Kamis, 11 November 2010

MAKASSAR 403 TAHUN

MAKASSAR 403 TAHUN
Geliat Peradaban Kota Maritim
Rabu, 10 November 2010 | 04:00 WIB

Tidak banyak kota di Tanah Air yang jantungnya bersentuhan langsung dengan bibir pantai. Sadar akan kentalnya nuansa pesisir, Kota Makassar yang pada 9 November ini berusia 403 tahun terus berbenah memantapkan diri sebagai pusat peradaban bercorak maritim.

Di tengah sulitnya mengikis stigma sebagai pusat demo mahasiswa yang kerap anarki, pembenahan kota setidaknya membawa dinamika bagi 1,5 juta jiwa penduduk setempat. Makassar kian diperhitungkan tidak sekadar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, tetapi juga sebagai pusat pelayanan di kawasan timur Indonesia.

Daeng Nu’mang (46), warga Kota Makassar, kini tak lagi harus berutang untuk menyekolahkan dua putranya, Razak (9) dan Rasyid (7). Penghasilan dari menjual kepiting di tepi Jalan Metro Tanjung Bunga, Kota Makassar, mampu melepaskan diri dari jerat tengkulak di Tempat Pelelangan Ikan Rajawali.

Sejak tahun 2006, Nu’mang tinggal di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Mariso di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso. Kala itu, nelayan menjual kepiting kepada pengepul dengan harga Rp 10.000 per kilogram, jauh dari harga pasaran sebesar Rp 18.000 per kg.

Dengan hasil tangkapan rata-rata 7 kg sehari, suami dari Herawati (40) itu hanya mampu membawa pulang Rp 35.000 setelah dipotong biaya operasional. Ia pun terpaksa berutang guna membiayai anak-anaknya di SD Negeri Mariso I. Kondisi ekonominya mulai membaik saat jalan menuju Tanjung Bunga, yang terletak sekitar 100 meter dari rusunawa, diaspal dan diperlebar pada akhir 2007.

Pembenahan akses menuju Tanjung Bunga dan Barombong dilakukan setelah berdirinya pusat perbelanjaan baru Graha Tata Cemerlang. Frekuensi pengguna Jalan Metro Tanjung Bunga meningkat seiring dengan adanya gedung serba guna Celebes Convention Center (CCC) tahun 2008 dan wahana bermain dalam ruangan, Trans Studio, setahun kemudian.

Tujuan wajib

Pertumbuhan megaproyek di kawasan Tanjung Bunga membawa berkah bagi Nu’mang. Bermodal lapak sederhana dari kayu dan papan tripleks, dia dan istrinya menjual kepiting di tepi Jalan Metro Tanjung Bunga. Dalam sehari ia mampu menjual 10 kg kepiting seharga Rp 20.000 per kg. ”Kalau akhir pekan, kepiting yang terjual bisa sampai 15 kg,” tutur Nu’mang yang sejak enam bulan lalu mendapat tambahan pasokan kepiting dari dua rekannya.

Kehadiran sejumlah proyek di pesisir Pantai Losari hingga Tanjung Bunga juga membawa berkah bagi Syarifuddin (38). Selama setahun terakhir, penghasilannya dari persewaan bebek air terus meningkat. Pada hari biasa sekitar 20 pelanggan dari pukul 17.00 sampai pukul 20.00 Wita. Jumlah penyewa berlipat ganda saat hari libur.

Selain menikmati pesona matahari terbenam dan gemerlap cahaya kota pada malam hari, pelanggan juga kepincut dengan sensasi matahari terbit.

Kebijakan Pemerintah Kota Makassar mengeksploitasi kawasan pesisir pantai sejak tahun 2006 telah menggerakkan roda perekonomian daerah sekitarnya. Keberadaan sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel membuat Pantai Losari menjadi daerah tujuan ”wajib” para wisatawan.

Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, mengatakan, penataan wilayah pesisir secara terintegrasi menjadi fokus pengembangan kota. Kebijakan itu diharapkan semakin mengukuhkan Makassar sebagai kota maritim. ”Pengembangan sektor jasa tetap menjadi prioritas karena hal itulah yang selama ini menjadi daya tarik Kota Makassar,” ungkap Ilham.

Kawasan wisata Trans Studio, Pantai Losari, dan Benteng Fort Rotterdam yang lokasinya berdekatan menyedot lebih dari 2 juta wisatawan hingga Oktober 2010.

(ASWIN RIZAL HARAHAP/NASRULLAH NARA)

Sumber dari milis : panyingkul@yahoogroups.com

Tidak ada komentar: