ku buka jendela saat pagi hujan tiba
kembali ku kenang masa yang tak ku lupa
ketika dulu begitu senang menyambut hujan
telanjang badan resapi dinginnya butiran
berlari tak peduli air menggenang di jalan
melenggang dengan riang di tengah - tengah kumpulan
bersama teman - teman di masa kanak - kanak
dengan becek kaki kotori dinding bapak galak
dengan hati keras ia marah membentang
namun tak peduli ledek jahil berteriak
ia pun datang mengejar tapi tak terkejar
nyaring terdengar bermacam umpatan kasar
kami tak indah kan langkah kami terusi
menuju lapangan dengan rumput tak terurusi
di mana kami bermain bola dengan senangnya
rasa indahku dulu saat hujan tiba
memori indah ku saat hujan datang (hujan yang datang)
meskipun tak terulang kan ku terus ku kenang (tetap terbayang)
giringan bola plastik ditendang bergiliran
kita bersama lanjutkan bermain di lapangan
antara rerumputan yang dipenuhi genangan
tetap tak halangi gesitnya semua berlarian
sesekali gemuruh petir datang menyambar
iringi lari kecil buat jantung sedikit berdebar
namun tak buat gentar kami pun terus melanjutkan
hilang derasnya hujan jangan sampai terlewatkan
berlari telanjang dada dan berteriak keras
cukup buat semua tenaga terus menerus terkuras
hingga tanpa sadar sore hari datang menjelang
derasnya berkurang tanda kami harus pulang
beriringan langkah gontai sambil menunduk lelah
menuju rumah khawatir ibu pasti akan marah
sambil pelan mengendap masuk lewat pintu belakang
oh hujan yang datang kau punya beribu kenang
memori indah ku saat hujan datang (hujan yang datang)
meskipun tak terulang kan ku terus ku kenang (tetap terbayang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar