Minggu, 21 Juli 2013

Bangkitkan Geliat Sastra Indonesia Timur


Bangkitkan Geliat Sastra Indonesia Timur

Oleh : La Dawan Piazza *)


Semarak penyelenggaraan acara MIWF 2013 di Benteng Rotterdam Makassar sukses di laksanakan pada tanggal 25 – 26 Juni 2013. Di ikuti dengan pembukaan yang di buka oleh Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin yang mengatakan Makassar bisa membuka mata dunia bahwa Kota Makassar tidak selebar dengan layar televisi yang disajikan suguhan berita demonstrasi dan kriminal dan sepatah kata dari Ketua MIWF mbak Lily Yulianty Farid mengharapkan cinta yang tulus terhadap Kota Makassar.

Dalam hari pertama acara MIWF 2013 juga diadakan pemutaran film pendek berdurasi 15 menit "Mencari AM Daeng Myala alias M. Tahir" yang dinobatkan sebagai pujangga baru Sulawesi Selatan. Di antara sastrawan yang hadir dalam acara ini adalah Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Dewi Lestari, Bernard Batubara, Okky Madasary, Peter Zilahy (Hungaria), Luka Lesson (Australia), Amir Muhammad (Malaysia)dan lain sebagainya. Ada juga penulis buku-buku perjalanan Agustinus Wibowo yang akan membahas soal hubungan antara puisi dan fotografi.

Hal yang patut dibanggakan di dunia sastra NTT karena telah mengirim 3 wakilnya Romo Amanche Frank Oe ninu, Christian Dicky Senda, Mario F. Lawi. Romo Amanche Frank Oe Ninu sebagai penggagas Komunitas Sastra Dusun Flobamora Kupang dan pencipta lagu Adik Menangis 1 Malam sempat membawakan puisi yang diselingi dengan nyanyian yang lagi booming di daratan Bumi Flobamora.

Di NTT memiliki keunikan budaya sendiri karena hampir setiap Kabupaten dan Pulau memiliki tradisi dan adat yang berbeda-beda mulai dari pakaian adat, musik tradisional, bahasa dan tradisi. Hal ini yang belum pernah diangkat ke dunia sastra karena NTT memiliki sekitar 200 lebih suku bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda.

Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar di seluruh wilayah NTT. Adapun suku-suku dan lokasinya di NTT sebagai berikut:

1.     Suku Bangsa Helong = Mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang / Kupang Tangah dan Barat / Serta pulau Semau.

2.     Suku Bangsa Dawan = Mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang / Amarasi, Amfoang, Kupang Timur dan Tengah / Kabupaten Timor, Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Belu / bagian perbatasan dengan Kabupaten TTU.

3.     Suku Bangsa Tetun = Mendiami sebagian besar Kabupaten Belu dan wilayah Negara Timor Leste.

4.     Suku Bangsa Kemak = Mendiami sebagian kecil Kabupaten Belu dan wilayah Negara Timor Leste.

5.     Suku Bangsa Marae = Mendiami sebagian kecil Kabupaten Belu bagian Utara dekat perbatasan dengan Negara Timor Leste.

6.     Suku Bangsa Rote = Mendiami sebagian besar Pulau Rote dan di sepangjang pantai utara Kabupaten Kupang dan Pulau Semau

7.     Suku Bangsa Sabu /Rae Havu = Mendiami Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa pulau Sumba.

8.     Suku Bangsa Sumba = Mendiami Pulau Sumba yang terdiri dari dua kabupaten.

9.     Suku Bangsa Manggarai Riung = Mendiami Pulau Flores bagian Barat, terutama Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat

10.            Suku Bangsa Ngada = Mendiami sebagian besar daerah Kabupaten Ngada.

11.            Suku Bangsa Ende Lio = Mendiami daerah kabupaten Ende.

12.            Suku Bangsa Sikka – Krowe Muhang = Mendiami daerah kabupaten Sikka.

13.            Suku Bangsa Lamaholot = Mendiami daerah Kabupaten Flores Timur meliputi pulau Adonara, Solor dan sebagian Pulau Sembara.

14.            Suku Bangsa Kedang = Mendiami ujung timur Pulau Lembata.

15.            Suku Bangsa Labala = Mendiami ujung selatan Pulau Lembata.

16.            Suku Bangsa Alor Pantar = Mendiami Pulau Alor dan Pantar.

Selain suku-suku diatas, Nusa Tenggara Timur juga dihuni oleh suku-suku pendatang yaitu orang-orang keturunan Cina, Arab, Bugis, Makasar, Buton, Bajo dan Jawa serta beberapa suku lainnya. Kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan Nusa Tenggara Timur berasal dari beberapa suku maupun bangsa, diantaranya yang pernah mempengaruhi kebudayaan NTT adalah Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Ambon/Maluku, Portugis dan Belanda.

Acara penutupan MIWF 2013 dilakukan dengan pembaca puisi oleh ke enam penulis Undangan Indonesia Timor, diantaranya Romo Amanche Frank Oe Ninu (Kupang), Mario F. Lawi (Kupang), Christian Dicky Senda (Kupang), Jamil Massa (Gorontalo), Muhary Wahyu Nurba (Makassar) dan Mariati Atkah (Makassar). Kemudian di adakan pagelaran tari Pakarena yang diiringi lagu Anging Mammiri oleh peserta mancanegara seperti Jepang dan Australia serta pembaccan puisi oleh Khrisna Pabbicara (Penulis Buku Best Seller Sepatu Dahlan).

Dengan suksesnya diselenggarakan acara MIWF 2013 ini, diharapkan geliat sastra khususnya di Indonesia Timur dapat berkembang dari sastra lisan menjadi sastra tulis agar generasi muda Indonesia bisa mengembangkan minat baca dan mengenal budaya leluhurnya. Karena sastra menggambarkan kehidupan suatu masyarakat, dan melalui karya sastra pula identitas atau peradapan suatu bangsa dapat dikenali. Dengan membaca karya sastra pun kita diperkaya dengan wawasan, kosa kata, dan yang lebih penting adalah pola pikir. Mari kita budayakan membaca untuk menambah wawasan dan cakrawala berpikir kita.

*) Penulis adalah Penulis Cerita Anak, Horor/Mistis, Remaja dan Dewasa berdomisili di Kota Kupang, anggota FLP Ranting Unhas Sulsel dan Komunitas Sastra Dusun Flobamora Kupang


4 Orang Komunitas Sastra Dusun Flobamora Kupang. dari kiri ke kanan Mario F. Lawi, Muhammad Ridwan, Christian Dicky Senda dan Romo Amanche Frank Oe Ninu


Bersama Maman Suherman (Host Mata Hati Kompas TV)


Bersama Bernard Batubara penulis buku radio galau, kupu-kupu ketapang, milana dan Kata hati


Bersama Khrisna Pabbicara, Mochtar Pabottingi


Bersama Luka Lesson (Penyanyi Rap sekaligus sastrawan asal Australia)





1 komentar:

JAKET KULIT mengatakan...

ijin menyimak terimakasih dan salam kenal