisa. Sandy berhenti berontak
sejenak dan diam membisu.
Melihat hal itu Mak Erot tertawa terbahak-bahak, “Ha….
ha…. ha…. !!! anak itu berhasil aku kalahkan.”
Namun Sandy belum meninggal, tapi ia berkonsentrasi penuh
memfokuskan ilmu pernapasannya dengan mengambil semua energi dari alam di
sekitarnya. Di saat dalam posisi mengumpulkan energi inilah, sekelabat angin
sepoi-sepoi yang dingin merasuki tubuh orang-orang di sekitarnya.
Sandy mengumpulkan energi dari tanah, air, api dan udara,
ia juga mengumpulkan semua energi dari Gunung Berapi dan energi dari magma yang
tersimpang dalam perut bumi.
Saat energi sudah terkumpul semuanya Sandy lalu terbangun
dari pertapaannya dan dengan lantang berteriak, “AJIAN WHEDUS GEMBEEEEEELL!!!”
Kemudian hancurlah
cairan lendir yang lengket dan beku dari sekujur tubuhnya. Ajian ini mengeluarkan
asap yang sangat panas dan menutupi area di sekitarnya dengan debu yang
beterbangan. Mak Erot dan anak buahnya terhempas jauh ratusan meter akibat
gelombang kejut ajian wedhus gembel Sandy. Monster Keong Racun yang terkena
langsung ajian ini mengerang kesakitan seraya berteriak, “Panaaas… Panaas...
Panaaas…!!!”
Melihat kedua monsternya terkapar lemas dan nggak bisa
bertarung lagi, Mak Erot mengambil alih pertarungan. Ia berkonsentrasi dengan
kedua telapak tangan bertemu di depan dada Mak Erot berusaha memasuki alam
pikiran Sandy dengan cara menghipnotisnya hingga tak sadarkan diri. Sandy
akhirnya terpengaruh hipnotis dan alam sadarnya di bawah kendali Mak Erot si
nenek sihir.
Sandy yang terpengaruh sihir Mak Erot lalu mengikuti
setiap perintah Mak Erot. Kemudian Sandy di bawa oleh nenek sihir ke gubuknya
di tengah hutan setelah memporak-porandakan desa Tegal Sari. Sandy lalu
dijampi-jampi agar selalu terpengaruhi dengan sihir Mak Erot. Ia memanfaatkan
kesaktian Sandy untuk menculik gadis perawan di desa-desa yang ada di wilayah
tersebut. Setelah Sandy dilatih ilmu silat oleh Mak Erot, tubuhnya diurut agar
menjadi manusia perkasa tahan lama dalam menghadapi setiap pukulan musuh.
Hampir 2 minggu
Sandy tinggal bersama Mak Erot beserta anak buahnya, monster Keong Racun
dan Tokek Belang. Mereka pun berangkat ke desa lainya, tepatnya ke Desa
Sukamaju untuk menculik anak perawan lainnya untuk dijadikan tumbal kesaktian
Mak Erot agar tak terkalahkan di dunia persilatan.
Dari kejauhan, salah seorang warga desa Sukamaju melihat
kedatangan nenek sihir ke desa mereka. Orang itu berlari ketakutan ke balai
desa untuk memperingatkan warga agar menyelamatkan anak gadis mereka.
Mendengar kabar tersebut, warga desa pun panik dan
berlari ketakutan menyelamatkan diri. Tak lama kemudian Mak Erot tiba di desa
itu dan menggeledah rumah warga. Mereka menemukan sepasang suami istri yang
sedang ketakutan.
“Di mana anak gadis kalian!” bentak Mak Erot.
“Ka... ka… kami tidak punya anak gadis, Nyai!” kata si
istri terbatah-batah penuh ketakutan.
“Jangan panggil aku Nyai, panggil aku Mak Erot!”
“Iya, Mak!”
“Tolong katakan di mana semua anak gadis di desa ini,
kenapa kondisinya sepi amat,” teriak Mak Erot.
“Aku tidak tahu, Mak!” jawab si istri tambah ketakutan.
“Jangan bohong kalian! Masa tidak tahu ke mana warga desa
pergi.”
“Sumpah! Aku benar-benar tidak tahu, Mak!” timpal si
suami.
Mak Erot kemudian memerintakan Sandy untuk menggeledah
setiap rumah warga, tapi tak menemukan satu orang pun. Ternyata kabar tentang
kekejaman nenek sihir Mak Erot sudah tersebar dari desa Tegal Sari ke desa-desa
lainnya. Sandy lalu kembali ke rumah tadi dan melaporkan bahwa mereka tidak
menemukan satu orang pun.
Mak Erot murka dan naik pitam. Ia mengancam akan membunuh
kedua orang itu jika tidak memberitahu ke mana warga desa pergi.
“Sekali lagi saya katakan, ke mana semua orang-orang di
desa ini?” teriak lantang Mak Erot kepada kedua orang tersebut.
“Tidak… Tidak tahu Mak!” kata si suami.
“Jika kalian tidak katakan ke mana para penghuni desa
ini, kalian berdua akan saya bunuh!” ancam Mak Erot.
“Ja… Ja… Jangan bunuh kami Mak… tapi setahu saya warga
desa sini sudah mengungsi ke arah bukit, sana karena mengetahui kedatangan
Anda,” jawab si suami terbatah-batah sambil menunjuk ke arah bukit yang
dimaksud.
“Kurang ajar!! Ternyata rencana kita sudah tercium oleh
warga desa sini!!” murka Mak Erot sambil menghempas tongkatnya ke tanah.
“Ayo kita kejar mereka siapa tahu kita bisa dapatkan
gadis perawan desa ini!! Ha… ha... ha…!!” perintah Mak Erot pada anak buahnya.
“Bagaimana dengan dua orang ini, Mak?” tanya Sandy.
“Lepaskan saja mereka, ia sudah memberi informasi
berharga bagi kita,” pungkas Mak Erot.
Kedua orang suami istri tersebut, akhirnya dibebaskan
oleh nenek sihir Mak Erot. Mak Erot bersama anak buahnya kemudian mengejar
warga desa yang melarikan diri ke arah bukit.
*********
Warga Desa Sukamaju berbondong-bondong meninggalkan desa
dan sedang dalam perjalanan menuju bukit untuk menyelamatkan diri dari
kekejaman Mak Erot dan anak buahnya.
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang di sisi kiri
kanan jalan ditumbuhi semak belukar dan hutan lebat. Kemudian dari arah
belakang muncullah Mak Erot dan anak buahnya berlari mengejar warga desa
tersebut.
“Hai…kalian semua berhenti!!” teriak Sandy kepada warga
desa.
Mendengar ada orang yang memanggil, warga desa berhenti
dan menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya mereka setelah melihat Mak Erot
dan anak buahnya.
“Itu Mak Erot nenek sihir yang jahat itu, ayo semuanya
lari dan selamatkan diri kalian masing-masing!” teriak salah satu warga.
Mereka pada berlarian tunggang langgang menyelamatkan
diri masing-masing demi menghindari kejaran Mak Erot.Tapi mereka di hadang oleh
dua monster Keong Racun dan monster Tokek Belang yang tiba-tiba muncul di depan
warga dan menghalangi jalan.
“Ha… ha... ha… mau lari kemana kalian semua!!!” teriak
Mak Erot tertawa terbahak-bahak.
Dalam kondisi terkepung, beberapa warga desa berinisiatif
mencoba melawan kedua monster yang menghalangi jalan.
“Ayooo….kita serang ramai-ramai kedua monster ini,
hajaaar…!!” teriak warga.
Pertarungan hebat terjadi kian sengit, satu persatu warga
menyerang kedua monster itu. Tapi perlawanan warga, berhasil dikalahkan oleh
monster Keong Racun dan Tokek Belang. Semua orang yang menyerang modar satu
persatu terkena ajian sakti pukulan maut monster Keong Racun dan Tokek Belang.
Akhirnya
tinggallah warga lemah yang tak bisa melawan yakni perempuan dan anak-anak. Mak
Erot mengambil beberapa orang gadis perawan yang berada di antara rombongan
warga tersebut.
“Ayo kalian semua kumpul disini…!!! Yang anak gadis
tolong dipisahkan dari rombongan,” perintah Mak Erot.
Warga pun menuruti perintah Mak Erot. Karena yang
laki-laki semuanya sudah berhasil ditaklukkan, tinggal wanita dan anak-anak saja
yang masih hidup.
Akhirnya Mak Erot berhasil membawa 20 orang anak perawan
ke gubuknya, lalu mereka dijadikan tumbal di sebuah jurang yang curang. Mak
Erot menyiapkan acara sesajen dan ritual aneh dengan terlebih dahulu menyayat
lengan gadis-gadis ini untuk diambil darahnya dan di simpan dalam batok kelapa
serta ditaburi dengan kembang tujuh warna. Kemudian gadis-gadis tesebut satu
persatu di dorong jatuh ke jurang yang dalam hingga tewas.
Darah gadis perawan yang sudah dikumpulkan menjadi satu,
kemudian ia minum sambil membaca mantra
penambah kesaktian tubuh supaya
ilmu sihirnya tak tertandingi. Tubuh Mak Erot tambah gagah perkasa dengan di
tandai dengan munculnya angin yang berhembus sangat kencang di sekitarnya dan
matanya melotot berwarna merah pertanda kesaktiannya sudah bertambah.
*******
Siapakah orang yang berhasil mengalahkan Mak Erot dan
anak buahnya silahkan baca kelanjutan kisahnya.
Cerita
ini selesai ditulis di Desa Carawali Kab. Sidrap, Sulsel tanggal 19 April 2011
Baca kelanjutan ceritanya di sini KEONG RACUN DAN TOKEK BELANG 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar