Rabu, 27 Juli 2011

JALANGKOTE UNDER KOMPOR (Sebuah Catatan Kuliner Bugis Makassar)


JALANGKOTE

UNDER KOMPOR


SEBUAH CATATAN KULINER BUGIS MAKASSAR

KARYA LA DAWAN PIAZZA


SEPATAH KATA
Buku ini tidak meniru-niru karya siapa pun juga tetapi cerita didalamnya sangat jauh berbeda dengan karya-karya serupa, karena buku ini berisi pengalaman pribadi penulis tentang kuliner khas Bugis yang mana masakannya tidak memerlukan biaya yang mahal dalam mengatasi kelangkaan pangan dewasa ini dan kuliner kampungan ini dapat mengatasi krisis pangan yang melanda seluruh dunia.
Kenapa buku ini dinamakan Jalangkote Under Kompor karena memang terinspirasi dengan karya Moammar Emka Jakarta Under Cover yang kemudian diplesetkan oleh Arham Kendari menjadi Jakarta Under Kompor (Sebuah Memoar Garing) yang berisi pengalaman pribadi Mas Arham. Kemudian gue plesetkan lagi menjadi Jalangkote Under Kompor yang berisi memoar tentang kuliner Bugis yang diturunkan turun temurun dari nenek ke ibu kemudian menular ke gue, yang mana waktu masih bayi gue pernah diberi makan kulit pisang yang dikerok bagian dalamnya dan minum air beras (bukan air cucian beras) tapi air tajin hasil dari menanak nasi yg kadang dicampur dengan gula. Kenapa gue pakai nama Jalangkote karena ini adalah makanan khas Bugis – Makassar atau bahasa jakartanya Pastel yang mungkin maksudnya Jalangkote di atas Kompor. He…he…he…!!!

Kulit Pisang yang di kerok bagian dalamnya (Buat makanan bayi)
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Mungkin bagi kebanyakan orang bahwa makan nasi aking berarti tanda tak mampu, tapi bagi gue sudah diajarkan sejak gue keluar dari rahim ibuku. Karena sejak kecil gue terbiasa makan nasi aking atau bahasa daerahnya Kaddo Bari yang diolah menjadi cemilan oleh nenek gue dgn berbagai variasi, bukan berarti keluarga gue kurang mampu tetapi kami diajarkan hidup sederhana dengan kantong pas-pasan ditambah dengan cucunya yang bejibun termasuk gue dan sepupu gue yang lebih dari 22 orang, jadi pintar-pintarnya nenek gue mengolah bahan makanan agar 22 cucunya itu bisa makan semuanya.


Kaddo Bari (Nasi Aking) ini hampir semua keluarga di Sulawesi Selatan memiliki bahan pangan ini buat diolah jadi kue Pipang, baik itu dari keluarga miskin maupun keluarga sedang atau keluarga kaya sekalipun, karena ini memang makanan khas kami.
Seperti yang gue lihat pemberitaan Televisi bahwa ada keluarga di daerah Jawa yang makan nasi aking karena tidak mampu membeli beras, gue yang menonton hanya cengar-cengir dan merasa iba melihatnya karena makanan ini adalah makanan sehari-hari gue sejak kecil sampai sekarang.
Yang menyedihkan dalam berita itu Nasi Aking atau nasi sisa yang dijemur di masak lagi seperti beras, gue kasihan melihatnya, karena mereka tidak kreatif dalam mengolah nasi aking itu secara benar dengan berbagai macam variasi masakan. Kalau nenek gue nasi aking itu tidak dimasak lagi tetapi digoreng dengan minyak kemudian dicampur dengan gula pasir satu gelas atom lalu diberi pewarna makanan biasanya warna merah atau kuning, kemudian dicetak pada wadah kayu kemudian dipress pakai botol agar adonan melekat kemudian dipotong berbentuk persegi panjang atau dalam bahasa daerah disebut pipang.

Nasi Aking sebelum di olah jadi makanan / cemilan

 Nasi Aking setelah di olah jadi Kue PIPANG (Makanan Tradisional Bugis)

Cetakan Kue PIPANG yang terbuat dari papan (Kayu)

Bisa juga digoreng dengan cara di sangrai kemudian ditumbuk jadi tepung campur dengan gula merah dan kelapa parut lalu remas-remas hingga membentuk lonjong atau cetak dalam wadah sendok yang rasanya mirip dengan putu cangkir khas Makassar. Kadang juga kalau nggak ada lauk pauk dirumah kadang gue hanya makan pejje na boka (Garam dan minyak letik), kenapa bisa ! Karena garam dan minyak letik itu dicampur jadi satu dipiring kadang dicampur sebutir cabe rawit kemudian diulek dipiring lalu campurkan dengan  dengan nasi panas (bukan nasi aking), lalu makan deh!!. Sambal, Kerupuk, Pisang Kepok, Mangga masak dapat dicampur dengan nasi saja buat sarapan Pagi kalau dirumah anda tidak ada Ikan, Daging, dll. Jangan pandang enteng makanannya karena itu  sangat membantu gue bisa hidup satu hari lagi tanpa perlu merajuk sama emak kalau gak ada ikan, tempe, tahu diatas meja makan.
Kuliner Bugis warisan nenek gue ini tidak semua orang Bugis melakukannya, hanya sebagian saja yang mempraktekkannya termasuk golongan orang tak mampu atau keluarga yang ikut Program KB (Keluarga Besar akibat Kondom Bocor), termasuk keluarga gue yang jumlahnya tidak bisa dihitung dengan jari saat ini gue aja dan sepupu gue waktu kecil jumlahnya 22 orang sekarang semuanya udah punya punya anak minimal 2 orang dan maksimal 8 orang, jadi ponakan-ponakan gue dari ibu yang berjumlah 30 orang belum yang meninggal waktu bayi ada 4 orang.



Foto - Foto Keluarga Besar gue dan semuanya sudah pernah merasakan makan kulit pisang, Nasi Aking, Nasi Jagung, Nasi Pisang, Sambal Kepala Udang sejak kecil
Foto : Koleksi Pribadi Muhammad Ridwan





Di manakah foto gue, yang baju hijau kalau foto kepalanya selalu miring karena kebesaran he..he..he.

Bayangkan dalam kurun waktu 20 tahun jumlah keluarga gue bertambah hampir 3 kali lipat jika ditambah dengan anak dan cucu dari saudara-saudara nenek gue. Nenek gue bersaudara 5 orang, nenek gue anak pertama punyak anak 5, kelima anaknya ini punya anak minimal 3 dan maksimal 8 termasuk gue dan cucunya punya anak lagi, maka genaplah jumlah ponakan gue 30 orang walaupun gue sendiri masih jomblo.


Pisang Ranum yang hampir busuk dari pada di buang percuma lebih baik diolah jadi makanan
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Dan hasilnya seperti masakan dalam foto-foto dibawah ini :
Pisang Ranum yang dicampur dengan tepung beras, bahan membuat kue SANGGARA JEMMU (Pisang Goreng Remas) dan Kue JEPA (Martabak Pisang)
Foto : Muhammad Ridwan


 Sanggara Jemmu (Pisang Goreng Remas)

Gue lagi pegang Sanggara Jemmu (Pisang Goreng Remas), enaknya kalau di remas-remas

KUE JEPA (MARTABAK PISANG) Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)
Makanan traditional Bugis yang terbuat dari Pisang yang sudah ranum (Hampir busuk)

Gue lagi makan Kue Jepa. Manynyoz Top Markotop

Dari keluarga besar ini maka strategi penghematan sangat diperlukan bayangkan kakek gue pedagang baju didaerah Mamasa, Kab. Polmas Sulsel saat itu sekarang Kab. Mamasa, Sulbar, sebuah daerah pedalaman diatas gunung yang masyarakatnya pada waktu itu masih primitive tetapi termasuk daerah penghasil kopi torabika dan Markisa. Setiap 2 minggu kakek saya pulang bawa Markisa sekarung, kami cucunya pun menyambut kedatangan Markisa asli dari pohonnya. Seharusnya satu orang cucu dapat jatah 2 butir Markisa yang diseduh dengan air dingin campur gula Pasir, tetapi nenek gue agar hemat dan 22 cucunya semuanya dapat jatah 6 butir Markisa diseduh dalam Cerek Mekkah besar, dimana airnya dibanyakin dan agar manis ditambahkan banyak gula pasir, lalu dibagikan kepada 22 orang yang seharusnya cuma untuk 3 orang, ya rasanya sedikit kecut bercampur hambar tetapi karena rasa kebersamaan inilah rasanya seperti minum Markisa botolan yang sudah diolah pabrik.



Ini foto rumah gue yang dibangun tahun 1963 masih kuat sampai sekarang karena terbuat dari kayu hitam/besi mulai dari tiang, dinding, tangga, dan rangka atapnya (Anti Banjir meng..!)
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)



Di bawah kolong rumah gue, kayu bakar masih dipergunakan
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)



Kondisi jalan di desa gue, Desa Carawali Kab. Sidrap Sulsel
Jl. Poros Makassar - Toraja
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

 Rumah tetangga gue
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)


Rumah tetangga gue
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)




Rumah tetangga gue
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Berarti kondisi perekonomian masyarakat di desa gue nggak terlalu miskin-miskin amat walaupun mayoritas profesinya sebagai Petani. Perlu di ketahui bahwa Kab. Sidrap Sulsel merupakan salah satu lumbung beras terbesar di propinsi Sulawesi Selatan.

Dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang tinggal di Kota Besar Makassar, kondisi hidupnya prihatin, profesinya Pemulung dan Daeng Becak, mayoritas berasal dari Kab. Jeneponto yang lahannya kering dan gersang. Lihat foto dibawah ini yang gue ambil tahun 2006 lalu, perumahan kumuh di belakang Pusat Perbelanjaan Terbesar di Makassar Mall Panukkang Trade Center yang bersambungan dengan Mall DIAMOND Makassar






Gue foto dari atas tempat parkir Mall PTC (Panukkang Trade Center)
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)


Mungkin tips dari pengalamn kuliner lebay ini mungkin sangat berguna bagi orang lain terutama bagi orang yang mampu agar dapat menghemat pengeluaran rumah tangga, jangan suka membuang makanan sisa karena Mubazir, tetapi kalau makanan sisa itu  masih bisa diolah sebaiknya jangan dibuang, karena pepatah orang Bugis mengatakan “Aja mupoji makkabeang nanre nasabak engka wettu matu meloko manre na degaga” yang artinya Jangan engkau suka membuang makanan sembarangan sebab suatu saat nanti anda mau makan tetapi makanannya tidak ada. Maknanya pintar-pintarlah berhemat dan mengolah makanan agar tidak terbuang percuma karena suatu saat akan tiba masa paceklik, kalian akan kewalahan dalam urusan perut.

Sedangkan untuk orang kurang mampu mungkin tips-tips dalam buku ini bisa dipraktekkan dalam kehidupan rumah tangga, agar anda tidak perlu khawatir kalau harga pangan dunia melambung, harga minyak dunia naik tidak perlu merasa panik, terutama yang masih tinggal di pedesaan nggak akan kena imbas dari kenaikan harga pangan dan minyak, karena kayu bakar dan ranting pohon dikebun bisa jadi alternatif bahan bakar, hasil-hasil kebun macam sayur, cabe, terong, daun kemangi, pisang bisa ditanam di halaman rumah atau dikebun tanpa perlu mengeluarkan duit untuk membeli barang yg diperlukan sehari-hari.

Sambal Cair untuk Jalangkote
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Jalangkote Khas Bugis Makassar
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

RESEP MAKANAN

Resep Jalangkote

Jalangkote merupakan makanan khas dari Makassar, berbentuk mirip kue pastel. Agar hasilnya renyah dan tidak keras, waktu membuat adonan kulitnya jangan terlalu banyak diuli dan harus tipis. Untuk jelasnya simak resep Jalangkote untuk 10 buah berikut ini.
Bahan Kulit Jalangkote :
•     Tepung terigu protein sedang, 200 gram
•     Telur ayam, 1 butir
•     Santan, 60 ml
•     Garam, 1/2 sendok teh
•     Minyak goreng, 750 ml
Bahan Isi Jalangkote :
•     Wortel, 75 gram, potong dadu
•     Kentang, 75 gram, potong dadu
•     Daging sapi cincang, 100 gram
•     Telur rebus, 2 butir, potong 6 bagian
•     Taoge, 50 gram, siangi
•     Soun, 25 gram, rendam hingga lunak
•     Bawang perai, 1 batang, iris tipis
•     Air, 25 ml
Bumbu Jalangkote :
•     Bawang putih, 3 siung, iris tipis
•     Bawang merah, 4 butir, iris tipis
•     Merica bubuk, 1/2 sendok teh
•     Pala bubuk, 1/4 sendok teh
•     Kaldu bubuk, secukupnya
•     Garam, secukupnya
•     Gula pasir, secukupnya
Saus Jalangkote :
•     Cabai merah, 4 buah
•     Cabai rawit, 2 buah
•     Bawang putih, 4 siung
•     Bawang merah, 3 butir
•     Garam, secukupnya
•     Cuka, 1/2 sendok teh
•     Gula pasir, 1 sendok teh
•     Air, 200 ml
Cara membuat Jalngkote :
1.   Isi : Panaskan 2 sdm minyak, tumis bawang putih dan bawang merah hingga harum. Tambahkan bawang perai, daging sapi, wortel dan kentang. Tuang air. Masak hingga 1/2 matang. Masukkan bahan isi dan bumbu lainnya kecuali telur. Masak hinggga semua bahan matang. Angkat dan sisihkan.
2.   Kulit : Masukkan terigu dalam kom adonan. Tambahkan telur, garam dan santan. Aduk rata. Tambahkan 50 ml minyak goreng panas, uleni hingga adonan kalis. Gilas adonan hingga setebal 3 mm, potong bentuk bulat dengan diameter 10 cm.
3.   Ambil satu lembar kulit, letakkan 2 sendok makan adonan isi dan 1 potong telur di atasnya. Katupkan dan rekatkan dengan putih telur membentuk 1/2 lingkaran, pilin tepinya. Lakukan hingga adonan habis.
4.   Panaskan sisa minyak, goreng adonan hingga matang. Angkat dan sajikan.
5.   Saus : Campur semua bahan saus kecuali air dan cuka, haluskan dengan blender. Panaskan 2 sdm minyak, tumis hingga matang. Angkat. Rebus air, masukkan bumbu tumis dan cuka. Masak hingga matang. Angkat.
6.   Sajikan jalangkote dengan sausnya.


PUTU KELO

Ini mungkin makanan yang namanya asin bagi para pembaca karena makanan ini bahannya cuma satu yaitu tepung ketan putih dan cara pembuatannya sangat sederhana. Saya mencoba jelasin bahwa makanan ini adalah makanan saya sejak kecil yang sering dibuat oleh ibu dan nenekku sebagai cemilan sebelum berangkat ke sekolah. Dan dengan makanan ini membuat gue waktu kecil jarang jajan ke sekolah dan kadang Cuma dikasih uang jajan sebesar Rp. 50 sampai Rp. 100 yang waktu itu cukup untuk membeli 4 potong Ubi Goreng di kantin sekolah. Adapun cara membuat Putu Kelo ini cukup ambil tepung ketan putih ¼ kg atau secukupnya (Sesuai porsi anak-anak), kemudian dicampur dengan air bersih buat hingga bahan mengental seperti tanah liat kemudian di bentuk gulungan lonjong, panaskan air mendidih setelah itu masukkan tepung ketan yg sudah terbentuk tadi dan rebus hingga matang. Jangan lupa sediakan parutan kelapa, setelah bahan matang campurkan dengan parutan kelapa dan Putu Kelo siap untuk dihidangkan, Putu Kelo itu biasanya dicocol dengan sambal terasi atau kadang kuah dari masakan ikan kuning
Bahan - Bahan :
¼ kg Tepung Ketan Putih atau secukupnya
Garam secukupnya
Kelapa yang diparut
Cara Membuatnya :
Tepung Ketan di beri air bersih campur garam secukupnya lalu di remas-remas hingga tepungnya mengental seperti tanah liat lalu dibentuk lonjong kemudian direbus dengan air mendidih sampai matang, setelah itu ditaburi dengan parutan kelapa dan siap dihidangkan dengan sambal tai boka / blondo (Ampas Minyak Kelapa)
Nasu Bale (Masakan Ikan Kuning) kuahnya dipakai buat cocol Putu Kelo
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)


Sambala Tai Boka (Sambal Blondo) dipakai buat cocol Putu Kelo
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)



Alame atau Balaceng (Ebi kecil campur cabe rawit dan garam) dipakai buat cocol Putu Kelo
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)


 BAJABU (Abon Ikan) dipakai buat cocol Putu Kelo
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Onde-Onde Bugis bahannya sama dengan Putu Kelo cuma yang ini diberi Gula Merah di tengahnya
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

NASU PALEKKO (BEBEK CINCANG SUPER PEDAS)



Apa itu Nasu Palekko ? Mungkin banyak orang belum arti sebenarnya makanan Nasu Palekko, Nasu artinya Masak, Palekko artinya Wajan yang terbuat dari tanah liat. Jadi maknanya bebek cincang yang di masak di dalam wajan tanah liat. Tapi karena jaman sudah modern sekarang masakan ini lebih banyak di masak di wajan aluminium.

Nasu Palekko ini hampir semua orang Bugis bisa memasaknya baik laki-laki maupun perempuan terutama yang berasal dari Kawasan Ajattapareng (Sebelah baratnya Danau Sidenreng) yang terdiri dari Kab. Pinrang, Kab. Sidrap dan Kotamadya Pare-Pare.
Gue ingin bercerita jaman gue SMA dulu, anak-anak SMA di Pinrang pada tahun 1980-an sampai sekarang sangat hobby yang namanya Mangacara alias bikin acara makan-makan dengan mengundang teman-teman sekolah untuk datang ke rumah, biasanya hal itu dilakukan di saat habis ujian semester, perpisahan, acara Pramuka dan agenda kegiatan Extrakurikuler di Sekolah bahkan setamat sekolah pun masih sering bikin acara terutama acara reuni dengan teman-teman sekolah dsb.
Inilah ciri khas kebersamaan yang mungkin tidak dimiliki anak-anak SMA yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, yakni kebiasaan berkumpul dengan teman-teman sekolah. Anak-anak yang ada di kota besar mungkin hobbynya Shopping di Mall, Dugem tiap malam minggu dengan teman-temannya, terjerat kasus Narkoba dan Pergaulan bebas. Di kota kecil gue itu hal tersebut jarang terjadi di jaman gue sekolah dulu karena memang tidak ada tempat dugem di kota Pinrang, tapi sekarang kayaknya sudah mulai berubah karena sudah masuk tempat hiburan malam seperti tempat Karaoke di dekat rumah gue. Hal ini bisa memicu kehancuran masa muda jika tempat karaoke menyediakan layanan plus-plus wanita penghibur dan minuman keras.
 Teman SMA dalam kegiatan Perkemahan tahun 1997 di Pinggir Pantai Kanipang
 (Bertepatan saat itu terjadi gempa bumi di Pinrang, untuk nggak kena tsunami)
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Acara Perpisahan SMA tahun 1999, lagi masak-masak Nasu Palekko 
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)


Makan ramai-ramai kayaknya lebih asyik nih !!
Foto : Muhammad Ridwan (Mac Dhawanks)

Kayak gue sudah melenceng dengan tema masakan diatas tapi gak apa-apa yang penting gue bisa tuangkan isi dalam hati ini. Oya balik lagi kecerita waktu gue SMA, acara yang sering kami lakukan di kelas III IPA 1 adalah main togel (Kupon Putih), karena ada teman  sekelas gue dulu waktu kelas 2 namanya Darwin yang jadi Bandar togelnya. Biasanya gue sering pasang jika ada teman yang meceritakan mimpinya semalam, kamu satu kelas kompak dalam urusan pasang Kupon Putih ini termasuk para wanitanya, karena ternyata ada beberapa teman wanita gue yang suka pasang nomor menurut mimpinya semalam, tetapi jika ada teman yang nomornya tembus alias menang biasanya bikin acara makan-makan lagi dengan mengajak satu kelas untuk bikin acara Nasu Palekko, Barobbo, Sanggara Peppe dan acara kuliner lainnya, cerita gue nggak melenceng kan dari urusan kuliner.

Foto : NASU PALEKKO (Browsing Internet)

Bahan – Bahan :
2 Ekor Itik Muda
10 Siung Bawang Merah
10 Siung Bawang Putih
1 Genggam Cabe Rawit
1 Sendok Makan Merica
2 butir Jeruk Nipis
Garam secukupnya
Vetsin Secukupnya
Kunyit bubuk secukupnya

Cara Membuat bumbunya :
Iris bawang merah dan bawah putih kemudian tumbuk/haluskan merica yg dicampur dengan bawang merah dan bawang putih beserta cabe rawit setelah bumbu tercampur dengan halus masukkan garam dapur
Cara membuatnya :
Salah satu rahasia dalam membuat Nasu Palekko adalah dari itik yang masih muda, kalau itiknya sudah tua rasanya amis dan dagingnya keras. 2 ekor itik di rebus sebentar dalam air mendidih (Jangan terlalu matang) agar bulu-bulunya bisa dicabut, cabut bulu-bulu itik sampai bersih. Agar bulu-bulu halusnya lepas usahakan itik dipanggang sampai warnanya berubah jadi coklat dan minyaknya keluar tujuannya untuk menghilangkan bulu halus dan membuat dagingnya gurih.
Itik yang sudah dipanggang dikuliti, usahakan semua kulit bagian luarnya dilepas (Jangan dibuang) kemudian itik dicincang sampai ukurannya kecil, usahakan buang bagian ujung ekornya dekat anus yang mirip biji buah kurma (Banyak orang tidak mengetahui rahasianya, bagian ini tidak dibuang sehingga membuat rasa itik jadi tidak enak/amis). Daging yang sudah di cincang cuci dengan air bersih sebanyak 3 kali untuk menghilangkan bau amis dalam daging.
Daging mentah tersebut dicampur dengan bumbu tadi dan biarkan bumbunya meresap ke dalam daging selama 15 menit. Ini juga rahasia dalam membuat masakan ini yang mana banyak orang tidak mencampur adukkan daging itik dan bumbu dulu kemudian memasukkan dagingnya, agar enak bumbunya dicampur dengan bumbunya agar meresap ke dalam daging kemudian peraskan 2 butir jeruk nipis yg sudah dipotong untuk menghilangkan rasa amis
Banyak juga orang tidak mengetahui cara memasak bumbunya terkadang mereka memakai minyak kelapa untuk menggoreng sambalnya/bumbu sehingga rasa dari itik itu tidak memiliki ciri khas. Rahasianya ada pada kulit itik yang sudah dilepas tadi, masukkan kulit itik itu di wajan tanpa minyak jika kulit itu sudah matang otomatis minyak dari lemak itik yang berfungsi sebagai minyak goreng, kemudian masukkan itik yang sudah dicampur bumbu ke dalam wajah yg berisi kulit itik. Agar dagingnya jadi lembek dan tidak keras masukkan sendok bekas mengaduk bumbu tadi kedalam wajan (Sebenarnya ini hanya sugesti saja tetapi berhasil membuat daging jadi lembek walaupun sudah dingin saat dihidangkan).
Usahakan tutup wajan agar panasnya menyebar keseluruh daging, masak kira-kira selama 3 jam sampai minyak dalam wajan itu sudah mulai berkurang, perlu diingat masakan ini tanpa minyak saat dihidangkan


Palu Butung
 
   dari Makasar
Foto : Pallu Butung (Browsing Internet)

Bahan :
- 6 buah pisang kepok, kukus, kupas, potong miring -
- 500 ml santan dari 1 butir kelapa -
- 30 gram tepung beras -
- 2 lembar pandan -
- 75 gram gula pasir -
- 1/4 sdt garam -
- Sirup frambosen -

Cara membuat :
1. Larutkan tepung beras dengan sedikit santan. Sisihkan.
2. Rebus sisa santan, pandan, gula dan garam. Setelah agak mendidih, masukkan larutan tepung beras, aduk hingga mengental dan meletup-letup. Angkat.
3. Sajikan bubur dengan potongan pisang, bubur sirup frambozen dan es batu.

Untuk 6 porsi

Tulisan kuliner ini adalah pengalaman pribadi penulis dan sebagai bahan renungan bagi anda yang suka menghambur-hamburkan makanan, padahal masih banyak saudara-saudara kita yang menahan lapar, minum akibat bencana kekeringan parah di Somalia. Buat anda orang kaya agar senantiasa membuang sifat membuang makanan sisa, mungkin masih bisa diolah atau berikan kepada tetangga anda yang kurang mampu jika memang makanan itu masih layak komsumsi.

Foto- Foto Bencana Kelaparan di Somalia akibat kekeringan 
panjang dan konflik antar golongan










Perompak Somalia, Kenapa mereka merampok alasannya cuma satu butuh uang buat makan agar bisa hidup








Buku Inspirasi dari 2 Penulis Best Seller Moammar Emka dan Arham Kendari









4 komentar:

Honey mengatakan...

Saya juga biasa makan nasi aking tapi dibuat sagon atau digoreng terus ditaburin garam

Sudarmin Darwis mengatakan...

ada nggak penjelasan tentang makana khas onde_onde ala bugis

Sudarmin Darwis mengatakan...

penjelasanya dong kak tentang onde-onde khas makassar

Sudarmin Darwis mengatakan...

penjelasanya dong kak tentang onde2 khas makassar