Minggu, 09 Desember 2012

Cerita Rakyat NTT (LEGO-LEGO PUTRI LIMAU)


LEGO-LEGO PUTRI LIMAU

Di Tulis Ulang : La Dawan Piazza


Dahulu kala di kampung Ukaladur hiduplah seorang anak bernama Bayom, yang berarti Putra dari hutan. Ia tinggal bersama pamannya, penghuni rumah yang lain telah musnah dibinasakan oleh amukan Dewa Perang Oebufu. Suasana kampung itu sunyi senyap dan menyeramkan karena disana-sini dapat dijumpai tulang belulang manusia berserakan diantara reruntuhan bangunan. Bayom begitu akrab dengan lingkungan sekitarnya. Kampung Ukaladur terkening hening dan damai dan letaknya cukup jauh dari pasar, hal itu sangat menyulitkan dia jika ingin membeli kebutuhan hidup. Terutama untuk membeli pakaian dan jarum tangan untuk menjahit. Kesulitan seperti ini membuat pakaian mereka dibiarkan sobek-sobek.

Sebelum Ukaladur mengalami murka Dewa Perang Oebufu, ibu Bayom pernah meminjam sebatang jarum dari istri pamannya. Setiap hari pamannya selalu menanyakan jarum yang dipinjamkan oleh istrinya itu. Lama-kelamaan Bayom merasa tidak aman karena selalu didesak.

Suatu hari timbul keinginan Bayom untuk mengasingkan diri ke hutan sekaligus bertapa. Dalam pertapaan itu, ia memohon petunjuk dari Dewa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ia juga menyatakan kerinduan untuk bertemu dengan orang tuanya. Kerinduan terkabul saat menjalani semedi. Keteika sedang bersemedi, dalam mimpi itu Bayom bertemu dengan semua anggota keluarganya, termasuk ibu kandungnya. Mereka sangat prihatin terhadap nasib Bayom. Dalam mimpi itu, ia diberikan sebatang jarum tangan dan seekor kucing wasiat, dengan pesan :

“Hentikan pertapaanmu dan kembalilah ke rumahmu. Berikan makanan seadanya kepada kucing ini dan ikatlah kakinya di dalam rumah sampai pagi. Dan keesokan harinya engkau akan melihat sesuatu yang menekjubkan.”

Ibunya juga berpesan bahwa sebelum menggunakan jarum dan kucing harus dibuat syukuran, karena hal itu akan menjadi tanda permulaan hidup baru.

Pertemua itu sangat menyenangkan sehungga Bayom bangun kesiangan. Matahari sudah tinggi kira-kira setinggi pohon pisang. Ketika terbangun, ia melihat ada perubahan yang mendadak. Ia sungguh heran dan berkata, “Wah…wah…Bukan main..Bukan Main..,” kata-kata itu terucap tanpa sadar.

Pada saat itu juga rumahnya penuh dengan makanan seperti padi, jagung, kacang-kacangan dan tak ada lagi tempat kosong untuk menyimpannya, kecuali di tempat tidurnya. Berkat wasiat itu Bayom yang kurus kerempeng berubah menjadi seorang yang sehat dan gemuk serta sangat ceria.

Rupanya semua keajaiban yang terjadi di rumah Bayom diketahui oleh pamannya, sehingga datanglah sang paman ke rumah Bayom. Sang paman bermaksud untuk meminjam kucing wasiat itu. Karena Bayom berhati baik dan berbudi luhur ia melupakan penderitaan akibat ulah pamannya dan dengan senang hati Bayom meminjamkan kucing wasiat itu kepada pamannya. Petunjuk tentang kucing wasiat disampaikan Bayom kepada pamannya. Pamannya sangat gembira, apa yang telah disampaikan Bayom dilaksanakan dengan baik, dengan harapan agar kucing wasiat itu memberi mujizat di dalam rumahnya. Akan tetapi harapan pamannya sia-sia belaka. Semua barang dan perabotan milik pamannya seketika berubah menjadi kotoran kucing yang berserakan dalam rumah. Diambilnya parang dan kucing wasiat itu dibunuh lalau bangkainya dibuang ke dalam rumpun pisang.

Waktu terus bergulir, makanan di rumah Bayom mulai berkurang sedangkan kucing wasiat belum jga dikembalikan oleh pamannya. Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil kucing wasiatnya. Sebelum Bayom memasuki halaman rumah, ia diusir oleh pamannya dengan kata-kata yang menyakitkan. Bayom menjadi sangat sedih ketika mengetahui kucing wasiat telah mati dibunuh pamannya. Dalam pencarian bangkai kucing, ia hanya menemukan paha kucing yang sudah membusuk karena kucing itu sudah mati seminggu yang lalu. Sebagai penghibur hatinya, tulang paha kucing pun dibawa pulang ke rumahnya.

Suatu malam, Bayom meruncing tulang paha kucing tersebut menjadi mata panah yang dipasang pada bulu. Pada pagi harinya, Bayom pergi menyusuri pantai untuk mencari dan menangkap ikan dengan cara memanah. Rupanya tulang kucing wasiat juga berkhasiat, dimana sekali memanah ke laut anak panah kembali ke darat dengan membawa tidak kurang dari sepuluh ekor ikan besar. Hanya beberapa kali ia memanah, begitu banyak ikan yang diperoleh. Bayom kembali ke rumah dengan kelelahan karena terlalu banyak ikan yang dipikulnya.

Akhirnya pekerjaan menangkap ikan ditekuni Bayom sebagai mata pencaharian tetap, tidak heran jika rumanya penuh dengan ikan yang telah dikeringkan dan dapat ditukar dengan makanan atau dibagikan kepada orang lain.

Lama kelamaan kabar itu tersiar sampai ke telinga pamannya tentang keajaiban anak panah Bayom, maka terdorong pula hatinya untuk meminjam anak panah itu. Dengan senang hati Bayom meminjamkan kepada pamannya.

Pagi harinya pamannya pergi ke pantai untuk memanah ikan. Namun yang terjadi adalah setiap kali ia melepaskan panahke laut, anak panah kembali kosong dan menancap di tubuh pamannya. Hal itu terjadi berulang-ulang, sehingga hampir seluruh bagian tubuhnya berlumuran darah akibat ditusuk panah wasiat. Pamannya sangat marah dan melemparkan panah wasiat ke padang ilalang lalu kembali ke rumah dengan luka parah.

Setelah beberapa lama kemudia, persediaan ikan di rumah Bayom pun telah berkurang sehingga Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil panah wasiatnya. Seperti sebelumnya, kedatangan Bayom disambut dengan makian yang menyakitkan hati. Akan tetapi Bayom tetap tabah dan pikirannya hanya tertuju pada anak panah wasiat yang telah hilang, setelah mengetahui arah jatuhnya anak panah. Bayom kembali ke rumah mempersiapkan bekal untuk mencari anak panah tersebut. Dengan bersusah payah Bayom mencari anak panah wasiatnya itu, sepanjang hari ia berjalan kesana kemari dan akhirnya ia Bayom menemukan sebuah gubuk kecil di tengah padang yang di huni seorang nenek tua yang bernama Kmehbal yang artinya pengotor. Dengan langkah pasti Bayom menuju gubuk itu, ia sungguh terperanjat kala mendengar sang nenek bertanya,

“Nak, apa maksud kedatanganmu kemari?”
Bayom menceritakan ikhwal peristiwa itu dari awal yang menimpa dirinya. Nenek serius mendengar seraya menganggukan kepalanya. Sang nenek lalu mengatakan bahwa sebulan yang lalu ketika sedang menyapu halaman, melesat sebatang anak panah mengenai ujung kain sarungnya. Namun dari mana datangnya anak panah itu ia sendiri tidak tahu.

Malam pun tiba. Malam itu sangat indah. Langit ditaburi bintang sementara bulan purnama bagaikan menebarkan senyumyang memberikan pengharapan bagi Bayom. Maka dalam keindahan malam yang shadu itu Bayom berangan-angan dalam hatinya, kalau ia pulang tentu ia akan ditahan oleh nenek Kmehbal. Bayom terjaga dari lamunan ketika dipanggil untuk makan. Ia merasa kebingungan karena yang dihidangkan bukan makanan melainkan ingus bercampur ludah yang menjijikkan sehingga membuat Bayom bercakap-cakap dengan nenek Kmehbal sampai ia tertidur, sayup-sayup terdengar nyanyian bunyi nyanyian dari kejauhan.

Bertanyalah Bayom kepada nenek Kmehbal, lalu sang nenek menjelaskan bahwa nyanyia itu adalah Lego-Lego Putri Limau.

“Apakah engkau ingin kesana?” tanya nenek Kmehbal. Lalu ia mengeluarkan pakaian almarhum suaminya untuk dikenakan Bayom kemudian berpesan, “Di sana tidak ada laki-laki, semuanya putri. Putri Limau akan berubah menjadi buah Limau dan bergantung pada tempat masing-masing. Selanjutnya engkau akan berdiri seorang diri di lego-lego itu dan ingat, jangan sekali-kali memetik buah limau yang bergantung rendah. Tetapi panjatlah pohonnya dan petiklah buah Limau yang ada di puncak pohon meskipun pada batangnya terdapat ular, tabuhan, tokek serta binatang lain yang menakutkan.”

Setelah Bayom berada di tempat lego-lego ternyata perkataan nenek menjadi kenyataan, karena begitu banyak putri yang mengelilingi Bayom. Ini merupakan pengalaman Bayom yang pertama dalam hidup, dimana ia bisa bersenda gurau dengan banyak putri.

Purnama sang raja malam bersama laskarnya mulai perlahan menghilang, seolah akan diusir oleh serdadu raja Fajar (Siang) dengan sorak-sorai, gegap gempita. Pohon Limau yang semalam hanya berupa ranting dan batang kosong kini menjadi rimbun dengan buah yang banyak. Bayom begitu terpesona menyaksikan semuanya. Ia mengenang pesan nenek Kmehbal dan beranjak untuk memanjat pohon limau sampai ke puncak dan memetik buah limau sesuai dengan pesan nenek Kmehbal lalu kembali ke rumah.

Bayom kembali ke rumah nenek dengan melintasi sungai, sebelum menyeberang. Bayom mengambil limau dan meletakkan sesuai pesan nenek yaitu satu buah di hulu sungai dan satu buah lagi diletakkan di hilir sambil bernyanyi lagu muda-mudi. Sementara Bayom mandi di sungai buah limau tersebut berubah menjadi dua orang putrid. Bayom dipuja-puji dan mereka berusaha saling memiliki satu sama lain dengan sebutan kakanda dan adinda, lampu yang redup mulai bersinar sebagai tanda kebahagiaan menyongsong hari depan yang penuh ceria.

Mengetahui hal itu, pamannya juga ingin menikmati apa yang dimiliki oleh Bayom maka pergilah ia ke nenek Kmehbal, tetapi hidangan berupa ingus dan ludah tidak dimakan melainkan diberikan kepada anjing maka ia gagal memetik buah limau di puncak pohon karena takut akan tabuhan, ular, tokek dan binatang lain yang menakutkan. Sang paman hanya mengambil buah limau yang jatuh di bawah pohon maka hasil yang diperoleh dua buah limau itu adalah dua orang nenek yang sudah tua.

Atas kejadian di atas paman merasa tidak puas dan timbul niat jahat. Ia berusaha membunuh Bayom tetapi karena kebesaran Maha Dewa. Bayom kembali hidup sedangkan pamannya mati ditikam oleh kedua nenek, istri paman.

Akhirnya kedua nenek, isteri paman Bayom dijadikan penjaga ayam dan pembersih halaman rumah oleh Istri Bayom.

Sumber : Buku Kumpulan Cerita Rakyat NTT


Tidak ada komentar: