MENGHALAU
GALAU LEWAT SOCIAL MEDIA
OPERATOR WARNET UNDER GALAU
Karya
: Mac Dhawank’s
Pertama
kali saya mengenal Facebook pada bulan Desember tahun 2008 setelah kembali dari
kerja di Jakarta. Rutinitas kerja di Jakarta yang ketat dan padat dengan
tingkat stress tinggi membuat saya tidak betah tinggal lama di Jakarta, apalagi
saudara yang saya tempati rumahnya di Bekasi sepertinya tidak menyetujui saya
mendaftar menjadi wartawan yang saat itu menjadi tujuan awal saya. Saudara saya
itu juga seperti merendahkan profesi penulis dan jurnalis, lebih-lebih saat
saya melamar menjadi Pramuniaga di Metro Bekasi atau Pramuniaga di KFC dan Mc
Donald’s.
Mereka
selalu berpandangan, kamu itu sarjana sedangkan wartawan dan pramuniaga itu
hanyalah tamatan SMA. Memangnya kenapa kalau saya sarjana, begitulah pikiran
dalam benak saya. Di Jakarta ini kerja apa saja aku tidak malu, kan tidak ada orang
yang mengenal saya. Apalagi peluang untuk menulis, menjual buku dan mengirim ke
Penerbit sangat besar karena kita bisa mendatangi langsung penerbitnya.
Tapi
niat untuk menjadi penulis saat itu selalu kandas di tengah jalan, jangankan
diijinkan ke warnet, memakai komputer di rumahnya saja buat mengetik selalu dilarang.
Saudara itu selalu menginginkan saya menjadi pegawai kantoran, pakai kemeja
terus berdasi dan pakai mobil pribadi. Hal itu bertentangan dengan karakter
saya yang fans berat SLANKERS dengan gaya slengean, tampil apa adanya tanpa
perlu aturan mesti memakai pakaian ini dan itu.
Saya
tambah stress sewaktu di kirim ke Proyek PLTU Labuhan Angin Sibolga, Sumatera
Utara sebagai Kepala Gudang pada bulan Maret Tahun 2008. Sebagai Kepala Gudang
saya setiap hari berinteraksi dengan buruh bongkar muat dan sering cekcok
pendapat denganku jika gaji mereka telat sehari saja kagak di bayar. Kadang
mereka ingin menggunakan kekerasan jika gajinya tidak dibayar tepat waktu.
Biaya bongkar muat satu mobil truknya bisa mencapai 1.500.000 untuk gaji SPSI
saja. Hal itu sangat berbeda saat saya berada di Gudang Cikande Serang Banten
yang gaji buruhnya hanya dibayar 300.000 saja.
Sekembali
dari Sibolga itulah yang membuat saya tambah stress karena sejak sampai di kampung
halaman sendiri, saya jadi pengangguran selama beberapa bulan. Belum lagi
mantan pacarku dulu kebelet pengen dilamar cepat-cepat dengan doe pannaik (Uang Mahar) yang minimal 50
juta. Dalam hati saya berpikir dari mana saya mau mengambil uang sebanyak itu
jika saya belum punya pekerjaan tetap.
Karena menurut tradisi orang Bugis, jika ada
lelaki melamar anak gadisnya mereka malu jika uang maharnya sedikit, misalnya 5
juta saja sebab orang-orang akan menggosipkan, kawin karena kecelakaan (Hamil
di luar nikah red). Makanya orang Bugis jaman dulu sangat pantangan menikahkan
putranya dengan gadis Jawa (Maaf, ini pandangan mayoritas orang di kampungku
termasuk keluarga saya). Karena mereka beranggapan bahwa gadis Jawa itu murahan
hanya gara-gara doe pannaiknya (uang
maharnya) yang murah meriah tidak seperti tradisi Bugis yang pesta
besar-besaran potong satu ekor sapi dan mengundang orang sebanyak-banyaknya.
Pendapat
masyarakat itulah yang sangat bertentangan dengan hati nurani saya. Termasuk
saat saya hendak melamar gadis pujaan hati, orang tuanya tetap ngotot minta
uang 50 juta padahal orang tua saya hanya sanggup 15 juta saja. Mantan pacar
saya juga sering beranggapan dia ingin dilamar seperti kakaknya dengan uang
mahar segitu, maklum yang melamar kakaknya itu orang kaya dan berprofesi
sebagai seorang dosen.
Mantan
saya juga itu tidak terima setelah dia tahu bahwa saya hanya kerja sebagai
Penjaga Warnet saat berada di Pinrang, kampung halaman saya. Sejak itulah saya
lebih aktif berkeluh kesah di Facebook setiap hari karena tidak orang yang saya
percaya lagi. Gaji sebagai penjaga warnet sih, nggak seberapa, tapi pengalaman
saya bertemu dengan beberapa anak SMA yang cantik-cantik dan masih hijau sempat
membuat saya melupakan sesaat mantan pacarku itu.
Hal
yang paling menyenangkan saat jaga warnet, jika saya membuatkan akun Facebook cewek
SMA dan meminta tolong saya mengedit foto-fotonya yang narsis abis untuk
menembak cowok idolanya di kelas. Ada juga yang pernah cemburu saat melihat
foto pacarnya dengan wanita lain, bahkan berakhir dengan kata putus. Saat
itulah cewek ABG itu minta tolong sama saya membuatkan akun palsu cowok dan
mengupload foto-foto cowok yang dia download dari teman Facebooknya. Lucunya,
si cewek tadi meminta saya mengganti status “bertunangan” dengan akun palsu tadi dengan akun facebooknya biar
cowok yang pernah menyakitinya tersebut jadi cemburu dan minta balikan lagi.
Jadi
penjaga warnet juga ada manfaatnya karena saya bisa jadi Mak Comblang sekaligus
mempromosikan bisnis chip, maklum waktu itu lagi maraknya orang bermain poker
di Facebook dan jual beli chip memakai uang beneran. Kalau Anda memiliki 1 juta
chip maka dihargai 100 ribu. Tapi karena saya tidak terlalu jago bermain poker
jadi penjualan chip saya kembang kempis kadang ada yang terjual dan kadang
tidak ada sama sekali. Perlu Anda ketahui bahwa ada temanku yang juga hobby
main poker bisa beli motor Kawasaki Ninja hanya dengan berjualan Chip Poker di
Internet, biasanya yang beli teman sendiri atau pemain poker lain. Bukan
transaksi online tapi transkasi dengan bertemu face to face.
Sebagai
penjaga warnet, ada juga hal-hal lucu yang saya alami saat ada pelanggan cewek
cantik usia SMA yang kepergok buka situs-situs porno. Dan yang melihat kejadian
itu anak kecil usia SD langgananku. Anak itu terus teriak-teriak membuat semua
pelanggan warnet mengetahui aktifitas cewek tersebut, sang cewek tersebut
sangat malu dan buru-buru keluar dari warnet setelah membayar. Setelah kejadian
itu mereka tidak lagi datang ke warnet saya karena malu kepergok buka situs
porno.
Saat
saya pertama kali mengenal Facebook penulis pertama yang saya kenal adalah Mbak
Ari Wulandari setelah membeli bukunya Jadi Penulis Fiksi? Gampang, kok! dan
Jadi Penulis Skenario? Gampang, kok!. Dan kedua buku tersebut adalah buku
pertama yang saya beli untuk belajar Dunia Kepenulisan. Karena keinginan saya
menjadi penulis semakin menggebu-gebu setelah melihat kesuksesan beberapa
penulis pemula yang karyanya berhasil difilmkan seperti Andrea Hirata dan
Raditya Dika yang waktu itu masih pemula. Setelah saya mengutak-atik daftar
teman Mbak Ari Wulandari, saya mengadd akun Jonru Ginting Dua sebuah nama yang
masih awam di mata saya tepatnya bulan Mei 2009.
Setelah
membaca statusnya ternyata dia adalah mentor penulisan online Belajar Menulis Gratis
bersama Writer Academy dan Penulis Lepas dot com. Awalnya saya sempat berpikiran
negatif dengan grup penulisan yang mas Jonru buat, karena saya takut akan hal-hal
yang berbau penipuan dalam memanfaatkan penulis pemula. Grup ini sempat saya
acuhkan beberapa bulan lamanya karena nggak meyakinkan hati nuraniku. Hingga tiba
saatnya saya menemukan sebuah banner buku-buku karya Mas Jonru “Menerbitkan
Buku Itu Gampang”. Dan saya ingin sekali membeli buku tersebut tapi selalu
tidak jadi karena kondisi keuanganku tidak selalu mencukupi akibat selalu saja
ada keperluan mendadak yang menguras isi dompet.
Baru
akhir tahun 2010 saya kembali membuka-buka Facebook dan grup penulisan mas
Jonru membuat saya semakin percaya diri dengan motivasi dalam setiap status-statusnya
di Facebook yang selalu memotivasi saya sebagai penulis pemula untuk tetap
produktif berkarya. Saat itulah saya aktif menulis cerpen tapi genre yang saya
pilih adalah naskah Cerita Rakyat Modern yang terinspirasi dengan Berita
Politik dan acara Infotainment. Apapun berita terbaru di TV, pasti saya buat
cerpennya. Namun kegigihan saya menulis Cerita Rakyat pernah redup saat naskah
saya ditolak oleh salah satu penerbit buku anak karena alasan klasik, tahun
2011 ini mereka tidak menerbitkan buku baru.
Hal
itu di tambah dengan penolakan mayoritas anggota keluargaku yang tidak mendukung
saya menjadi penulis dan hal-hal negatif selalu terlontar dalam setiap ucapan
mereka. Menurut pandangan mereka, penulis itu adalah orang pemalas karena
setiap hari kerjanya cuma ngetik dan tinggal di rumah saja. Hal ini yang sering
membuat saya naik pitam dan membangkang setiap omongan mereka. Keinginan untuk
membuktikan bahwa saya bisa menjadi penulis walaupun bukan penulis terkenal,
yang penting bisa menghasilkan buku semakin kuat setelah maraknya penerbitan
indie dengan Self Publishing.
Akhir
tahun 2011 lalu akhirnya saya membeli buku berjudul “Cara Dahsyat Menjadi
Penulis Hebat” setelah sekian lama saya ingin membelinya. Isinya sangat
memotivasi saya untuk terus berkarya dan berkarya walaupun selalu ditolak oleh
penerbit, kirim dan kirim terus sampai terbit. Begitulah harapan terbesarku
selama ini.
Sebagai
tahap awal saya dalam menulis adalah lebih memfokuskan dulu dengan naskah
cerita rakyat dan cerita anak karena genre inilah yang saya anggap paling mudah
kutulis dan juga paling dicari oleh penerbit buku anak. Manfaat lainnya untuk
melepaskan semua imajinasi saya yang terkungkung dalam kepala saya agar tidak
membebani hidup saya. Imajinasi itu saya tuangkan dalam bentuk karya, biar pikiran
jadi ploon dan keinginan kita bisa diketahui oleh orang lain.
Proses
kreatif saya dalam menulis adalah dengan menulis 5 jam sehari dengan target 10
halaman perhari, makanya saya mampu menyelesaikan 150 judul cerpen walaupun
masih sebagian saja yang berani saya terbitkan.
Jika
saya rajin mengupdate status galau di Facebook karena saya berteman dengan
kakak kandung mantan pacarku tersebut untuk menyampaikan idealisme saja. Serta membuat keluarga saya mengetahui apa yang tidak
kusukai dan apa yang menjadi keinginan saya selama ini, biar semua mengetahui
bahwa tekad saya sudah bulat untuk menjadi penulis dan penjual buku.
Jadi
warnet tempat saya bekerja dulu telah membuat jiwa bisnis saya menggebu hingga
akhirnya saya merantau lagi ke Kota Kupang NTT untuk berjualan buku meskipun
minat baca orang di sini masih rendah tapi saya ingin jual buku terbatas saja
di samping menjual baju, pulsa, barang sembako, bisnis kuliner dll. Apalagi
setelah saya melakukan survey di Perpustakaan Daerah Kupang ternyata lebih
ramai di kunjungi dibandingkan dengan Perpustakaan Daerah di Pinrang yang
kadang hanya diisi oleh beberapa orang anak saja. Itupun kebanyakan anak SD,
dan jarang saya lihat ada anak SMA masuk ke Perpustakaan Daerah di kota saya.
Obsesi
tersembunyi saya jika saya mampu menerbitkan buku di Penerbit Nasional kelak
akan saya bentuk sebuah Komunitas Penulis NTT untuk memotivasi para pelajar
Kota Kupang agar bisa berkarya menjadi Penulis seperti saya. Tapi niat itu
belum bisa terwujud jika saya belum bisa menjual buku saya di sini dan karya
saya harus dikenal dulu oleh masyarakat Kota Kupang sebagai penulis buku asal
NTT. Makanya saya berniat membuat karya yang bertema lokal NTT untuk menarik
perhatian pembaca Kota Kupang dan sekitarnya, apalagi jika karangan saya berupa
naskah Cerita Rakyat Modern bisa dilirik oleh Dinas Pendidikan Nasional sebagai
buku wajib di sekolah-sekolah.
Jadi
Facebook dan Twitter bisa bermanfaat bagi penggunanya jika Anda berteman dengan
orang-orang yang punya motivasi dan minat yang sama yaitu menjadi Penulis.
Kalau Anda seorang pebisnis juga media sosial dapat menjadi wadah buat
mempromosikan produk Anda tanpa menganggu pengguna lainnya. Jadi intinya
setelah saya aktif menggunakan media sosial untuk memposting kegalauan saya
membuat hati dan pikiranku menjadi tenang agar tidak membuat hidupku terbebani
problem masa lalu. Jika mereka bisa menjadi penulis, kenapa aku tidak bisa. Itulah
motto dalam hidupku yang tertanam dalam lubuk hati yang paling dalam.
Kupang, NTT 27
Mei 2012
Mac Dhawank’s
TENTANG
PENULIS
Mac Dhawank’s adalah nama
pena dari Muhammad Ridwan yang lahir di Pinrang, 21 Agustus 1980 yang sejak
kecil akrab dipanggil dengan nama La Dawang. Nama Mac Dhawank’s bukan berasal dari bahasa Amerika, loh!
Apalagi nama saingan restoran cepat saji Mc Donald’s, karena ini nama wong
ndeso yang diambil dari nama panggilan sejak kecil La Dawang yang sesuai dengan
dialek Bahasa Bugis.
Sejak SMP lulusan STMIK
Dipanegara Makassar Angkatan tahun 2000 ini, memang senang menulis, menggambar
karikatur dan korespondensi lewat surat menyurat. Dan saat SMU pernah menjadi
pengurus Majalah Dinding Latinulu di SMU Negeri 1 Pinrang dengan membuat
beberapa gambar karikatur, puisi dan pantun dan sebagai tim dekorasi disetiap
acara yang diselenggarakan sekolah termasuk merancang gambar taman bunga SMU
Negeri 1 Pinrang tahun 1997.
Penulis yang sangat
terobsesi menjadi penulis skenario film yang diangkat dari cerita beberapa
karya cerpen, dongeng dan Novel
Selain pencinta
dongeng, karikatur dan komik penulis yang doyan nongkrong lama-lama di depan
komputer buat browsing internet dan main game ini, penulis juga sedang berusaha
menulis Novel Romance buat remaja, buku-buku tentang politik luar negeri, buku
wisata kuliner dan lokasi objek wisata
serta buku sejarah perjuangan bangsa.
Penulis saat ini
berdomisili di Kota Kupang NTT dan bagi yang ingin mengirim saran dan kritikan
tentang buku ini, silahkan kirim email ke alamat penulis, asal jangan kirim
buku beserta kabel-kabelnya ya, alias Bom Buku boooo….!! He..he..he..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar