Minggu, 17 Februari 2013

Arwah Adik Menangis Satu Malam Di Atas Pucuk Pohon Lontar



Cerita ini sebenarnya adalah pengalaman masa kecil saya saat masih di Kota Pinrang, Sulsel. Di mana saat itu saya sering mendengar tangisan bayi pada tengah malam di pohon kelapa tetangga. Mungkin ini terjadi gara-gara kebiasaan adat Sulsel jika ada bayi yang baru lahir, ari-arinya disimpan di dalam kendi yang terbuat dari tanah liat terus ditanami pohon kelapa diatasnya serta di beri lilin. Dan pohon kelapa itu dibiarkan tumbuh besar di kebun karena rata-rata orang dahulu punya kebun.
Apalagi ada tetangga saya sebut saja namanya Puang Jodding (nama samaran) istrinya melahirkan dan janin dalam kandungan meninggal dan itu terjadi dua kali. Tapi dia tidak mau menguburkan janin bayi itu di Pekuburan Umum. Dia memilih menguburkannya di kebunnya terus di atas makamnya ditanami pohon kelapa. Maklum dia adalah bangsawan jaman dulu serta termasuk tuan tanah di lingkungan tempat tinggal saya.
Mungkin itulah sebabnya arwah bayi yang meninggal tersebut terus menangis karena di atas kuburnya ditanami pohon kelapa yang membuat jasad bayi tersebut terlilit oleh akar-akar serabut pohon kelapa yang sudah tumbuh besar. Tapi karena berhubung saya berada di Kota Kupang makanya setting lokasi saya ganti dan judul cerpennya saya ganti menjadi ARWAH ADIK MENANGIS SATU MALAM DI ATAS PUCUK POHON LONTAR karena kebetulan di daratan bumi Flobamora lagi tenar sebuah lagu timor yang dinyanyikan oleh seorang teman Ketua Komunitas Sastra Dusun Flobamora Romo Amanche Frank Oe Nino
Bagi yang penasaran dengan lagu ini silahkan download di sini lagunya

Tidak ada komentar: