| ||||
Perang Panjang, Titik Lemah Israel |
Rezim Zionis Israel tidak dapat bertahan dalam perang-perang yang berlangsung lama dengan musuh regional karena keterbatasan geografis, ujar Direktur Lembaga Urusan Teluk Persia, Ali al-Ahmed. Seraya menyinggung perang 2006 di Lebanon, Ahmed mengatakan, "Pasukan Israel sangat cepat meninggalkan medan tempur atau hanya beberapa pekan setelah perang, karena Israel tidak memiliki wilayah yang luas." Dalam sebuah wawancara dengan Press TV, Jumat (31/12), Ahmed memperingatkan, pengalaman perang-perang yang berlangsung lama menunjukkan bahwa Israel jika terlibat perang dengan sebuah negara atau kelompok yang tangguh di kawasan, mereka akan menggunakan sesuatu yang lebih dari senjata konvensional. Dia berargumen bahwa sejauh ini, semua perang regional melawan Israel hanya sebuah perang terbatas, karena itu belum ada pihak yang mengancam eksistensi Israel. Berbicara tentang program nuklir damai Republik Islam Iran, Ahmed menyebut sikap Barat terhadap program nuklir Tehran sebagai kebijakan standar ganda. Ditambahkannya, "Barat tidak mengangkat masalah nuklir Israel, tapi mereka melakukan berbagai cara dan menjatuhkan sanksi atas program nuklir sipil Iran." Dalam sebuah dokumen yang baru dirilis oleh Inggris mengungkapkan bahwa Israel siap menggunakan bom nuklir jika terjadi perang dengan negara-negara Arab. Dokumen itu juga mengungkapkan komunikasi antara John Robinson, mantan Dubes Inggris di Tel Aviv dengan kementerian luar negeri negaranya tentang serangan nuklir Israel. Israel, yang secara luas diyakini sebagai pemilik tunggal hulu ledak nuklir di Timur Tengah, sejauh ini tidak membenarkan atau membantah memiliki senjata nuklir. Pada tahun 1986, teknisi nuklir Israel di reaktor nuklir Dimona, Mordechai Vanunu membocorkan berita bahwa Israel memiliki antara 100-200 hulu ledak nuklir. Pada bulan Mei 2010, koran Inggris Guardian mengatakan, dokumen-dokumen rahasia Afrika Selatan mengungkapkan bahwa pada tahun 1975, Israel menawarkan untuk menjual hulu ledak nuklir kepada rezim Apartheid di Afrika Selatan. Israel juga menolak untuk menandatangani Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) dan secara tegas menolak inspeksi Badan Energi Atom Internasional atas fasilitas nuklirnya. (IRIB/RM) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar