Ming Ming Sari Nuryanti
Demi Bayar Kuliah
Gadis Berjilbab Rela Jadi Pemulung
Dulu
saya berangkat ke kampus dari rumah di Rumpin, Bogor,” kata mahasiswi
Universitas Pamulang Jurusan Akuntansi. Dalam jarak tak kurang 10 km yang
menghabiskan waktu hingga 3 jam itulah ia kerap sambil bekerja, memulung bekas
gelas atau botol air mineral maupun kemasan bekas susu formula. Pekerjaan yang
dilakoninya sejak tahun 2004, saat ia duduk di bangku kelas satu SMA Negeri 1
Rumpin, Bogor.
Dua
bulan belakangan gadis yang bernama Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab
dipanggil Muna ini tinggal bersama teman-teman kampusnya di sekretariat UKM
Muslim yang terletak di belakang kawasan kampus Umpam. Orang tua, terutama
ayahnya, Syaepuddin (45) akhirnya mengijinkan Muna tinggal bersama teman-teman
karena efektivitas waktu.
Sampai
saat ini, aktivitas memulung Muna memang masih berjalan meski tidak seaktif
biasanya karena ia harus kuliah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Semenjak
tinggal di UKM Muslim beberapa temannya bahkan membantu dengan mengumpulkan
gelas dan botol bekas air mineral selepas ada kegiatan kampus.
Sebelumnya,
Muna telah menjalani aktivitas memulung sejak kelas satu SMA, tahun 2004.
Ayahnya bekerja di tempat bowling di kawasan Ancol sebagai pemungut bola dan membawa
perlengkapan pengunjung.
Lepas
SMP, Muna sadar bahwa keluarganya sedang dalam taraf “paceklik”, pengunjung
bowling sepi hingga penghasilan sang Ayah menipis. Saat itulah, salah seorang
teman ayahnya mengatakan bahwa gelas dan botol air mineral bekas dapat
menghasilkan uang.
Maka
mulailah Muna sekeluarga memulung untuk kemudian dijual ke pengepul.
“Awalnya
minder pas pertama kali mau terjun buat mulung, shock gitu lah. Seiring dengan
perjalanan waktu akhirnya ada kesadaran bahwa islam tidak mengajarkan kita
untuk minder dan menangisi nasib, kita harus sabar dan tawadhu, dijalani dengan
senang hati semangat semuanya dilakukan dengan niat karena Allah,” kata gadis
yang sudah aktif di Rohis sejak SMA ini.
Bukan
hal yang mudah bagi anak SMA untuk menjalani profesi sebagai pemulung. Di saat
ABG lain sedang berlomba menampilkan sisi lain menarik dari diri mereka.
“Pernah ketemu teman satu sekolah pas lagi mulung. Tadinya saya mau menyapa
duluan tapi dia langsung kabur, mungkin shock melihat temannya dalam kondisi
ini. Mungkin dia belum pernah ketemu sama temannya yang dalam keadaan
memulung,” kata Muna yang selalu berusaha untuk berbaik sangka pada orang lain.
Lambat
laun, guru-guru di sekolah pun tahu kondisi Muna karena ia sering telat bayar
uang sekolah. “Sering dapat kebijakan dari sekolah karena saya bilang kalau
saya dapat uang itu ya terbatas, paling 3 bulan sekali karena dapat uang itu
dari memulung,” ungkap sulung dari tujuh bersaudara.
Meski
dalam keterbatasan, bukan alasan bagi Muna dan juga keluarganya untuk
mengorbankan pendidikan. Terbukti, ia dan adik-adiknya tak ada yang tidak
bersekolah. Adik-adiknya, Lisa Sab Nuryanti saat ini sedang menunggu pengumuman
hasil tes masuk masuk di UIN.
Melati
Sab Putri saat ini duduk di kelas 2 SMAN 1 Rumpin, Kenny Puja Nurwati kelas 1
SMP Informatika, Rohani Nurfitri kelas 6 SDN Kertajaya VI, Romadhon Syawaluddin
kelas 5 SDN kertajaya VI, dan Mia Syaprianti kelas 2 SDN.
Diliput
Media
Bukan
hal yang mudah pula bagi Muna menyicip bangku kuliah. Lulus SMA, sambil
menunggu waktu masuk perguruan tinggi, ia sempat bekerja di Temprint di kawasan
Palmerah selama dua bulan. Saat memilih universitas, diantara sekian banyak
pilihan, ia memilh Umpam dengan pertimbangan biaya sebasar Rp. 900.000 dan
dapat dicicil perbulan Rp. 150.000.
Padahal
jarak yang harus ia tempuh bukan jarak yang dekat. Sebelum tinggal di UKM
Muslim, ia malah terbiasa berjalan kaki atau menumpang truk untuk pulang dari
Pamulang ke Bogor. “Dulu makan juga cuma sekali, di rumah aja, tapi porsinya
jadi dobel,” kenangnya, tertawa. Saat ini, ia boleh sedikit berlega hati karena
bias memasak dan tinggal dekat dengan kampus. “Tiap minggu saya pulang ke
Rumpin” katanya.
Di
sela-sela kesibukannya kuliah, Muna masih sempat mengumpulkan gelas dan botol
aqua bekas hingga kini. “Alhamdulillah saya nggak merasa bosan dengan pekerjaan
ini,” kata gadis kelahiran 28 April 1990 ini.
Meski
begitu, ia tak menampik jika lahan sekarang semakin sempit akibat jumlah
pemulung yang bertambah dan ruang geraknya yang berkurang. Saat ini untuk
mengumpulkan satu karung botol dan gelas air mineral bekas ia memerlukan waktu
berhari-hari, padahal perkilogram botol mineral bekas hanya seharga Rp. 5000
dan gelas air mineral Rp. 10.000.
Tidak
sedikit yang mencibir atas profesi yang dilakoni gadis yang mengidolahkan
Rasulullah ini. Bahkan komentar bernada negative kerap didapatnya dari tetangga
di Rumpin, tak jarang ia menjumpai raut muka tak bersahabat dari orang-orang
yang dikenalnya.
Meski
begitu, Muna mengaku tak pernah drop semangat dengan semuanya itu.
“Alhamdulillah nggak sempet drop semangat karena pendapat-pendapat yang nggak
enak. Karena kan kalau yang namanya komentar negative begitu lebih baik tidak
dipedulikan. Kan yang memberi rezki itu Allah, bukan mereka,” tukas Muna
ringan.
Keprihatinan
yang dialami keluarga Muna baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke
rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus UKM Muslim
dan kawan-kawannya dengan memberinya bantuan yang memang jumlahnya belum cukup
signifikan.
Ust.
Harist, salah seorang Pembina Muslim merekomendasikan Muna untuk mendapat
bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi
akhirnya Muna lolos menjadi anggota program Bea Mahakarya DPU DT.
Dalam
program Bea Mahakarya ini selain mendapat bantuan finansial ia juga memperoleh
serangkaian pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi dirinya
kedepan. Muna terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya.
Selain
itu pula atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dapat diliput dibeberapa
media cetak dan elektronik yang mudah-mudahan dapat dijadikan pintu keluar bagi
keprihatinan yang ia alami sekeluarga selama ini.
Cita-citanya
adalah menjadi seorang pendakwah yang sekaligus akuntan, ini sesuai dengan
hobinya yang senang menasehati dalam beberapa kebenaran (watawassaubilhaq). Apa
targetnya dalam waktu dekat? “Menikah sebeluum S1,” tutupnya mantap. Semoga
bermanfaat dan mebuat kita berfikir lebih sebagai inspirasi kita.
Sumber : Tabloid FENOMENAL
Edisi 61 (21-27 Oktober 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar