Sumber Kompas Senin 2 November 2009
Lingkungan dan Kesehatan
Sekitar 50 persen perempuan mempunyai keluhan disfungsi dasar panggul setelah melahirkan anak pertama. Keluhan disfungsi tersebut, antara lain, adalah turunnya peranakan, mengompol, disfungsi seksual, dan kelainan bawaan alat genitalia.
Persoalan disfungsi panggul menjadi salah satu masalah menarik yang dibahas dalam “Jakarta International Gynecology and Obstetric Meeting (JIGOM) 2009” yang berlangsung 29-31 Oktober 2009 di Jakarta.
Forum tersebut merupakan ajang berbagi informasi para ahli di bidang obstetric dan ginekologi guna meningkatkan kualitas pelayanan serta kualitas hidup perempuan.
Guru Besar Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Junizaf, SpOG dalam jumpa pers terkait JIGOM sebelumnya, mengatakan secara umum, penyebab disfungsi dasar panggul adalah hamil dan melahirkan anak terlalu besar, sering melahirkan, usia, menopause (hormonal), dan obesitas. Bisa juga karena kebiasaan merokok, genetis, keadaan yang dapat menyebabkan tekanan pada rongga perut, serta bisa karena kelainan sifat jaringan kolagen.
“Disfungsi dasar panggul jangan dpandang remeh dan dibiarkan saja. Walaupun tidak menyebabkan kematian, tetapi bias menyebabkan cacat yang terus menerus. Jika tidak dicegah atau segera diobati, itu akan menurunkan kualitas hidup perempuan,” ujarnya.
Terlebih lagi, sebetulnya persoalan kesehatan tersebut dapat diselesaikan atau diatasi dengan latihan dan senam yang didesain untuk mengatasi disfungsi panggul. Namun, dalam kondisi tertentu seperti peranakan turun yang terbilang parah penanganannya harus melalui operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar