Suamiku Dihantui Arwah Lelaki Bawah
Kolong Rumah Bangkit
Oleh Jemy Haryanto
Sebut saja namauku Rumi. Saat ini aku
tinggal bersama suamiku, Irfan. Namun meski sudah menikah selama dua tahun,
kami belum dikarunia anak seorang pun. Aku tidak tahu apakah aku atau mas Irfan
yang tidak bisa memberikan anak. Mengingat kami tak pernah mengkonsultasikan
hal tersebut pada dokter.
Meski demikian, selama itu rumah
tangga kami baik-baik saja. Dalam arti bukan tidak pernah bertengkar, sering,
namun tidak sampai salah satu dari kami mengucap kata cerai. Dan itu hal lumrah
dalam rumah tangga. Mas Irfan juga bukanlah orang kaya. Dia hanya bekerja
sebagai buruh di sebuah pabrik perkayuan di tempat tinggalku. Karena itu selama
dua tahun kami masih hidup menumpang pada mertua, yang tak lain adalah orang
tuaku.
Tibalah pada suatu hari, dimana mas
Irfan memanggilku untuk mengajakku diskusi usai makan malam. “Ada apa mas?”
tanyaku sembari duduk di samping mas Irfan yang sudah terlebih dulu duduk di
atas tempat tidur malam itu.
Mas Irfan tersenyum. Kemudian tanpa
kusadari, dia mengambil tanganku dan menggengamnya dengan erat. “Aku berencana
membeli tanah dan ingin membangu rumah Rum. Mengingat sudah lama kita tinggal
di sini. Dan aku merasa beban,” ucap mas Irfan padaku. Aku terdiam sesaat,
sambil menggengam erat tangan suamiku.
“Tapi… apa mas sudah punya uang?
Mengingat harga tanah tidak murah seperti kita bayangkan. Belum lagi material
untuk membangun rumah,” sambilku tatap wajah mas Irfan. Mas Irfan menarik nafas
panjang. Sesekali dia menundukkan wajahnya yang oval itu.
“Tidak sekarang Rum. Tapi nanti. Tugas
kita sekarang adalah hidup berhemat. Karena kita akan mulai menabung. Aku akan
sisihkan uang gajiku untuk kamu simpan. Aku juga akan mencari informasi, siapa
tahu ada tanah yang dijual murah,” jelas mas Irfan. Dan akupun tersenyum
mendengar itu. Karena aku sangat menyetujuinya. Yah meskipun nanti kami makan
dengan berlauk kecap dan garam.
Mulai dari itu kami mulai menabung.
Berat memang aku rasa, karena harus menahan diri dari keinginan-keinginan.
Selain itu menu makan yang biasanya lengkap, harus kami kurangi. Dalam hal ini,
tak hanya mas Irfan yang berjuang, tapi aku juga turut membantu mencari uang
dengan membuat kue yang kemudian kutitipkan ke warung-warung. Dari hasil
berjualan itu, tak banyak uang yang kusisihkan.
Sampai pada akhirnya tiba. Uang yang
kami kumpulkan berdua banyak. Namun kami belum tahu apakah uang tersebut sudah
cukup untuk membeli tanah. Saat kami mencari tanah yang akan dijual murah.
Salah seorang teman mas Irfan menginformasikan jika ada tanah di sebelah Barat
kota dijual dengan harga sangat murah. Tak khayal mas Irfan pun terpikat dan
segera meninjau tanah tersebut. Dirasa cocok, lokasi dan harganya, tanpa
menunggu lama, mas Irfan langsung menemui si pemilik dan membayarnya. Dan tanah
itupun sudah menjadi hak kami sepenuhnya.
Jujur aku senang saat itu, karena mas
Irfan sudah berhasil membeli sebidang tanah. Tidak luas memang, tapi cukup
lapang untuk membuat sebuah rumah dan sekedar halaman. Kemudian secara bertahap
demi tahap pula, mas Irfan membeli material bahan bangunan untuk persiapan
mendirikan rumah. Cukup lama kami mengumpulkan bahan-bahan itu. Setiap bulan
mas Irfan mengorbankan semua gajinya untuk membelinya. Jadi setiap bulan kami
membelinya dengan mencicil.
Ketika sudah berkumpul mulailah mas
Irfan pembangunan rumah tersebut. Itu juga tahap demi tahap. Butuh waktu lima
tahun untuk mewujudkan rumah kami selesai dan layak huni. Namun saat kami
tempati, rumah tersebut belum sepenuhnya selesai. Baru pada tahap asal bias
ditempati.
TERPERANJAT
Meskipun demikian, kami berdua bahagia
bisa menempati rumah milik kami sendiri. Tidak ngontrak, ataupun tinggal
bersama orang tua lagi. Walau sederhana tapi rumah milik sendiri, bebas, mau
apa saja, terserah. Kami membuat rumah tersebut dengan dua kamar, yaitu depan
dan belakang. Sementara kami tidur di kamar depan yang bersisian dengan ruang
tamu.
Satu minggu, dua minggu tak ada
kejanggalan yang kami rasakan. Semuanya berjalan normal. Namun masuk pada
minggu ketiga, hal aneh mulai mendera kami. Itu terjadi pada mas Irfan.
Ceritanya malam itu, usai berbincang, kami langsung menuju peraduan. Aku
sengaja mengajal mas Irfan tidur lebih awal, karena dirinya terlihat lelah usai
bekerja. Namun baru saja aku hendak memejamkan mata, mendadak mas Irfan
beranjak dari tempat tidurnya.
Aku yang saat itu berbaring di samping
lantas kaget. “Ada apa mas,” tanyaku ingin tahu. “Aku melihat orang berdiri di
ruang tamu,” jawab mas Irfan sembari berjalan untuk memeriksanya. Saat itu
kondisi ruang tamu memang dapat terlihat jelas, karena belum ada pintu pada
kamar kami. Akupun segera mengikuti mas Irfan pada punggungnya. Namun
sesampainya di ruang tamu, kami tak menemukan seorang pun. Tapi kami merasa
bulu kuduk kami berdua merinding. Setelah mengecek semua ruangan, kami kembali
ke kamar tidur.
“Aneh!” gumam mas Irfan. “Apa mas
yakin melihat orang tadi?” tanyaku. “Jelas aku melihatnya. Dia berdiri di ruang
tamu. Tapi mustahil secepat itu menghilang,” jawab mas Irfan. Setelah itu
kamimemutuskan kembali untuk tidur.
Pada malam ketiga, hal aneh kembali
terjadi. Dalam keadaan antara tidur dan terjaga, mas Irfan merasa didatangi
oleh seseorang dengan penampilan compang-camping. Rambutnya gondrong,
pakaiannya lusuh, ada luka di dada kiri dengan darah meleleh membasahi bajunya.
Tak hanya itu, wajah lelaki itu sangat menyeramkan. Itu aku tahu, saat mas
Irfan terbangun dengan dipenuhi oleh keringat. Dan aku terbangun juga karena
dia sempat berteriak. Kemudian dirinya menceritakannya padaku.
“Mungkin hanya mimpi saja mas,” aku
menenangkan suamiku. “Tidak Rum, tapi aku merasa itu nyata. Lelaki itu
mendekatiku, kemudian mencekik leherku. Dia sepertinya marah padaku,” suamiku
dengan pendapatnya. Aku menghela nafas. Karena jujur, apa yang dikatakan mas
Irfan itu, sebenarnya aku juga bisa merasakannya. Memang kondisi pada rumah
kami akhir-akhir itu mulai tidak nyaman. “Yah udah mas, sebaiknya kita tidur
saja,” aku mencoba menenangkan mas Irfan.
Namun keanehan itu belum berhenti
sampai di situ. Malam berikutnya, mas Irfan juga mengalami hal serupa. Antara
tidur dan jaga, lelaki itu datang lagi menemuinya. Kali itu dia berwujud
lelaki. Tak lama kemudian lelaki itu berubah menjadi sesosok mahluk yang
menyeramkan.
MENCIUM AROMA BUSUK
Dari arah ruang tamu, sosok itu
melompat ke atas ranjang, dan menindih suamiku. Membuat mas Irfan tak dapat
bergerak dan bernafas. Sosok itu menatap dirinya dengan tajam, kemudian
menghilang entah kemana. Dan pada saat itulah mas Irfan terbangun dengan nafas
tersengal-sengal. Aku yang melihatnya, terang mulai khawatir dengan kondisi mas
Irfan. Akupun menyarankan mas Irfan untuk mengobati rumah dengan memanggil
seorang dukun. Karena aku beranggapan itu adalah penunggu lokasi itu dan kami
tidak meminta izin sebelumnya saat mendirikan rumah. Namun mas Irfan menolak.
Dia memang sangat tidak percaya dengan hal-hal berbau paranormal. Dan aku hanya
bias menelan air ludah waktu itu. Namun, seketika pikirannya berubah pada suatu
hari. Dimana dirinya mengalami hal aneh lagi.
Malam itu, sesampai dirinya di rumah
usai bekerja, tiba-tiba dirinya mencium bau tidak sedap di sekitar ruangan
dalam rumah. Bau itu seperti bau bangkai. Aromanya sangat menyengat ketika
dirinya masuk ke dalam tidur. Dia pikir itu berasal dari bangkai binatang di
luar rumah. Tak menunggu lama, diapun segera keluar untuk memeriksa bangkai
apakah itu. Namun setelah lama memeriksanya, dirinya tak menemukan hewan yang
mati. Bahkan ketika dirinya berada di luar, bau bangkai itu tak tercium. Bau
bangkai itu hanya berputar di dalam rumah. Anehnya, aku yang sedari tadi berada
di rumah sama sekali tidak mencium bau busuk itu. Akhirnya kami pun membiarkan
bau busuk itu.
Malam harinya, saat mas Irfan hendak
buang air, tiba-tiba bau busuk itu muncul lagi. Bau tak sedap yang entah
datangnya darimana itu seperti mengikuti kemana mas Irfan pergi. Usai buang
air, dirinya kaget, karena mendadak seorang laki-laki berdiri di muka kamar.
Suamiku melihat lelaki itu sangat kotor, bahkan banyak lalat besar
mengerumuninya. Mas Irfan kemudian tahu, jika bau busuk itu berasal dari tubuh
lelaki itu. Namun mas Irfan belum melihat wajahnya, karena lelaki itu berdiri
membelakanginya.
Dan ketika lelaki itu balik badan,
alangkah terkejutnya mas rfan setelah melihat wajah lelaki itu, rusak seperti
mayat yang sudah 3 minggu. Tak khayal mas Irfan langsung jatuh pingsan. Aku
yang menemukan mas Irfan tergeletak di lantai pada esok paginya kaget bukan
main. Dan setelah memberikannya segelas air putih, dan diapun sudah tampak
tenang, aku meminta kepada mas Irfan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi.
Diapun segera menceritakan.
Bukan main takutnya aku saat itu.
Akupun tak segan-segan meminta mas Irfan memanggil seorang paranormal lagi.
Tanpa ragu, dia langsung setuju. Esok harinya kami segera membawa Pak Muhsin ke
rumah, untuk menerawang apa sebenarnya yang terjadi di rumah kami. Namun
sebelumnya, pada malam hari mas Irfan didatangi lelaki misterius itu lagi. Dia
datang dalam mimpinya mas Irfan.
Dalam mimpi itu lelaki itu
berkali-kali berucap dan meminta tolong agar dirinya ditempatkan di tempat yang
layak. Terang hal itu membuat mas Irfan bingung. Dia tidak dapat memecahkan
teka-teki itu, apa yang dimaksud lelaki itu. Pak Muhsin langsung melakukan
penerawangan. Tak lama lelaki setengah baya itu terkejut. “Apa sebenarnya yang
terjadi pak?” tanyaku penasaran. Pak Muhsin diam sesaat, kemudian menjelaskan
kalau di bawah kamar tidur kami ada sebuah makam tua. Aku dan mas Irfan terkejut
bukan. “Makam?” tanyaku kaget. Pak Muhsin mengangguk pelan.
“Iya, makam bu,” jawab pak Muhsin.
Kemudian aku dan mas Irfan saling pandang.
“Makam seorang lelaki yang mati akibat
dibunuh pada zaman penjajahan dulu. Kerangka itu minta dipindahkan ke makam
yang layak,” jelas Pak Muksin.
“Pantas saja tanah ini dulu dijual
sangat murah. Ternyata pemiliknya menyembunyikan sesuatu,” celetukku. Terlihat
mas Irfan menarik nafas panjang.
“Jadi apa yang harus kita lakukan
sekarang, Pak?” Tanya mas Irfan pada Pak Muksin.
“Besok kita gali kuburannya, dan kita
pindahkan ke pemakaman umum. Agar rohnya tidak gentayangan lagi,” ucap Pak
Muksin.
Esok harinya mas Irfan meminta tolong
beberapa tetangga kanan kiri untuk menggali lantai kamarnya. Betul, ketika
lantai kamar digali, terdapat tulang kerangka yang masih lengkap. Tulang lalu
diangkat, kemudian dimasukkan ke dalam keranda, demi member penghormatan pada
kerangka itu.
Kami juga menyelenggarakan selamatan.
Saat kerangka diberangkatkan ke makam umum, juga dilakukan upacara sebagaimana
upacara melepas jenazah menuju makam. Kerangka itu dengan penghormatan layak
kemudian dimakamkan di pemakaman umum. Tidak lupa mas Irfan juga menggelar
acara tahlilan mendoakan semoga arwah sang pejuang mendapat yang layak di sisi-Nya.
Setelah semua upacara selesai, lantai
kamar kami juga sudah dibetulkan. Namun hal aneh terjadi kembali. Dalam posisi
antara tidur dan terjaga, mas Irfan didatangi lelaki itu. Penampilannya masih
sama persis seperti kemarin. Bedanya wajahnya kelihatan lebih cerah.
Dia mengucapkan terimakasih, karena
sudah menguburkan kerangkanya dalam kelayakan. Setelah itu, mas Irfan tak lagi
mengalami keanehan lagi, dan semuapun berjalan normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar