LEGO-LEGO
PUTRI LIMAU
Di Tulis Ulang : La Dawan Piazza
Dahulu kala di kampung Ukaladur hiduplah
seorang anak bernama Bayom, yang berarti Putra dari hutan. Ia tinggal bersama
pamannya, penghuni rumah yang lain telah musnah dibinasakan oleh amukan Dewa
Perang Oebufu. Suasana kampung itu sunyi senyap dan menyeramkan karena
disana-sini dapat dijumpai tulang belulang manusia berserakan diantara
reruntuhan bangunan. Bayom begitu akrab dengan lingkungan sekitarnya. Kampung
Ukaladur terkening hening dan damai dan letaknya cukup jauh dari pasar, hal itu
sangat menyulitkan dia jika ingin membeli kebutuhan hidup. Terutama untuk
membeli pakaian dan jarum tangan untuk menjahit. Kesulitan seperti ini membuat
pakaian mereka dibiarkan sobek-sobek.
Sebelum Ukaladur mengalami murka Dewa Perang
Oebufu, ibu Bayom pernah meminjam sebatang jarum dari istri pamannya. Setiap
hari pamannya selalu menanyakan jarum yang dipinjamkan oleh istrinya itu.
Lama-kelamaan Bayom merasa tidak aman karena selalu didesak.
Suatu hari timbul keinginan Bayom untuk
mengasingkan diri ke hutan sekaligus bertapa. Dalam pertapaan itu, ia memohon
petunjuk dari Dewa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ia juga menyatakan
kerinduan untuk bertemu dengan orang tuanya. Kerinduan terkabul saat menjalani
semedi. Keteika sedang bersemedi, dalam mimpi itu Bayom bertemu dengan semua
anggota keluarganya, termasuk ibu kandungnya. Mereka sangat prihatin terhadap
nasib Bayom. Dalam mimpi itu, ia diberikan sebatang jarum tangan dan seekor
kucing wasiat, dengan pesan :
“Hentikan pertapaanmu dan kembalilah ke
rumahmu. Berikan makanan seadanya kepada kucing ini dan ikatlah kakinya di
dalam rumah sampai pagi. Dan keesokan harinya engkau akan melihat sesuatu yang
menekjubkan.”
Ibunya juga berpesan bahwa sebelum
menggunakan jarum dan kucing harus dibuat syukuran, karena hal itu akan menjadi
tanda permulaan hidup baru.
Pertemua itu sangat menyenangkan sehungga
Bayom bangun kesiangan. Matahari sudah tinggi kira-kira setinggi pohon pisang.
Ketika terbangun, ia melihat ada perubahan yang mendadak. Ia sungguh heran dan
berkata, “Wah…wah…Bukan main..Bukan Main..,” kata-kata itu terucap tanpa sadar.
Pada saat itu juga rumahnya penuh dengan
makanan seperti padi, jagung, kacang-kacangan dan tak ada lagi tempat kosong
untuk menyimpannya, kecuali di tempat tidurnya. Berkat wasiat itu Bayom yang
kurus kerempeng berubah menjadi seorang yang sehat dan gemuk serta sangat
ceria.
Rupanya semua keajaiban yang terjadi di rumah
Bayom diketahui oleh pamannya, sehingga datanglah sang paman ke rumah Bayom.
Sang paman bermaksud untuk meminjam kucing wasiat itu. Karena Bayom berhati
baik dan berbudi luhur ia melupakan penderitaan akibat ulah pamannya dan dengan
senang hati Bayom meminjamkan kucing wasiat itu kepada pamannya. Petunjuk
tentang kucing wasiat disampaikan Bayom kepada pamannya. Pamannya sangat
gembira, apa yang telah disampaikan Bayom dilaksanakan dengan baik, dengan
harapan agar kucing wasiat itu memberi mujizat di dalam rumahnya. Akan tetapi
harapan pamannya sia-sia belaka. Semua barang dan perabotan milik pamannya
seketika berubah menjadi kotoran kucing yang berserakan dalam rumah. Diambilnya
parang dan kucing wasiat itu dibunuh lalau bangkainya dibuang ke dalam rumpun
pisang.
Waktu terus bergulir, makanan di rumah Bayom
mulai berkurang sedangkan kucing wasiat belum jga dikembalikan oleh pamannya.
Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil kucing wasiatnya. Sebelum
Bayom memasuki halaman rumah, ia diusir oleh pamannya dengan kata-kata yang
menyakitkan. Bayom menjadi sangat sedih ketika mengetahui kucing wasiat telah
mati dibunuh pamannya. Dalam pencarian bangkai kucing, ia hanya menemukan paha
kucing yang sudah membusuk karena kucing itu sudah mati seminggu yang lalu.
Sebagai penghibur hatinya, tulang paha kucing pun dibawa pulang ke rumahnya.
Suatu malam, Bayom meruncing tulang paha
kucing tersebut menjadi mata panah yang dipasang pada bulu. Pada pagi harinya,
Bayom pergi menyusuri pantai untuk mencari dan menangkap ikan dengan cara
memanah. Rupanya tulang kucing wasiat juga berkhasiat, dimana sekali memanah ke
laut anak panah kembali ke darat dengan membawa tidak kurang dari sepuluh ekor
ikan besar. Hanya beberapa kali ia memanah, begitu banyak ikan yang diperoleh.
Bayom kembali ke rumah dengan kelelahan karena terlalu banyak ikan yang
dipikulnya.
Akhirnya pekerjaan menangkap ikan ditekuni
Bayom sebagai mata pencaharian tetap, tidak heran jika rumanya penuh dengan
ikan yang telah dikeringkan dan dapat ditukar dengan makanan atau dibagikan
kepada orang lain.
Lama kelamaan kabar itu tersiar sampai ke
telinga pamannya tentang keajaiban anak panah Bayom, maka terdorong pula
hatinya untuk meminjam anak panah itu. Dengan senang hati Bayom meminjamkan
kepada pamannya.
Pagi harinya pamannya pergi ke pantai untuk memanah
ikan. Namun yang terjadi adalah setiap kali ia melepaskan panahke laut, anak
panah kembali kosong dan menancap di tubuh pamannya. Hal itu terjadi
berulang-ulang, sehingga hampir seluruh bagian tubuhnya berlumuran darah akibat
ditusuk panah wasiat. Pamannya sangat marah dan melemparkan panah wasiat ke
padang ilalang lalu kembali ke rumah dengan luka parah.
Setelah beberapa lama kemudia, persediaan
ikan di rumah Bayom pun telah berkurang sehingga Bayom pun pergi ke rumah
pamannya untuk mengambil panah wasiatnya. Seperti sebelumnya, kedatangan Bayom
disambut dengan makian yang menyakitkan hati. Akan tetapi Bayom tetap tabah dan
pikirannya hanya tertuju pada anak panah wasiat yang telah hilang, setelah
mengetahui arah jatuhnya anak panah. Bayom kembali ke rumah mempersiapkan bekal
untuk mencari anak panah tersebut. Dengan bersusah payah Bayom mencari anak
panah wasiatnya itu, sepanjang hari ia berjalan kesana kemari dan akhirnya ia
Bayom menemukan sebuah gubuk kecil di tengah padang yang di huni seorang nenek
tua yang bernama Kmehbal yang artinya pengotor. Dengan langkah pasti Bayom
menuju gubuk itu, ia sungguh terperanjat kala mendengar sang nenek bertanya,
“Nak, apa maksud kedatanganmu kemari?”
Bayom menceritakan ikhwal peristiwa itu dari
awal yang menimpa dirinya. Nenek serius mendengar seraya menganggukan
kepalanya. Sang nenek lalu mengatakan bahwa sebulan yang lalu ketika sedang
menyapu halaman, melesat sebatang anak panah mengenai ujung kain sarungnya.
Namun dari mana datangnya anak panah itu ia sendiri tidak tahu.
Malam pun tiba. Malam itu sangat indah.
Langit ditaburi bintang sementara bulan purnama bagaikan menebarkan senyumyang
memberikan pengharapan bagi Bayom. Maka dalam keindahan malam yang shadu itu
Bayom berangan-angan dalam hatinya, kalau ia pulang tentu ia akan ditahan oleh
nenek Kmehbal. Bayom terjaga dari lamunan ketika dipanggil untuk makan. Ia
merasa kebingungan karena yang dihidangkan bukan makanan melainkan ingus
bercampur ludah yang menjijikkan sehingga membuat Bayom bercakap-cakap dengan
nenek Kmehbal sampai ia tertidur, sayup-sayup terdengar nyanyian bunyi nyanyian
dari kejauhan.
Bertanyalah Bayom kepada nenek Kmehbal, lalu
sang nenek menjelaskan bahwa nyanyia itu adalah Lego-Lego Putri Limau.
“Apakah engkau ingin kesana?” tanya nenek
Kmehbal. Lalu ia mengeluarkan pakaian almarhum suaminya untuk dikenakan Bayom
kemudian berpesan, “Di sana tidak ada laki-laki, semuanya putri. Putri Limau
akan berubah menjadi buah Limau dan bergantung pada tempat masing-masing.
Selanjutnya engkau akan berdiri seorang diri di lego-lego itu dan ingat, jangan
sekali-kali memetik buah limau yang bergantung rendah. Tetapi panjatlah
pohonnya dan petiklah buah Limau yang ada di puncak pohon meskipun pada
batangnya terdapat ular, tabuhan, tokek serta binatang lain yang menakutkan.”
Setelah Bayom berada di tempat lego-lego
ternyata perkataan nenek menjadi kenyataan, karena begitu banyak putri yang
mengelilingi Bayom. Ini merupakan pengalaman Bayom yang pertama dalam hidup,
dimana ia bisa bersenda gurau dengan banyak putri.
Purnama sang raja malam bersama laskarnya
mulai perlahan menghilang, seolah akan diusir oleh serdadu raja Fajar (Siang)
dengan sorak-sorai, gegap gempita. Pohon Limau yang semalam hanya berupa
ranting dan batang kosong kini menjadi rimbun dengan buah yang banyak. Bayom
begitu terpesona menyaksikan semuanya. Ia mengenang pesan nenek Kmehbal dan
beranjak untuk memanjat pohon limau sampai ke puncak dan memetik buah limau
sesuai dengan pesan nenek Kmehbal lalu kembali ke rumah.
Bayom kembali ke rumah nenek dengan melintasi
sungai, sebelum menyeberang. Bayom mengambil limau dan meletakkan sesuai pesan
nenek yaitu satu buah di hulu sungai dan satu buah lagi diletakkan di hilir
sambil bernyanyi lagu muda-mudi. Sementara Bayom mandi di sungai buah limau tersebut
berubah menjadi dua orang putrid. Bayom dipuja-puji dan mereka berusaha saling
memiliki satu sama lain dengan sebutan kakanda dan adinda, lampu yang redup
mulai bersinar sebagai tanda kebahagiaan menyongsong hari depan yang penuh
ceria.
Mengetahui hal itu, pamannya juga ingin
menikmati apa yang dimiliki oleh Bayom maka pergilah ia ke nenek Kmehbal,
tetapi hidangan berupa ingus dan ludah tidak dimakan melainkan diberikan kepada
anjing maka ia gagal memetik buah limau di puncak pohon karena takut akan
tabuhan, ular, tokek dan binatang lain yang menakutkan. Sang paman hanya
mengambil buah limau yang jatuh di bawah pohon maka hasil yang diperoleh dua
buah limau itu adalah dua orang nenek yang sudah tua.
Atas kejadian di atas paman merasa tidak puas
dan timbul niat jahat. Ia berusaha membunuh Bayom tetapi karena kebesaran Maha
Dewa. Bayom kembali hidup sedangkan pamannya mati ditikam oleh kedua nenek,
istri paman.
Akhirnya kedua nenek, isteri paman Bayom
dijadikan penjaga ayam dan pembersih halaman rumah oleh Istri Bayom.
Sumber : Buku Kumpulan Cerita Rakyat NTT