Sabtu, 27 Oktober 2012

Gadis Berjilbab Rela Jadi Pemulung



Ming Ming Sari Nuryanti
Demi Bayar Kuliah
Gadis Berjilbab Rela Jadi Pemulung

Dulu saya berangkat ke kampus dari rumah di Rumpin, Bogor,” kata mahasiswi Universitas Pamulang Jurusan Akuntansi. Dalam jarak tak kurang 10 km yang menghabiskan waktu hingga 3 jam itulah ia kerap sambil bekerja, memulung bekas gelas atau botol air mineral maupun kemasan bekas susu formula. Pekerjaan yang dilakoninya sejak tahun 2004, saat ia duduk di bangku kelas satu SMA Negeri 1 Rumpin, Bogor.

Dua bulan belakangan gadis yang bernama Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna ini tinggal bersama teman-teman kampusnya di sekretariat UKM Muslim yang terletak di belakang kawasan kampus Umpam. Orang tua, terutama ayahnya, Syaepuddin (45) akhirnya mengijinkan Muna tinggal bersama teman-teman karena efektivitas waktu.

Sampai saat ini, aktivitas memulung Muna memang masih berjalan meski tidak seaktif biasanya karena ia harus kuliah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Semenjak tinggal di UKM Muslim beberapa temannya bahkan membantu dengan mengumpulkan gelas dan botol bekas air mineral selepas ada kegiatan kampus.




Sebelumnya, Muna telah menjalani aktivitas memulung sejak kelas satu SMA, tahun 2004. Ayahnya bekerja di tempat bowling di kawasan Ancol sebagai pemungut bola dan membawa perlengkapan pengunjung.

Lepas SMP, Muna sadar bahwa keluarganya sedang dalam taraf “paceklik”, pengunjung bowling sepi hingga penghasilan sang Ayah menipis. Saat itulah, salah seorang teman ayahnya mengatakan bahwa gelas dan botol air mineral bekas dapat menghasilkan uang.

Maka mulailah Muna sekeluarga memulung untuk kemudian dijual ke pengepul.

“Awalnya minder pas pertama kali mau terjun buat mulung, shock gitu lah. Seiring dengan perjalanan waktu akhirnya ada kesadaran bahwa islam tidak mengajarkan kita untuk minder dan menangisi nasib, kita harus sabar dan tawadhu, dijalani dengan senang hati semangat semuanya dilakukan dengan niat karena Allah,” kata gadis yang sudah aktif di Rohis sejak SMA ini.

Bukan hal yang mudah bagi anak SMA untuk menjalani profesi sebagai pemulung. Di saat ABG lain sedang berlomba menampilkan sisi lain menarik dari diri mereka. “Pernah ketemu teman satu sekolah pas lagi mulung. Tadinya saya mau menyapa duluan tapi dia langsung kabur, mungkin shock melihat temannya dalam kondisi ini. Mungkin dia belum pernah ketemu sama temannya yang dalam keadaan memulung,” kata Muna yang selalu berusaha untuk berbaik sangka pada orang lain.

Lambat laun, guru-guru di sekolah pun tahu kondisi Muna karena ia sering telat bayar uang sekolah. “Sering dapat kebijakan dari sekolah karena saya bilang kalau saya dapat uang itu ya terbatas, paling 3 bulan sekali karena dapat uang itu dari memulung,” ungkap sulung dari tujuh bersaudara.

Meski dalam keterbatasan, bukan alasan bagi Muna dan juga keluarganya untuk mengorbankan pendidikan. Terbukti, ia dan adik-adiknya tak ada yang tidak bersekolah. Adik-adiknya, Lisa Sab Nuryanti saat ini sedang menunggu pengumuman hasil tes masuk masuk di UIN.

Melati Sab Putri saat ini duduk di kelas 2 SMAN 1 Rumpin, Kenny Puja Nurwati kelas 1 SMP Informatika, Rohani Nurfitri kelas 6 SDN Kertajaya VI, Romadhon Syawaluddin kelas 5 SDN kertajaya VI, dan Mia Syaprianti kelas 2 SDN.

Diliput Media

Bukan hal yang mudah pula bagi Muna menyicip bangku kuliah. Lulus SMA, sambil menunggu waktu masuk perguruan tinggi, ia sempat bekerja di Temprint di kawasan Palmerah selama dua bulan. Saat memilih universitas, diantara sekian banyak pilihan, ia memilh Umpam dengan pertimbangan biaya sebasar Rp. 900.000 dan dapat dicicil perbulan Rp. 150.000.
Padahal jarak yang harus ia tempuh bukan jarak yang dekat. Sebelum tinggal di UKM Muslim, ia malah terbiasa berjalan kaki atau menumpang truk untuk pulang dari Pamulang ke Bogor. “Dulu makan juga cuma sekali, di rumah aja, tapi porsinya jadi dobel,” kenangnya, tertawa. Saat ini, ia boleh sedikit berlega hati karena bias memasak dan tinggal dekat dengan kampus. “Tiap minggu saya pulang ke Rumpin” katanya.

Di sela-sela kesibukannya kuliah, Muna masih sempat mengumpulkan gelas dan botol aqua bekas hingga kini. “Alhamdulillah saya nggak merasa bosan dengan pekerjaan ini,” kata gadis kelahiran 28 April 1990 ini.

Meski begitu, ia tak menampik jika lahan sekarang semakin sempit akibat jumlah pemulung yang bertambah dan ruang geraknya yang berkurang. Saat ini untuk mengumpulkan satu karung botol dan gelas air mineral bekas ia memerlukan waktu berhari-hari, padahal perkilogram botol mineral bekas hanya seharga Rp. 5000 dan gelas air mineral Rp. 10.000.

Tidak sedikit yang mencibir atas profesi yang dilakoni gadis yang mengidolahkan Rasulullah ini. Bahkan komentar bernada negative kerap didapatnya dari tetangga di Rumpin, tak jarang ia menjumpai raut muka tak bersahabat dari orang-orang yang dikenalnya.

Meski begitu, Muna mengaku tak pernah drop semangat dengan semuanya itu. “Alhamdulillah nggak sempet drop semangat karena pendapat-pendapat yang nggak enak. Karena kan kalau yang namanya komentar negative begitu lebih baik tidak dipedulikan. Kan yang memberi rezki itu Allah, bukan mereka,” tukas Muna ringan.

Keprihatinan yang dialami keluarga Muna baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus UKM Muslim dan kawan-kawannya dengan memberinya bantuan yang memang jumlahnya belum cukup signifikan.
Ust. Harist, salah seorang Pembina Muslim merekomendasikan Muna untuk mendapat bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi akhirnya Muna lolos menjadi anggota program Bea Mahakarya DPU DT.

Dalam program Bea Mahakarya ini selain mendapat bantuan finansial ia juga memperoleh serangkaian pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi dirinya kedepan. Muna terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya.

Selain itu pula atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dapat diliput dibeberapa media cetak dan elektronik yang mudah-mudahan dapat dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yang ia alami sekeluarga selama ini.
Cita-citanya adalah menjadi seorang pendakwah yang sekaligus akuntan, ini sesuai dengan hobinya yang senang menasehati dalam beberapa kebenaran (watawassaubilhaq). Apa targetnya dalam waktu dekat? “Menikah sebeluum S1,” tutupnya mantap. Semoga bermanfaat dan mebuat kita berfikir lebih sebagai inspirasi kita.

Sumber : Tabloid FENOMENAL Edisi 61 (21-27 Oktober 2012)

Tidak ada komentar: