Cerita ini sebenarnya adalah
pengalaman masa kecil saya saat masih di Kota Pinrang, Sulsel. Di mana saat itu
saya sering mendengar tangisan bayi pada tengah malam di pohon kelapa tetangga.
Mungkin ini terjadi gara-gara kebiasaan adat Sulsel jika ada bayi yang baru
lahir, ari-arinya disimpan di dalam kendi yang terbuat dari tanah liat terus
ditanami pohon kelapa diatasnya serta di beri lilin. Dan pohon kelapa itu
dibiarkan tumbuh besar di kebun karena rata-rata orang dahulu punya kebun.
Apalagi ada tetangga saya sebut saja
namanya Puang Jodding (nama samaran) istrinya melahirkan dan janin dalam
kandungan meninggal dan itu terjadi dua kali. Tapi dia tidak mau menguburkan
janin bayi itu di Pekuburan Umum. Dia memilih menguburkannya di kebunnya terus
di atas makamnya ditanami pohon kelapa. Maklum dia adalah bangsawan jaman dulu
serta termasuk tuan tanah di lingkungan tempat tinggal saya.
Mungkin itulah sebabnya arwah bayi
yang meninggal tersebut terus menangis karena di atas kuburnya ditanami pohon
kelapa yang membuat jasad bayi tersebut terlilit oleh akar-akar serabut pohon
kelapa yang sudah tumbuh besar. Tapi karena berhubung saya berada di Kota Kupang
makanya setting lokasi saya ganti dan judul cerpennya saya ganti menjadi ARWAH
ADIK MENANGIS SATU MALAM DI ATAS PUCUK POHON LONTAR karena kebetulan di daratan
bumi Flobamora lagi tenar sebuah lagu timor yang dinyanyikan oleh seorang teman
Ketua Komunitas Sastra Dusun Flobamora Romo Amanche Frank Oe Nino
Bagi yang penasaran dengan lagu ini
silahkan download di sini lagunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar